Geliat Desa Koja Doi Bangun Desa Pariwisata

Maumere, Ekorantt.com – Desa Koja Doi merupakan salah satu desa yang berada di gugus pulau yang mengitari perairan Teluk Maumere. Desa yang secara administratif berada di Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka ini memiliki fokus untuk mengembangkan desa pariwisata.

Kepada Desa Koja Doi, Hanawi sangat yakin untuk mengembangkan  Desa Koja Doi cocok menjadi desa pariwisata. Pariwisata harus menjadi ikon tersendiri ketika orang bicara tentang Koja Doi. Keyakinannya bukan tanpa alasan.

“Saya berpikir untuk genjot pariwisata karena di sini ada potensi. Kita sudah invetarisir potensi pariwisata. Keindahan Teluk Maumere ada di sini. Kita juga punya mangrove, terumbu karang yang indah, teluk, jalur trekking, lingkungan yang bagus dan tentu saja masyarakatnya juga,” tutur Hanawi di kediamannya di Koja Doi pekan lalu.

Hanawi menuturkan, nama Koja Doi sudah cukup terkenal dengan beberapa keunikannya beberapa waktu belakangan. Sebut saja Bukit Batu Purba yang berada di sisi utara perkampungan Koja Doi.

Bukit batu ini sering dikunjungi wisatawan untuk sekadar mengabadikan momen dengan latar belakang perkampungan dan eloknya biru laut.

“Kita juga punya jembatan batu yang sudah dibangun sejak tahun 1979. Jembatan ini panjangnya 680, menghubungkan Pulau Koja Doi dan Pulau Besar. Ini langka. Keunikan lainnya juga adalah Pulau Koja Doi ini mirip janin bayi kalau dilihat dari lereng bukit di Pulau Besar,” tutur Hanawi.

Beragamnya potensi pariwisata di Desa Koja Doi memantik semangat pihak desa untuk serius mengelola pariwisata. Hal ini menemui titik terang dengan bergulirnya dana desa.

Tapi, kata Hanawi, langkah awal yang sedang mereka godok adalah penguatan kapasitas Sumber Daya Manusia.

“Kita siapkan orang-orang muda, ibu-ibu penenun dan dasawisma. Kita juga rencanakan mengirim anak-anak muda untuk studi banding tentang pengelolaan pariwisata yang baik,” beber Hanawi.

Selain penguatan SDM, secara teknis Desa Koja Doi telah membentuk Bumdes dengan nama Bumdes Monianse. Bumdes Monianse punya perhatian khusus untuk mengembangkan pariwisata desa di samping beberapa unit kerja lainnya.

Kepala Desa Koja Doi, Hanawi

Tahun 2017 lalu, pihak desa mulai mengintervensi dana desa untuk penataan Bukit Batu Purba.

Tingginya perhatian desa terhadap pengelolaan pariwisata di Koja Doi, bagi Manajer Bumdes Monianse, M. Salihun menjadi angin segar bagi usaha Bumdes.

Sejauh ini Bumdes Monianse bersama Pokdarwis getol memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya keterlibatan masyarakat dalam memajukan pariwisata.

“Masyarakat harus dilibatkan. Mereka bukan penonton. Seperti yang bapak desa omong bahwa kita ubah kebijakan, jadikan masyarakat sebagai pelaku. Luar biasanya, masyarakat paham dan tidak ada kendala yang besar,” kata Salihun.

Salihun menceritakan, sebelum Bumdes ada, geliat membangun pariwisata di Desa Koja Doi sudah dimulai. Sekitar tahun 2001, pihak desa bersama masyarakat memulai kegiatan konservasi dengan melakukan transplantasi terumbu karang di laut sekitar Pulau Koja Doi.

“Dulu masyarakat rajin bom ikan. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Kita sudah sadar. Kalau bom ikan akan mati semua. Sekarang ikan sudah banyak karena mereka punya rumah sudah ada,” ungkap Salihun.

Hal ini benar adanya. Wilayah perairan di sekitar Pulau Koja Doi dipenuhi terumbu karang dengan jenis yang bervariasi. Terumbu karang dengan ukuran besar akan muncul ke permukaan saat air laut surut. Nampak juga biota laut terutama ikan hidup aman dalam pelukan terumbu karang.

Bumdes Monianse, jelas Salihun, sejauh ini berusaha menyusun satu paket pariwisata yang ramah lingkungan atau yang familiar disebut dengan istilah ekowisata.

Setiap tamu diajak untuk ikut merawat identitas Teluk Maumere sebagai taman wisata bawah laut. Aktivitasnya melalui kegiatan tranplantasi terumbu karang dan penanaman manggrove.

La Mane Untu (78), selaku tokoh masyarakat Koja Doi sangat antusias dengan langkah pemerintah desa dalam membangun desa pariwisata. Baginya, ikon desa pariwisata akan menjadi sumber penghasilan baru bagi desa.

Kendati demikian, La Untu berharap agar pariwisata tidak boleh memudarkan identitas orang Koja Doi. Adat istiadat tidak boleh luntur karena pariwisata.

“Setiap tamu atau turis yang datang harus ikut adat-istiadat kita. Jangan ubah kebiasaan di sini. Kita siap untuk mendukung,” tandas La Untu.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA