Kisah Miris Keluarga di Flotim, Tinggal di Gubuk Reyot Selama 7 Tahun

Larantuka, Ekorantt.com – Kisah miris kembali datang dari keluarga Simon Demon dan Katarina Bulu warga Dusun 2 Watodei, Desa Ile Pati, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, NTT. Mereka harus rela menahan hidup di sebuah gubuk yang sangat memprihatinkan.

Keluarga Simon dapat dibilang hidup dibawah garis kemiskinan jika dilihat dari sudut pandang tempat hunian. Rumah yang mayoritas bermaterial daun kelapa dan pelupuh itu memang perlu diperhatikan.

Sebagian sisi gubuk yang dijadikan rumah itu nyaris lapuk dimakan rayap. Di bagian depan, ada beberapa helai daun kelapa tampak berserakan, tak teratur menyelimuti gubuk tersebut.

Sedangkan beberapa bagian atap gubuk yang terbuat dari alang-alang dan daun kelapa itu pun sudah bocor. Hal itu yang membuat mereka kewalahan berlindung dibaliknya.

Simom memang sudah berulang kali merenovasi atap menggunakan alang-alang, namun tetap saja kondisinya cukup memperihatinkan saat musim hujan. Hal itu karena mereka tidak bisa membeli seng lantaran kondisi ekonomi mereka yang serba kekurangan.

iklan

“Saat musim hujan atap banyak yang bocor, jadi kami harus cari berlindung di tempat yang aman,” ungkap Simon.

Selain berlantai tanah, keluarga Simon juga ternyata belum menikmati listrik. Mereka hanya mengandalkan lampu pelita sebagai penerang di malam hari.

Simon Demon dan Katarina Bulu dikarunia dua anak masing-masing Arkinius Tukan [6] dan Maria Hinggi [3]. Mereka hidup bersama dalam gubuk reyot itu.

Pasangan suami isteri itu hanya tabah dan berpasrah dengan keadaan. Mereka hidup di gubuk yang dijadikan sebagai rumah mereka kurang lebih 7 tahun, persisnya di Dusun 2 Watodei, Desa Ile Pati, Kecamatan Adonara Barat.

Aktivitas suami isteri tersebut adalah berladang serta memanen hasil kemiri sebagai usaha untuk bertahan hidup. Meski salah satu tangannya terlihat cacat, tetapi Katarina Bulu nampak tegar merawat kedua anaknya.

Apalagi, saat ini Arki, yang duduk di bangku TK mengharuskan ia bekerja lebih keras mengolah ladang di sela menghantar anaknya ke sekolah. Walau serba kekurangan, mereka tetap tersenyum di tengah tantangan ekonomi keluarga.

Saat ini mereka tetap menjaga keharmonisan keluarga mereka meski hidup beratapkan alang-alang dan daun kelapa.

Sangat disayangkan, bantuan pemerintah hanya berada pada tataran BLT dan belum menyasar pada hunian.

Yurgo Purab

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA