Rabu, 29 November 2023
Ekorantt.com
  • Lintas
  • Fokus
  • Gagasan
  • Jurnalisme Warga
  • UMKM dan Koperasi
No Result
View All Result
  • Lintas
  • Fokus
  • Gagasan
  • Jurnalisme Warga
  • UMKM dan Koperasi
No Result
View All Result
Ekorantt.com
No Result
View All Result
21 Oktober 2019

Menyimak Kisah Guru Itha Dhiki, Korban Kerusuhan Wamena Asal Ende-NTT

Ansel KaisebyAnsel Kaise
in Headline
0
Menyimak Kisah Guru Itha Dhiki, Korban Kerusuhan Wamena Asal Ende-NTT

Bergitha Dhiki bersama anaknya di tempat penampungan yang disediakan Dinas Sosial Kabupaten Ende. Foto: Ansel Kaise

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WA

Ende Ekorantt.com – Pasca kerusuhan di Wanena-Papua 23 September 2019 lalu, sebanyak 35 warga NTT dipulangkan ke daerah asalnya masing-masing. Ada 8 orang dari Flores Timur, 8 orang dari Ende, dan 19 orang dari Nagekeo.

Satu diantara para pengungsi itu adalah Bergitha Dhiki. Perempuan yang biasa disapa Ibu Itha ini berasal dari Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende.

Ia merantau ke Papua dan bekerja sebagai guru bersama suaminya Anselmus Resi yang juga seorang guru.

Ibu Itha diangkat menjadi guru PNS pada SMP Eleim di Kabupaten Yalimo tujuh tahun silam. Kabupaten Yalimo adalah pemekaran dari Kabupaten Wamena di Provinsi Papua.

Sementara suaminya, Anselmus Resi bekerja sebagai guru di SD YPPK St. Yusuf Wamena.

BacaJuga

Mengikis Stigma Pangan Lokal, ‘Kami Bukan Orang Miskin Kalau Makan Ubi’

Ancaman Gagal Panen Kian Nyata bagi Petani di Manggarai

Solusi Kenaikan Harga Beras: Pangan Lokal Masih Sebatas Konsep Tanpa Upaya Konkret

Tak Sekadar Bantuan Air, Krisis Air Bersih di Sikka Butuh Solusi Permanen

Dengan kondisi demikian, pasangan suami istri ini harus tinggal berpisah untuk menjalankan tugas mengajar. Suami bersama anaknya menetap di Wamena sedangkan dirinya harus tinggal di Kecamatn Yalimo yang jaraknya ratusan kilometer dari Wamena.

Mereka hanya bisa bertemu setiap akhir pekan.

Ibu Itha, Jum’at malam (18/10/2019) menuturkan, saat kerusuhan pecah ia sedang berada di rumah, mes guru Sekolah Dasar tempat suaminya mengajar.

“Secara tiba-tiba di luar rumah terjadi bunyi ledakan dan huru hara manusia. Di kompleks sekolah juga ada api, ternyata ruangan kantor sekolah sudah dibakar,” kisah Ibu Itha.

“Kami panik. Saya, suami dan anak-anak terjebak di dalam rumah. Tiba-tiba datang 4 orang, mereka sangat beringas. Di tangannya ada jerigen. Itu isinya mungkin bensin. Sementara rumah kami dilempar dengan batu batu besar. Kaca rumah pun hancur berantakan.”

Berutung saja, saat panik, keluarga Ibu Itha diselamatkan oleh seorang sahabat suaminya. Seorang perempuan Papua menghadang 4 orang tak dikenal di depan gerbang rumah miliknya.

“Kalian jangan bakar. Jangan bunuh. Kalau kalian bakar atau bunuh, silakan bunuh dahulu saya,” ungkap Ibu Itha meniru kata-kata perempuan yang menyelamatkan keluarga mereka.

“Jadi kacau itu sekitar 3 jam. Kami tidak bisa keluar. Karena di luar sangat seram, anak saya ini sampai muntah-muntah karena ketakutan. Semua kami lihat dengan mata sendiri di balik jendela rumah.”

Dirinya bersyukur karena selamat dalam kejadian itu. Bersama keluarganya, Ibu Itha diamankan di Kantor Polres Wamena sejak 23 September hingga 29 September 2019.

Sejak terjadi kerusuhan, tutur Ibu Itha, banyak warga yang ditampung di kantor Polisi, Koramil , Kodim, markas Batalion,dan rumah ibadah. 

“Itu kita semua panik jadi kami tidak berani pulang ke rumah.”

Di Polres Wamena Ibu Itha dan ratusan pengungsi tinggal satu minggu. Karena situasi masih mencekam, mereka diangkut menggunakan pesawat Herkules milik TNI AD menuju Jayapura.

“Kami di Polres Wamena satu minggu, ada ratusan pengungsi asal NTT. Saya lupa jumlahnya, tapi cukup banyak. Ada yang dari Nagekeo, Maumere dan Ende,” tuturnya.

“Makan minum semua pemerintah yang mengurus, baik dari Provinsi Papua maupun provinsi NTT.”

Pilihan kembali ke daerah asal adalah pilihan yang sulit bagi Ibu Itha mengingat sang suami masih bertahan di Wamena menunggu situasi kondusif.

Namun berdasarkan koordinasi dengan pihak sekolah tempat ia mengajar, dirinya bersama anak-anaknya dipersilahkan pulang kampung sembari menunggu situasi kondusif.

Di Jayapura, Ibu Itha dan ratusan pengungsi asal NTT mendiami Markas Batalion 751 Jayapura.

Setelah satu minggu di sana, mereka kemudian diantar menggunakan KM Dobonsolo ke Makassar, Sulawesi Selatan. Perjalanan mereka tepuh 5 hari 5 malam.

Setibanya di Makassar, dirinya mengaku lega. Tapi pikirannya masih menyimpan tanya akan kondisi suaminya yang masih bertahan di Wemena.

“Di Makassar kami hanya satu malam menginap di Kantor Dinsos Provinsi Sulawesi selatan. Besoknya sudah dengan Bukit Siguntang dan turun di Maumere,” ujarnya.

Ibu itha menaruh syukur karena sampai di Kabupaten Ende dengan selamat.

“Kami ke Ende juga diantar oleh staf Dinsos Sikka. Dan malam ini kami diterima sangat baik oleh Dinsos Ende. Semua kebaikan ini kami serahkan kepada Tuhan untuk membalas,” ucapnya lega.

Rasa trauma memang membekas. Tapi hal itu tidak mengurungkan niat Ibu Itha untuk kembali ke Wemena. Sebab, menurutnya, tugas panggilan sebagai guru untuk mencerdaskan anak bangsa di Papua terus menyala dalam dirinya.

“Rindu untuk kembali, rindu rumah, rindu anak sekolah, semoga situasi cepat pulih dan semua akan berjalan normal. Saya pasti pulang lagi jika situasinya benar-benar kondusif,” kata Ibu Itha menutup perbincangannya dengan Ekora NTT.

Kepala DInas Sosial Kabupaten Ende, Marni Kusuma

Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Ende Marni Kusuma menjelaskan, ada delapan warga Ende yang dipulangkan pasca kerusuhan di Wanema beberapa waktu lalu.

Pihaknya akan terus bekerja dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait tentang informasi pengungsi asal Kabupaten Ende.

“Informasi yang kita dapatkan masih ada yang menyusul. Kita akan urus dengan baik,” ungkap Marni.

Tags: Kabupaten EndeKorban Kerusuhan Wamena Asal Ende-NTTMakassarMenyimak Kisah Guru Itha DhikiRusuh Wamena
Previous Post

Yuk, Intip Sisi Unik Panen Hadiah Simpedes Larantuka Tahun 2019

Next Post

Yang Terakhir untuk Para Demagog (1/3)

Baca Juga Artikel Lainnya

Anggota di Lamalera Sungguh Rasakan Manfaat Bergabung dengan Pintu Air

Anggota di Lamalera Sungguh Rasakan Manfaat Bergabung dengan Pintu Air

29 November 2023
Rumah Warga Reo Ludes Terbakar, Satu Orang Tewas

Rumah Warga di Reo Ludes Terbakar, Satu Orang Tewas

29 November 2023
Yoseph Pati Tufan Bertekad Besarkan Kopdit Pintu Air di Lamalera

Yoseph Pati Tufan Bertekad Besarkan Kopdit Pintu Air di Lamalera

29 November 2023
Pergantian Pengurus Bank NTT Masih Tunggu Hasil Audit Komprehensif

Kompak Indonesia Siap Kawal Audit Komprehensif Bank NTT

29 November 2023
Bangun Kesadaran Kritis Komunitas Warga Halau Investasi Destruktif di Flores-Lembata

Bangun Kesadaran Kritis Komunitas Warga Halau Investasi Destruktif di Flores-Lembata

29 November 2023
Sosok Mayat Tanpa Identitas Ditemukan di Pesisir Tangga Alam Ende

Sosok Mayat Tanpa Identitas Ditemukan di Pesisir Tangga Alam Ende

29 November 2023

Banyak Dibaca

Tingkatkan Cakupan Kepemilikan e-KTP, Disdukcapil Sikka Buka Pelayanan Malam Hari

Mantan Anggota DPRD Sikka Meninggal Dunia Usai Orasi Unjuk Rasa di Kejaksaan

Narasi tentang Guru

Diduga Pekerjakan Anak di Bawah Umur, Pemilik Sky Garden Cafe Ruteng Ditetapkan sebagai Tersangka

Juara II Drumben Kapolda Cup 2023, Sil Keu: Syuradikara Perkuat Karakter Siswa

Pemprov Harus Mampu Kendalikan Persoalan Bank NTT

DPRD NTT Apresiasi Langkah Pemerintah Bayar TPP ASN yang Sempat Tertunda

Bangun Kesadaran Kritis Komunitas Warga Halau Investasi Destruktif di Flores-Lembata

Next Post
Logos, Ledalogos, dan Ledalodima* (1/3)

Yang Terakhir untuk Para Demagog (1/3)

Tentang Kami - Redaksi - Pedomaan Media Siber - Kontak
@Copyright - PT Pintar Media Group
No Result
View All Result
  • Lintas
  • Fokus
  • Gagasan
  • Jurnalisme Warga
  • UMKM dan Koperasi

© 2022 Ekorantt.com