Maumere, Ekorantt.com – Satuan Pendidikan Non Formal (SPNF)-Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Sikka ialah lembaga pendidikan nonformal bagi warga yang putus sekolah di Kabupaten Sikka.
Lembaga pendidikan nonformal atau disebut sekolah paket ini tidak hanya memberi pelajaran teori untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tetapi lebih mengasah pada bidang keterampilan seperti menjahit dan keterampilan las.
Tutor bidang menjahit, Aquilina Kristina Suku, kepada Ekora NTT baru-baru ini mengatakan peserta didik diberikan materi dasar menjahit setelah itu baru melakukan praktik.
“Teori diberikan kepada peserta didik paket B dan C dilaksanakan hari Senin hingga Jumat. Sedangkan praktek dilaksanakan pada hari Sabtu dan dibagi secara shift per kelas,”ujar alumni SMK Negeri 3 Kupang, Jurusan Tata Busana ini.
Saat ini, kata Aquilina, para peserta didik sudah mampu membuat pola rok a line dan juga menjahit masker untuk digunakan sendiri dan belum sampai dipasarkan kepada orang lain.
Dikatakan tercatat 60 peserta didik memilih keterampilan menjahit sebagai life skill karena keterampilan ini memberikan peluang kerja setelah tamat dari lembaga yang terakreditasi B ini.
Kepala SPNF SKB Sikka, Yosefa Kolin, mengatakan ketrampilan menjahit sudah dilaksanakan sejak tahun 2019 dan merupakan salah satu mata pelajaran keterampilan yang diasuh oleh guru keterampilan menjahit.
Selain itu masuk dalam kurikulum pada pembelajaran di SPNF SKB Sikka.
“Melalui keterampilan menjahit diharapkan memberikan keterampilan khusus kepada peserta didik untuk menciptakan lapangan kerja sebagai bekal untuk mandiri,”tutur Yosefa di Maumere, Senin (24/05/2021).
Untuk mendukung keterampilan menjahit, tambah Yosefa, pihak lembaga menyediakan fasilitas penunjang berupa 1 ruangan menjahit, 16 unit mesin jahit, 8 dinamo dan mesin obras.
Untuk diketahui life skill untuk pendidikan kesetaraan di SPNF SKB Sikka adalah menjahit dan las untuk paket B dan C. Sedangkan keterampilan menenun khusus bagi peserta didik Paket A.
Yuven Fernandez