Terima kasih Golkar, Terima Kasih Hanura

Oleh: Frumensius Fredrik Anam*

Pada tanggal 19 Mei 2021 Partai Golkar NTT mengumumkan nama-nama bakal calon kepala daerah di wilayah NTT, termasuk Kabupaten Manggarai Timur. Nama saya pun disebut sebagai bakal calon bupati Manggarai Timur. 

Tiga hari sebelum diplenokan di kantor DPD I Partai Golkar NTT, saya dihubungi oleh Ketua BAPPILU Partai Golkar NTT, Bapak Frans Sarong. Beliau mengatakan, “Nama Anda dijaring oleh Partai Golkar sebagai salah seorang bakal calon kepala daerah untuk tahun 2024. Kami dari Partai Golkar sebelum merilis nama-nama ke publik terlebih dahulu minta persetujuan yang bersangkutan.”

Sontak saya amat sangat terkejut dan tiba-tiba kikuk. Gugup. Saya menjawab seadanya. Saya siap. Saya tak percaya apa yang barusan terjadi. 

Sehari kemudian, Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Manggarai Timur Bapak Vinsen Reamur menelpon saya. Beliau meminta nama lengkap saya, dan mengatakan, “Namamu terjaring oleh kami.” Saya terpana seraya bertanya dalam hati, “Haeee….benarkah ini terjadi?”

iklan

Pasca Pleno Partai Golkar NTT, saya dikirim screenshoot nama-nama bakal calon untuk Kabupaten Manggarai Timur. Nama saya tertera di urutan ketiga di bawah dua nama kader Golkar sendiri. Saya membalas WA tersebut dengan terima kasih berlimpah. 

Keesokannya, Mediaindonesiatimur.com merilis berita hasil pleno tersebut, sama persis screenshoot yang saya dapatkan malamnya. Saya serius merenung mengapa nama saya terjaring. Siapakah saya? Bagaimana saya selama ini? Bukankah saya adalah kader Partai Hanura sejati? Mengapa Partai Golkar Menjaring saya? Bukankah sinar politikku redup untuk tidak dikatakan hilang atau mati pasca kegagalanku dalam Pileg 2019? Apakah Partai Golkar telah keliru menjaringku?

Berbagai pertanyaan dalam benak muncul seketika, saat saya serius merenung setelah membaca berita itu. Partai Golkar merilis nama saya yang nota bene  bukan kader Partai Golkar, dan pada saat yang sama, saya sedang move on dari kegagalan Pileg 2019 lalu. 

Adakah nilai lain yang dilihat? Dalam rilis berita itu bahwa nama-nama yang dijaring di antaranya ada unsur kalangan milenial dan tokoh masyarakat. Hanya dua unsur ini saja yang nyerempet dengan keberadaan saya saat ini. Unsur yang lain serasa tidak pas untuk saya. Terus juga unsur-unsur itu mesti memiliki kapasitas, kompetensi dan integritas. Kepunyaan ini juga, saya masih ragu. Apakah saya pas? Permenungan yang sebenarnya tidak bertepi, namun saya paksakan untuk mengambil beberapa kesimpulan yang pas atas apa yang telah dilakukan oleh Partai Golkar NTT atas diri saya. 

Saya yang sedang terus belajar hidup berkomunitas dalam misi kemanusiaan, pertama, menyampaikan terimakasih tak terhingga kepada Partai Golkar NTT dan Manggarai Timur yang telah memasukkan nama saya. Partai Golkar amat sangat terbuka, walaupun saya adalah kader partai lain. Penjaringan ini turut memberikan kredit point apresiasi publik terhadap saya. Tentu juga terhadap Partai Hanura. 

Kedua, terimakasih berlimpah kepada Partai Golkar, saya sebenarnya sudah merasa selesai, merasa habis, merasa redup atas kegagalan saya pada Pileg 2019 lalu. Tetapi, Partai Golkar ternyata melihatnya lain. Kedua terima kasih tak terhingga tersebut amat pantas dan layak Partai Golkar dapatkan karena bagi saya bukan soal saya jadi maju atau tidak, jadi calon benaran atau tidak dalam kontestasi 2024, tetapi orang lain mendiskusikannya, mewacanakannya, adalah sesuatu yang luar biasa. Apalagi dijaring oleh partai politik sekelas Golkar. Saya bangga. 

Bagi saya pula, dalam politik elektoral tak elok kalau berambisi, apalagi ambisi berlebihan. Karena bukan kemenangan yang direbut tapi keterpilihan untuk menjadi pelayan. Keterpilihan itu ditentukan oleh masyarakat banyak. Untuk apa ambisi, untuk apa merebut. Toh itu keterpilihan atas kepercayaan rakyat. Jangan merebut kepercayaan rakyat. Jangan memaksa untuk dipercayai rakyat. Jangan berambisi untuk dipercayai rakyat. Hidup saja selaras alam dan setiap bangun pagi berpikir untuk hal baik apa yang bisa diberikan kepada sesama dan alam semesta. 

Dalam segenap kesadaran permenungan pasca Partai Golkar mengumumkan nama-nama tersebut, saya bersyukur bahwa kegagalan dalam Pileg 2019 memberikan makna lain dalam perjalanan hidup saya selanjutnya. Orang memang bertanya mengapa Anda gagal pada Pileg 2019. Saya selalu menjawab tanpa malu-malu bahwa boleh jadi rakyat menganggap saya gagal menjadi wakil rakyat, boleh jadi mereka sudah bosan atau jenuh karena saya sudah dua periode. 

Kepada Partai Hanura, tempat saya dibesarkan secara politik, tentu saya berterimakasih atas didikan dan tempaan. Di Partai Hanura, saya disaring/dijaring oleh Partai Golkar. Hati Nurani Rakyat bagi saya adalah polisi untuk mengawal saya agar tetap berkiprah dalam politik dengan menjunjung tinggi nilai-nilai hakiki yang terpatri dalam jiwa rakyat itu sendiri. Jiwa rakyat adalah kesahajaan dalam kesederhanaan yang mesti dianuti oleh setiap politisi. Itulah pengawalku.

Terimakasih banyak Partai Golkar. Terimakasih banyak Partai Hanura. Tentu harapanku agar Partai Hanura dan Partai Golkar terus bersinergi dengan partai politik lain dalam membangun Manggarai Timur menjadi SEBER: sejahtera, berdaya dan berbudaya.

Sekali lagi, bukan soal saya jadi dicalonkan atau tidak kelak, tetapi nama saya dijaring saja, itu sudah membanggakan saya. Sekali lagi, saya tidak berambisi, karena ini tentang kepercayaan rakyat. Ke depan, biarkan alam semesta memberikan petunjuk.

*Penulis adalah Ketua DPC Partai Hanura Manggarai Timur, Bakal Calon Bupati yang Dijaring Partai Golkar

TERKINI
BACA JUGA