Refleksi Paskah di Tengah Corona

Oleh: Erik Ebot*

Seorang teman mengatakan kepada saya;  Bagaimana kira-kira mengartikan kebangkitan di tengah situasi saat ini, ketika virus corona justru membuat kita terpuruk, takut untuk bangkit keluar dari rumah kita? Kebangkitan seperti apa yang kita harapkan dan juga inginkan, ketika saat ini penyebaran virus corona semakin menjadi-jadi?

Dampak dari virus corona hari-hari ini bahkan di luar perkiraan kita. Virus ini bukan hanya menyebabkan ketakutan dan kepanikan massal. Virus corona juga membidani lahirnya virus-virus baru yang menyerang sisi kemanusiaan kita. Kita menjadi paranoid, takut berlebihan hingga enggan menerima sesama kita. Solidaritas kita sebagai umat melempem.

Gereja sebagai persekutuan umat Allah terancam mati di tangan virus corona.  Dalam situasi tidak mengenakan ini, apa masih relevan omong dan cari makna dari kebangkitan Yesus?

Secara pribadi saya berpikir, benar juga, berat untuk berbicara tentang kebangkitan di hadapan situasi saat ini. Sudah dipastikan gereja kosong saat perayaan kebangkitan Yesus dari alam maut. Situasi ini semakin membuat perayaan paskah tidak relevan lagi.

iklan

Perayaan paskah tanpa umat atau umat tanpa ada bersama dalam gereja dan merayakan misa adalah sesuatu yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Siapa pernah menyangka perayaan yang begitu besar dan inti kehidupan Kristen harus ‘dibatalkan’ karena virus corona.

Kita tidak bisa berbuat apa-apa, juga tidak bisa melawan imbauan pemerintah. Kita hanya harus rela bahwa perayaan paskah kita akan kering-kering saja, begitu-begitu saja. Kita harus menerima bahwa perayaan paskah di luar dari kebiasaan kita sebelumnya. Perayaan paskah tidak normal.

Tentunya hal tersebut membuat kita malas, lemah, dan sebagainya. Kita yang belum terbiasa dengan yang tidak biasa merasa bahwa paskah tahun ini tidak menarik, jauh dari yang diharapkan. Tapi marilah kita belajar mengambil pelajaran dari situasi sekarang.

Karena itu, saya pribadi lebih ingin mengambil pelajaran positifnya. Bercermin dari perayaan paskah para murid dahulu, saya melihat situasi paskah kita sekarang  kurang lebih sama dengan situasi paskah mereka zaman dahulu.

Dahulu para murid merayakan paskah dalam situasi ketakutan dan kecemasan. Mereka baru saja kehilangan Yesus sebagai pegangan dan sandaran hidup.  Dalam situasi demikian, mereka berada dalam kondisi tidak pasti.

Situasi tegang, kelam, dan suram tidak selesai pasca-penyaliban Yesus. Situasi tersebut bahkan diciptakan para penguasa untuk meneror para murid agar mereka melepaskan iman mereka kepada Yesus.

Tidak ada yang bisa dilakukan para murid selain untuk berdiam diri dalam rumah untuk menghindari diri dari teror ketakutan dari para prajurit yang mencari mereka. Iman mereka diuji.

Kita berhadapan dengan kecemasan dan ketakutan seperti yang dirasakan para murid. Hanya saja, yang meneror kita adalah sebuah virus. Teror virus corona membuat kita tidak bisa berbuat apa-apa.

Paskah kita rayakan di rumah masing-masing dengan mengikuti misa online. Akan tetapi, dengan mengikuti misa online dari rumah bukan berarti kita kehilangan nuansa dan makna dari paskah. Justru situasi paskah dari rumah membuat kita kembali untuk mengingat momen paskah para murid dahulu.

Kita diajak untuk merayakan paskah dalam rumah demi menghindari diri dari bahaya teror virus corona yang bukan hanya menakutkan tapi berpotensi membawa maut bagi diri dan sesama.

Selain itu, momen paskah di rumah menyadarkan kita bahwa paskah bukan hanya soal umat beriman berkumpul dalam satu bangunan fisik bernama gereja. Bukan pula soal meriahnya perayaan serta visualisasi hiasan gereja yang semarak, atau khotbah yang menarik dari pastor. Tapi paskah itu tentang pembaharuan hidup dan usaha memberikan penguatan nilai-nilai kristiani dalam rumah dan dalam hati.

Kalau selama ini nilai-nilai kehidupan kristiani hanya dihidupkan dalam gereja lewat doa dan sedikit perjuangan sosial untuk memperoleh kesalehan diri, maka paskah tahun 2020, dari dalam rumah, dalam rangka melawan corona, mengajak kita untuk membangun dan memperkuat semangat nilai-nilai kristiani yaitu, solidaritas, persekutuan, cinta-kasih, dan kepedulian.

Yesus harus mati dan bangkit. Kita memperingati semua peringatan kisah hidupnya dari rumah, menegaskan bahwa, gereja yang sejati, gereja sebagai persekutuan kolektif itu, bukan hanya tentang orang berkumpul bersama dan berdoa di gereja, tapi lebih dari itu, gereja  mesti passover, dalam bahasa Indonesia artinya melampaui, dari gereja yang mengutamakan pengejaran inspirasi hidup religius dan kesalehan pribadi yang subjektif menuju sebuah  persekutuan kolektif  yang diikat inspirasi serta nilai-nilai kristiani yang sama.

Paskah adalah kesempatan yang baik untuk memperjuangkan persekutuan sebagai umat Tuhan yang  solid dan saling peduli yang  mesti kita bisa mulai dari dalam rumah-rumah kita.

Dalam konteks melawan virus corona, inspirasi paskah untuk memperkuat persekutuan kolektif yang solid dan peduli, bisa bisa kita mulai untuk menanggalkan atau menyalibkan ego-ego pribadi dan dalam rasa solidaritas yang kuat, tertib menjalankan jarak sosial dan kompak melakukan karantina dalam rumah.

Sulit memang. Untuk memetik makna kebangkitan, ketika kita semua harus berada dalam rumah dan tidak datang ke gereja untuk merayakan paskah bersama umat lain. Akan tetapi, Tuhan  datang ke rumah dan hati kita. Tuhan datang dan menyelamatkan hati kita yang rapuh, cemas, dan terlampau takut.

Dia tidak hanya datang menyapa kita dengan damai sejahtera tapi memberikan penguatan bagi kita dari kejatuhan mental akibat ketakutan dan perasaan negatif yang muncul karena situasi mencekam. Tuhan Yesus Kristus berkata, “Setelah tiga hari, aku akan bangkit,” (Mat. 27:63).

Tuhan tidak meninggalkan para muridnya. Pun kita dari depresi, putus asa, dan terus takut. Kita hanya butuh untuk menyerahkan sepenuhnya hati dan pengharapan kita kepada-Nya. Karena barang siapa yang percaya, mereka tidak akan memperoleh maut untuk selama-lamanya.

Saya berharap setelah hari-hari yang penuh ketakutan berlalu, kita bangkit menuju hidup dan kebiasaan baru seperti Yesus yang sudah mengalahkan dosa yang membawa maut.

*Tamatan STFK Ledalero

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA