Kelompok Dasawisma Nagekeo Belajar Ilmu Bambu di Kampus Desa Bambu YBL

Mbay, Ekorantt.com – Puluhan ibu yang tergabung dalam kelompok Dasawisma, Desa Wolowea, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo mengikuti studi lapangan ilmu bambu di Kampus Desa Bambu milik Yayasan Bambu Lestari (YBL) di Desa Ratogesa, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, Jumat (18/06/2021).

Kepala Desa Wolowea, Fransiskus Podo mengatakan bahwa studi lapangan tersebut sebagai wujud untuk mengembangkan bambu di wilayahnya. Desa Wolowea, kata Frans, merupakan wilayah yang cocok untuk membudidayakan tanaman bambu.

“Ibu-ibu dasawisma diperbolehkan untuk belajar tentang bambu baik untuk kelompok maupun untuk rumah tangganya nanti,” kata Frans di Kampus Desa Bambu-YBL Ratogesa.

Koordinator YBL Nagekeo, Juruslan Rangga Ndima menyebutkan 25 ibu yang telah melakukan studi lapang di Kampus Desa Bambu akan menerapkan di masing-masing wilayah. Prosesnya akan didampingi oleh Fasilitator Desa (Fasdes) masing-masing wilayah yang telah diintervensi.

“Ada dua wilayah Nagekeo yang mengikuti progam ini, Desa Wolowea dan kelompok di Kelurahan Wolopogo,” kata Ruslan.

iklan
Tenaga teknis YBL sedang menjelaskan sistem pengawetan bambu kepada ibu-ibu Desa Wolowea (Foto: Ian Bala/Ekora NTT)

Sekilas informasi, Yayasan Bambu Lestari merupakan organisasi nirlaba yang memberikan pengetahuan khusus tentang bambu.

Project Leader YBL-Flores, Paskalis Lalu menjelaskan bahwa organisasi yang berdiri pada tahun 1993 ini bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat tentang bambu.

Sejak bencana gempa bumi pada tahun 1992, yayasan ini mulai mengintervensi sistem pemberdayaan bambu di Maumere, Kabupaten Sikka. Kemudian berkembang ke beberapa wilayah Flores dan hingga akhirnya membangun Kampus Bambu di Ngada.

“Jadi sistem yang kita bangun itu dari hulu ke hilir. Hilirnya nanti masuk pada industri bambu yang kini berada di Aewoe, wilayah perbatasan Ngada-Nagekeo,” tutur Paskalis.

Ia menambahkan, pengetahuan tentang bambu diberikan kepada ibu-ibu rumah tangga yang telah tergabung dalam kelompok. Di Nagekeo, ada kelompok ibu-ibu di Desa Wolowea dan kelompok wilayah Kelurahan Wolopogo Boawae.

Kelompok ibu-ibu tersebut, kata Paskalis, akan mempelajari ilmu bambu mulai dari persiapan pembibitan, penanaman, dan panen.

Setelah tahap panen lalu masuk pada tahap pengawetan, selanjutnya ke tahap konstruksi dan laminasi pada proses industri.

“Jadi sistemnya pengembangan agroforestri, mulai dari hulu hingga ke hilir. Kita belajar semuanya dan kita siapkan dari hulu dulu, terutama ibu-ibu dan masyarakat,” katanya.

Ian Bala

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA