Aroma Budaya Manggarai dalam Prosesi Wisuda Uniflor-Ende

Ende, Ekorantt.com – Universitas Flores (Uniflor) mewisuda 448 sarjana strata satu dan diploma secara online dan offline pada 11 Mei 2021. Prosesi wisuda yang dilaksanakan di Auditorium H. J. Gadi Djou ini terasa unik.

Pasalnya, aroma budaya Manggarai sangat kental dalam prosesi wisuda itu. Misalkan saja dekorasi ruangan dipenuhi pernak pernik bercorak budaya Manggarai. Para panitia penyelenggara juga mengenakan busana khas dari wilayah kuktural Flores bagian barat ini.

Budaya Manggarai kian terasa ketika sejumlah mahasiswi yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Pelajar Manggarai (Imapelma) Ende menarikan tarian ‘Tiba Meka’. Tarian ini ditampilkan di hadapan anggota senat dan tamu undangan; Bupati Ende, Djafar H. Achmad dan Kapolres Ende, AKBP Albert Andreana.

Tarian ‘Tiba Meka’ sendiri merupakan tarian penyambutan yang diberikan kepada tamu yang datang. Dalam kebudayaan Manggarai, ‘Tiba Meka’ biasa disuguhkan saat warga menerima tamu-tamu penting dan istimewa, seperti pejabat, wisatawan, dan imam baru.

Ketua Imapelma, Maria Sembry kepada Ekora NTT mengatakan bahwa sungguh sebuah penghormatan ketika budaya Manggarai mendapat tempat yang istimewa dalam prosesi wisuda Uniflor kali ini.

“Sungguh suatu penghormatan, kami diberi ruang untuk tampil di acara wisuda. Lebih istimewanya, wisuda Uniflor, semua panitia dan penyelenggara memakai pakian adat Manggarai. Dekorasi pun khas Manggarai,” ujar Maria.

Menonjolnya budaya lokal dalam wisuda Uniflor berkaitan erat dengan pemilihan tema wisuda Universitas Flores tahun 2021 yaitu ‘Menjadikan para sarjana sebagai mediator budaya di tengah pengaruh globalisasi’.

Tema ini diambil dengan mengacu pada salah satu visi perguruan tinggi yakni menciptakan kaum intelektual yang mampu menjadi pelestari budaya lokal.

Dalam konferensi pers sehari sebelum wisuda, Rektor Uniflor, Simon Sera Padji mengatakan, perguruan tinggi harus mampu melahirkan kader yang tangguh dalam mempertahankan dan melestarikan budaya lokal di tengah arus globalisasi.

Disadari bahwa globalisasi bisa menggerus budaya lokal bila pertahanan tak kuat. Sebaliknya budaya lokal akan tetap tumbuh kokoh bila globalisasi bisa dimaknai secara seimbang. Nah, Uniflor terpanggil untuk menjadi penjaga budaya lokal.

Hal ini, kata Sira Padji, didukung dengan kehadiran Pusat Studi Pariwisata Universitas Flores.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA