Kesaksian Erik Saat Bencana Adonara: ‘Bahu Saya Sempat Dihantam Batu’ 

Flotim, Ekorantt.com – Erik, begitu salah seorang pemuda Adonara disapa menceriterakan peristiwa tanah longsor di Desa Nele Lamadike, Kecamatan Ile Boleng-Adonara, Kabupaten Flores Timur pada Minggu (04/04/2021) dini hari.

Desa itu terbilang paling parah akibat bencana dengan korban meninggal 56 orang, terbanyak di Flores Timur.

Saat material longsor meluluhlantakkan Desa Nele Lamadike pada Minggu dini hari, Erik ialah salah seorang yang menyaksikan.

Ia termasuk orang yang beruntung karena selamat dari terjangan longsor dan banjir bandang yang melanda wilayahnya.

Salah satu bangunan di Adonara nampak rusak akibat bencana, Minggu lalu (Foto: tangkapan layar video SP)

Erik mengisahkan, awalnya kaget karena terdengar bunyi gemuruh, yang diduga berasal dari Gunung Ile Boleng.

Ia tak mengira terjadi longsor dahsyat sebab memang saat itu keadaan gerimis. Ia pun sempat memantau situasi pada malam itu di kali, tak jauh dari rumahnya.

“Iya, sekitar 12 menit  gemuruh, saya rasa cukup lama. Jadi, saya takut, orang-orang di sekitar rumah saya tidur nyenyak. Waktu saya pergi cek (ke kali), kok air kecil begini. Saya takut jangan sampai gunung meletus,”papar Erik yang mengaku cemas kala itu.

Setelah berjalan pulang, ia merasa ada gesekan dan getaran tanah yang cukup serius. Semacam pergerakan tanah dibawah pijakan kakinya yang membuatnya semakin cemas.

Tak lama kemudian, sebuah batu berukuran besar menghantamnya dari belakang dan berlalu begitu cepat ke depan. Saat itu hujan mulai membesar.

“Tiba-tiba bahu saya dihantam batu besar, saya toleh ke belakang, saya arahkan cahaya lampu senter ke lokasi tadi, dan saya lihat semua sudah rata dalam sekejap,”ujar Erik, lantas terheran-heran, tak menyangka semua sudah ludes.

Melihat situasi demikian, sekitar Pukul 01.30 WITA, ia bergegas lari ke Koliwolor di daerah ketinggian. Setengah jam berselang, Erik kembali turun dan mengabarkan keluarga.

Jalur longsor di Adonara, Flores Timur yang diambil dari udara (Foto: tangkapan layar video SP)

Saat tanah bergerak akibat banjir, Erik tak kuasa melihatnya. Ia berlari kencang menghampiri keluarga. Ia lantas bangunkan mereka malam itu, dan secepatnya berpindah ke lokasi yang aman.

“Saya bilang mereka kalau kita tidak lari, satu keluarga ini kita mati semua. Lalu kami berlari ke arah yang aman. Saya turun lagi, saat saya turun, situasi sunyi sekali, seperti ada orang menangis. Sunyi sekali,”kenangnya.

Erik berkisah, banjir itu menerjang rumah-rumah warga dalam waktu yang singkat. Beberapa menit kemudian, air sudah mengering.

Yurgo Purab

spot_img
TERKINI
BACA JUGA