Maumere, Ekorantt.com – Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki sempat berkunjung ke tempat usaha pembibitan tanaman di Dusun Tadat, Desa Kokowahor, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka.
Kunjungan Menteri Teten ini masih dalam rangkaian kegiatan RAT Kopdit Pintu Air pada Kamis, (20/05/2021) lalu.
Yohanes Pare dan ayahnya Petrus Mehan (59) tak mengira tempat usaha pembibitan tanaman mereka bakal dikunjungi Menteri Teten. Keduanya mengaku bangga atas sejarah kunjungan orang penting itu.
Yohanes maupun Petrus menuturkan, kunjungan Menteri Teten ke tempat usaha mereka tidak terlepas dari peran pihak KSP Pintu Air. Sebab, keduanya hanyalah orang kecil yang hanya memiliki pendidikan SD.
“KSP Pintu Air sangat berjasa dalam usaha saya ini dan kehidupan ekonomi keluarga. Tanpa modal pinjaman, saya tidak mungkin bisa dikunjungi Menteri. Saya dan keluarga bangga dan sangat bahagia. Walau hanya orang kecil dengan pendidikan sangat rendah Menteri bisa mengunjungi saya,”kata Yosef.
Yosef merupakan anggota binaan KSP Pintu Air. Ia bersama ayahnya Petrus Mehan pertama merintis usaha pembibitan sejak tahun 1990 hingga bangun UD Kasi Asing.
Usaha mereka berawal dari jasa baik seorang pegawai Kantor Camat Talibura bernama Sumadi asal Blatat.
“Beliau meminta saya untuk pembibitan 2000 anakan kakao. Saya menyanggupinya. Setelah anakan kakao berusia 8 bulan saya drop ke Pruda, Kecamatan Talibura. Saya diberi uang 2 juta. Uang sebanyak ini pada tahun itu nilainya sungguh luar biasa. Hal ini yang memantik motivasi saya dan keluarga untuk usaha pembibitan hingga saat ini,” kisah Petrus Mehan.
Seiring dengan perjalanan waktu, suami dari Margaretha Gleko ini memang sudah mengira usaha pembibitan pertanian dan perkebunan sungguh menjanjikan.
Tahun 2008, ia mengajukan pinjaman ke KSP Pintu Air sebesar Rp12 juta untuk modal usaha pembibitan lewat pinjaman atas nama anak sulungnya, Yohanes Pare.
“Saya hanya bisa omong, baca tulis tidak bisa. Anak sulung saya kan sampai kelas 5 (lima) SD dan bisa bantu saya,”katanya.
Sejak itu, lanjut Petrus, permintaan akan anakan pertanian dan perkebunan cukup tinggi tahun 2008. Petrus kemudian mengembangkan usahanya dengan mengontrak tambahan tanah di pinggir jalan yang menjadi tempat pembibitan UD Kasi Asing saat ini.
“Saya kontrak tanah ini tiap tahun bayar 6 juta. Dan pekerjakan 8 orang dengan memberi upah sesuai jumlah pengisian tanah di polibag. Satu polibag seharga seratus rupiah,”ujar Petrus.
Ia menyebutkan, ada tujuh jenis tanaman dalam usaha pembibitan itu. Tercatat, pembibitan cengkeh sebanyak 30 ribu, kakao 100 ribu, tanaman pala 40 ribu, vanili 30 ribu, salak 12 ribu, rambutan 6 ribu dan durian 5 ribu pohon.
Petrus mengatakan untuk pemasaran pembibitan juga harus dibuka jaringan.
“Saya menerima pesanan dari Dinas Pertanian, Kehutanan, Lingkungan Hidup bukan hanya di Flores tapi juga di luar Flores. Juga melayani permintaan dari desa dan perorangan,”jelas Petrus.
Untuk pinjaman hingga saat ini kisaran 500 juta sampai dengan 600 juta. “Kami hanya pinjam di KSP Pintu Air. Pintar punya jasa besar untuk usaha kami ini,”tuturnya.
“Tiap hari dua tangki air dibutuhkan untuk siram anakan ini. Per tangki seharga 80 ribu. Kalau musim hujan aman- aman saja. Tetapi kalau musim panas hanya mengandalkan tangki air,”lanjut Petrus.
Sementara Kabid Perkebunan pada Dinas Pertanian Kabupaten Sikka Markus Dua yang mendamping UD Kasi Asing sejak tahun 1991 ini mengatakan ketika menjadi Penyuluh Pertanian tahun 1991 mulai mendampingi usaha pembibitan yang dilakukan Petrus Mehan dan Yosef Pare ini.
“Saya berikan apresiasi kepada kedua orang yang pendidikan tidak tamat SD tetapi usaha pembibitan telah dijalankan selama 30 tahun dan berkembang pesat. Bayangkan saja tiap tahun UD Kasi Asing ini drop 750 ribu anakan kepada dinas-dinas terkait di Flores dan Lembata maupun ke Pulau Timor,” kata Markus.
Yuven Fernandez