Wawancara Ekslusif: Pelaku Pariwisata Babak Belur Akibat Covid-19

Maumere, Ekorantt.com – Pandemi Covid-19 berdampak juga pada para pelaku pariwisata. Di Kabupaten Sikka, sejumlah pelaku pariwisata mengaku babak belur tak berdaya.

Untuk makan, bayar listrik dan bayar iuran BPJS pun tersendat. Mewabahanya Covid-19 memang telah membuat pendapatan pelaku pariwisata sama sekali tak ada.

Pada Senin, 4 Mei 2020, sejumlah pelaku pariwisata di Kabupaten Sikka berinisiatif menemui Bupati Sikka, Robi Idong untuk menyampaikan pertimbangan yang kiranya dapat diperhatikan terlebih kepada para pelaku pariwisata.

Berikut petikan wawancara Ekora NTT dengan Agus Bataona, Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi NTT belum lama ini;

Ekora NTT: Efek Covid-19 telah melumpuhkan berbagai aktivitas pariwisata, termasuk di dalamnya pendapatan para pelaku pariwisata, apa pendapat bapak tentang ini?

iklan

Agus Bataona : Sudah pasti kami para pelaku pariwisata juga tak berdaya. Covid-19 benar-benar telah melumpuhkan semuanya. Ya kalau boleh dibilang kami ini babak belur. Untuk makan-minum, bayar listrik dan iuran BPJS saja macet.

Bersyukur kalau diantara teman-teman kami para pelaku pariwisata itu punya usaha kios sembako dan punya keterampilan lain sehingga bisa memenuhi kebutuhan makan-minum, kalau tidak ya sama juga dengan yang lainnya, benar-benar babak belur tidak berdaya.

Ekora NTT :  Setuju tidak kalau para pelaku pariwisata mendapat bantuan dari pemerintah sebagai bagian dari masyarakat yang juga sangat berdampak?

Agus Bataona : Ini penting untuk diperhatikan, bahwa sektor pariwisata itu penyumbang kedua tersebsar untuk devisa negara. Dan peran besar di dalamnya itu adalah para pelaku pariwisata.

Ketika keadaan seperti sekarang ini para pelaku pariwisata tentu membutuhkan Pemerintah untuk ikut membantu termasuk membantu para pelaku pariwisata.

Pada 16 April 2020 lalu, Presiden Jokowi sudah mengatakan dengan tegas dan jelas bahwa perlu juga ada perhatian dan langkah-langkah tegas mitigasi perlindungan sosial bagi para pekerja di sektor pariwisata.

Jadi tahap emergency tentu sangat dibutuhkan seperti BLT, fresh money plus untuk bayar pulsa listrik, bayar iuran BPJS, dan sembako untuk tiga bulan ke depan.

Ekora NTT: Realisasinya sudah berjalan sejak Presiden Jokowi mengatakan bahwa perlu ada perhatian dan mitigasi perlindungan sosial untuk para pelaku pariwisat pada 16 April lalu itu?

Agus Bataona : Kami memang sudah didata tetapi sampai dengan saat ini realisasinya belum menyentuh kami para pelaku pariwisata.

Ekora NTT: Pada pertemuan dengan Bupati Sikka, Robby Idong pada 4 Mei lalu itu apa saja yang dibicarakan?

Agus Bataona : Bersama kawan-kawan, kami sebetulnya ikut meminta penjelasan dari Pemkab Sikka sebagai bagian dari kelompok warga yang terkena dampak Covid-19. Kami semua memang telah didata.

Ekora NTT : Apa jawaban Bupati Robi?

Agus Bataona :Data-data tentang kami itu sudah diminta oleh Kementerian Pariwisata. Kalau di HPI itu ada 58 sedangkan di ASITA itu ada 27 orang.

Bupati menjelaskan di Sikka terdapat 105 ribu kk dan semua akan mendapat bantuan sesuai porsi masing-masing. Bupati juga minta setiap asosiasi untuk mendaftarkan anggotanya ke kelurahan atau desa untuk diverifikasi dan dikirim ke Naketrans.

Yuven Fernandez

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA