Cat Ulang Pesawat Kepresidenan, Senator AWK: Pemerintah Kehilangan ‘Sense of Crisis’

Jakarta, Ekorantt.com – Pesawat kepresidenan RI berganti warna dari yang semulanya berwarna biru-putih menjadi merah-putih. Heru Budi Hartono, Kepala Sekretariat Presiden, mengatakan bahwa alasan pengecatan ulang adalah agar warna pesawat Kepresidenan sesuai dengan warna bendera RI. Pengecatan ulang ini juga sebagai bagian dari cara memperingati HUT ke-76 RI.

Hartono mengatakan bahwa pengecatan pesawat tersebut menghabiskan dana Rp2 miliar.

Cara memperingati HUT RI dengan menghabiskan anggaran sebesar Rp2 miliar ini mendapat kritikan tajam. Senator dari Provinsi NTT, Angelius Wake Kako, turut menjadi bagian dari deretan tokoh publik yang mengritisi hal ini.

“Bagi saya pemerintah memang sudah kehilangan sense of crisis. Di tengah situasi masyarakat yang terimpit oleh beban ekonomi, kok pusat malah membuang anggaran,” jelasnya.

AWK, demikian sapaan familiar politisi muda ini, mempertanyakan urgensi pengecatan ulang pesawat menjadi merah-putih.

iklan

“Kalau catnya berubah apa ekonomi rakyat membaik? Kan tidak,” kata AWK.

Menurut AWK, kita kerap terjebak pada nasionalisme semu yang hanya berbasis ritual atau tampilan.

Baginya, kalau ingin memberikan kado ultah terbaik di bulan kemerdekaan ini, pemerintah harus merapikan birokrasi dan komunikasi agar pengendalian virus Covid-19 dapat teratasi.

Pemborosan anggaran Rp2 miliar ini, lanjut AWK, menjadi ironi di tengah kuatnya tekanan pemerintah pusat agar pemerintah daerah bertindak cepat dan efisien dalam merealisasikan anggaran.

“Selama ini pusat tekan pemerintah daerah untuk berkinerja baik dalam realisasi anggaran. Tapi kok malah pusat sekarang yang membuang-buang anggaran. Ini baru yang kelihatan. Jangan sampai selama ini banyak pemborosan juga yang tidak terendus,” beber AWK.

AWK menerangkan bahwa dalam penelusurannya di daerah, banyak Nakes yang mengeluh belum mendapatkan insentif. Banyak juga masyarakat yang meninggal saat isoman. Di luar Jawa-Bali, masyarakat terkendala ikut vaksin karena pasokan minim.

“Ini kan tanda ya bahwa situasi kita sedang tidak baik-baik saja. Maka pusat harap stop melakukan aksi yang tidak penting di tengah situasi yang masih genting ini,” tegas mantan Ketua PMKRI Pusat ini.

Baginya, memperbaiki fasilitas presiden di tengah situasi masyarakat yang sedang susah bukan keputusan yang tepat. Apalagi presiden cukup jarang melakukan perjalanan ke daerah-daerah atau luar negeri.

Sekali lagi, kata AWK, pemerintah sedang kehilangan sense of crisis. Kalaupun ada, barangkali kepekaannya sedikit dan cepat puas dengan kinerja yang telah dilakukan.

AWK bilang, pemerintah pusat semestinya menjadi teladan. Jangan hanya tahu tekan pemerintah daerah. Tetapi kepemimpinan nasional masih buruk di sana-sini, baik di level birokrasi, maupun komunikasi.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA