Maumere, Ekorantt.com – Bercocok tanam di wilayah perkotaan [urban farming] belakangan ini menjadi tren pada kalangan generasi millineal. Padahal dulunya tak sedikit yang berpandangan bahwa bertani kurang cocok bagi generasi muda perkotaan.
Stigma itu didobrak Adi Papa, mahasiswa Fakultas Hukum Undana-Kupang dan Tarsisius Oktavianus mahasiswa Unipa Indonesia-Maumere. Keduanya berhasil menyulap lahan tidur menjadi kebun semangka.
Kebun yang berada di Lorong Berdikari persis di belakang Kantor Dinas Lingkungan Hidup Waioti Kecamatan Alok Timur diberi nama ‘Lihat Kebunku’. Kebun itu mulai digarap pada Juli 2021. Adi Papa dan Oktavianus membuktikan bahwa milenial di kota juga bisa terjun di dunia pertanian.
Baru-baru ini Ekora NTT berkesempatan melihat langsung tempat kedua mahasiswa asal kota Maumere mengembangkan semangka hijau tersebut.
Adi Papa mengatakan bertani ingin mematakan aungan-aungan warga yang selama ini selalu meremehkan profesi sebagai petani.
“Saya dengan teman saya Tarsisius Oktavianus ini bertani karena ingin berkarya di masa pandemi lagi pula kuliah juga online. Jadi dengan bertani ini memberikan kami semangat juga untuk berkarya,” katanya.
Adi mengatakan bahwa merintis usaha ini terinspirasi ketika memanen hasil kebun di Wairkoja Kewapante. Sementara modal awal untuk bertani dari orang tua, karena status mereka masih mahasiswa.
“Hasilnya memuaskan. Uangnya lumayan,” kata alumni SMAK Frateran Maumere ini sambil tertawa.
Memulai dengan membuka lahan dan pembuatan bedeng sebanyak 15 bedeng. Diatas bedengan itu mereka menanam semangka hijau berbiji dengan sistem irigasi tetes. Cara penanaman bertahap setiap dua minggu dan jarak tanam 40 centimeter.
“Dana sekitar Rp 18 juta mulai dari pembukaan lahan, pembuatan bedeng dan fasilitas yang berhubungan dengan sistem irigasi tetes,” ungkap Adi Papa.
Usaha tanaman semangka kedua mahasiswa ini didukung mentor Hando yang bergelar S2 Pertanian dan pernah melakukan studi di Israel.
“Hasilnya pada panen perdana semangka baru-baru ini berhasil menjual 200 buah belum termasuk untuk dimakan dan bagi-bagi tetangga. Pokoknya pendapatan lumayan,” tutur Adi.
Seperti yang disaksikan Ekora NTT di kebun semangka ‘Lihat Kebunku’ ini terdapat sebuah pondok untuk nongkrong ala cafe dilengkapi WiFi.
Yuven Fernandez/Atho Parera