Larantuka, Ekorantt.com – Larantuka, kota sejuta pesona. Selain alamnya yang eksotis karena berada di garis pantai, juga potret Gunung Ile Mandiri yang terpacak megah.
Meski demikian, di jantung Kota Larantuka, persis di sisi utara kampung lama Lewomuda, atau biasa disebut perumahan Tabali, Kelurahan Sarotari, masih saja terdapat puluhan rumah warga yang belum teraliri listrik.
Padahal, menurut data yang dihimpun media ini, Perusahan Listrik Negara Rayon Larantuka menargetkan Flores Timur daratan akan teraliri listrik 100% pada tahun 2019 lalu.
Nyatanya, hingga memasuki akhir tahun 2021, sebagian wilayah Kabupaten Flores Timur belum juga teraliri listrik hingga kini.
Pada tahun 2021, Bupati Flores Timur, Anton Hadjon sempat menyalakan listrik perdana di Desa Patisirawalang, Tanjung Bunga pada Kamis, 24 Juni 2021 lalu.
Pada kesempatan itu, Bupati Anton menyatakan bahwa satu-satunya kabupaten di NTT yang berstatus 100% desa berlistrik adalah Kabupaten Flores Timur.
Meski pada kenyataannya, pernyataan Bupati Anton belum bisa dibuktikan karena masih ditemukan sejumlah warga yang belum menikmati listrik.
Seharusnya kota yang dijuluki sebagai sister city, atau kota kembarnya Portugal tersebut selangkah lebih maju soal penerangan (listrik) dan air.
Hendrikus Odjan, warga setempat mengatakan, hingga saat ini mereka masih menggunakan pelita sebagai penerang.
“Listrik belum masuk sama sekali. Yang masuk hanya air PAM tapi debitnya kecil. Makanya kalau air untuk mandi kami pakai beli. Kalau air minum kami ambil pakai jerigen,” ujarnya kepada wartawan pada Minggu, 28 November 2021.
Warga lain yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, mereka terpaksa harus membeli solares, lampu yang menggunakan daya dari cahaya matahari untuk bertahan sebagai penerang di malam hari.
Hendrikus Odjan pun bercerita bahwa soal pengajuan mereka agar mendapat layanan listrik ke pihak PLN pun sudah dilaporkan ke Lurah Sarotari.
Lurah Sarotari, Donatus Seran Goran sudah menyerahkan surat permohonan ke pihak PLN untuk ditindaklanjuti namun belum ada jawaban.
Bahkan, pihak PLN memberikan kesempatan untuk membuat surat permohonan kedua, namun secara terus terang ia belum menyelesaikan surat tersebut.

Pelajar Sulit Belajar
Santos dan Roland, dua siswa di salah satu sekolah favorit di Flores Timur mengaku kesulitan belajar pada malam hari.
Situasi itu lebih dialami oleh Roland, siswa Kelas 5 SD. Sejak kelas 2 SD sampai kelas 5 SD, ia rela bertarung dengan asap pelita demi melihat huruf-huruf yang terpahat pada buku.
Meski kesulitan, Roland tak pantang mundur. Ia menambah sebuah pelita lagi demi lebih leluasa melihat abjad dan angka yang bergelantungan bebas di buku catatan mereka.
“Tidak bisa lihat le. Kurang terang. Kami gunakan dua pelita untuk belajar. Sudah lama kami pakai pelita. Sejak saya kelas 2 sampai kelas 5 SD ini,” ungkap Roland.
Kakak beradik itu, sempat beberapa kali harus belajar di rumah keluarga di pemukiman kota. Soalnya, ada pada rasa tidak nyaman saat belajar.
“Kalau gunakan lampu, kami senang,” tandas keduanya singkat.
Yurgo Purab