Proyek BTS di Ende: Terancam Mangkrak hingga Tenaga Kerja yang Terlantar

Ende, Ekorantt.com – Pada tahun 2021, Kabupaten Ende mendapat jatah pembangunan 59 BTS (Base Transceiver Station) dari Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia. Kehadiran BTS dirahapkan untuk menjawab kebutuhan akses internet warga di 59 desa di Ende.

Namun beberapa proyek BTS belum selesai dan terancam mangkrak. Di Kecamatan Nangapanda, misalnya, terdapat 14 titik stasiun pemancar. Dari angka itu, sejak dikerjakan pada bulan Oktober tahun 2021, belum satu pun titik stasiun yang rampung atau 100 persen selesai.

Ekora NTT yang memantau pekerjaan Tower BTS Desa Mbobhenga pada Kamis (13/1/2022) menemukan kondisi yang tak lazim pada sebuah proyek konstruksi pada umumnya.

Papan informasi proyek tidak ada. Progres fisik ditemukan sangat rendah. Pagar lokasi BTS belum selesai dikerjakan. Lalu pengecoran tiang tower sudah dilakukan namun pemasangan besi tower belum dilakukan.

Para pekerja yang didatangkan langsung dari Pulau Jawa dan pekerja lokal telah berhenti beraktivitas selama dua minggu.

iklan

Bahkan sebagian tenaga kerja dari Pulau Jawa sudah pulang ke kampung halamannya karena terkendala biaya makan dan minum.

Sukar, salah satu pekerja asal Grogogan, Semarang, Jawa Tengah menuturkan, ia bersama lima rekannya menerima pekerjaan tersebut dari seseorang bernama Mustofa.

Sukar tidak mengetahui nama perusahaan kontraktor yang bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut.

Awalnya mereka diberi pekerjaan di dua titik BTS yakni Desa Tendarea dan desa Mbobhenga.

Pekerjaan tower di Desa Tendarea, lanjut Sukar, telah dilakukan dan hanya menunggu pemasangan listrik dan pengurukan. Sedangkan di Desa Mbobhenga, pekerjaan terhenti selama dua minggu karena kendala material.

“Kami susah pak. Untuk makan saja susah. Saya mau lapor ke Depnaker saja biar bantu pulangkan kami ke Jawa. Kami terlantar. Setiap hari ngutang,” keluh Sukar.

Dia mengaku, untuk menyelesaikan dua titik pembangunan tower, mereka dijanjikan upah sebesar Rp53 juta. Namun hingga kini pembayaran baru Rp23 juta.

Nasib lebih miris terjadi di Desa Tendambepa dan Desa Malawaru. Belum ada aktivitas sama sekali alias masih 0 persen hingga pertengahan Januari 2022.

Ditemui pada Jumat (14/1/2022), Pelaksana Tugas Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Ende, Albert Yani mengatakan banyak pengaduan dan laporan masyarakat terkait hambatnya pelaksanaan proyek tersebut.

“Jadi memang informasi itu benar. Saya juga sudah diperintahkan bapak bupati untuk pantau. Hanya memang teknisnya ini langsung urusan pusat. Urusan ada di BAKTI. Kita di sini sifatnya koordinasi dan membantu jika ada masalah,” kata Albert.

Albert menjelaskan, berdasarkan laporan, dari 60 titik proyek BTS, baru 45 yang mulai dikerjakan. Ada 15 titik masih dalam kondisi 0 persen.

Meski telah 45 titik telah dikerjakan, urai Albert, 41 titik persentase masih berkisar 25 persen.

“Yang saya dengar kalau kontraktornya sudah kena penalti pada 20 desember 2021. Ini baru proses lagi. Ya, kita berharap semuanya dapat diselesaikan, nanti tanggal 20 ini kami vidkom, saya akan sampaikan ke pusat,” ujar Albert.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA