Kupang, Ekorantt.com – Bunafasia Kolo mampu meraih penghasilan ratusan juta rupiah setiap bulan melalui usaha tekstil yang digelutinya. Ia memiliki tempat usaha sendiri bernama Toko Watukosek di Oebobo, Kupang dan memperkerjakan 43 karyawan.
Perempuan kelahiran Kabupaten Malaka ini sukses seperti sekarang bukan tanpa kerja keras. Bunafasia harus melalui jalan panjang yang menguji kesabaran dan keuletan.
Pada tahun 2014, Bunafasia membuka toko kecil untuk menjual atribut seperti bordiran, dan semua bahannya masih didatangkan dari luar NTT.
“Awalnya tidak ada mesin jahit. Hanya toko untuk menjual atribut seperti bordiran. Tetapi semua bahannya masih diambil dari luar,” ujar Bunafasia Kolo kepada Ekora NTT, Rabu, 24 Agustus 2022.
Pada tahun 2018, Bunafasia kemudian berpikir untuk membuka toko konveksi, dengan modal seadanya, dari hasil tabungan yang dimiliki dari usaha awal penjualan atribut.
“Dari situ saya mulai punya pemikiran untuk membuka toko konveksi sendiri, dan semua seragam bisa kami produksi dengan hasil dan kualitas yang bagus di sini,” jelasnya.
Ia menuturkan bahwa bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan seragam menggunakan kain yang berkualitas tinggi, seperti kain jenis wol dan super wol.
Toko Watukosek, kata Bunafasia, dapat memproduksi semua jenis pakaian seperti jas untuk anggota DPRD, bupati, seragam kepala desa, linmas, dan lain sebagainya, dengan harga bervariasi.
Berkat ketekunannya, kini Bunafasia telah mampu membuat cabang TK Watukosek di Sumba Timur, Malaka, Belu, Ende, dan Kota Kupang, juga di luar NTT seperti di Bandung dan Jakarta.
“Sekarang omzet per bulan bisa ratusan juta. Semoga Watukosek ini semakin maju, dan bisa memproduksi pakaian di atas 1000 pcs per hari, dengan mesin bordir 24 kepala yang akan kami datangkan,” ungkapnya.
Kehadiran Watukosek di NTT, khususnya Kota Kupang, sebut Bunafasia, sangat membantu, karena pihaknya mampu merangkul generasi muda yang putus sekolah, untuk bergabung dan berkreasi bersama.
“Jadi anak-anak yang putus sekolah kita rangkul untuk belajar menjahit di sini, sekaligus membantu pemerintah membuka lapangan pekerjaan untuk anak-anak di NTT,” pungkasnya.
Manajer Toko Watukosek, Alfons Asa menjelaskan bahwa pihaknya dalam sehari mampu memproduksi pesanan seragam sebanyak 500 hingga 600 pcs, di luar pesanan jas.
“Karena kalau jas, maksimal satu hari itu hanya satu saja. Sebab kita butuh ketelitian dan kualitas. Kalau seragam bisa 500-600 pcs per hari,” jelas Alfons.
Alfons mengakui, sejak awal masuk TK. Watukosek tahun 2017 lalu, ia langsung mendapatkan tender untuk menjahit seragam Polisi Pamong Praja (Pol PP) di Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Sebelumnya, kata dia, TK. Watukosek sudah mendapat banyak pesanan dari Kabupaten Sabu Raijua, Sumba, Lembata dan Malaka untuk menjahit seragam.
“Kalau di Sabu order seragam Pol PP, Lembata seragam kepala desa, dan di Malaka seragam Pol PP, jas DPRD dan seragam linmas,” terang Alfons.
Menurut Alfons, TK. Watukosek memiliki keunggulan tersendiri dari toko konveksi lainnya, karena memiliki mesin bordir sendiri, dilengkapi dengan sejumlah atribut sesuai permintaan konsumen.
“Jadi kalau yang pesan seragam di sini bisa langsung bordir dan pasang atribut, sehingga konsumen hanya menerima seragam jadi,” ungkapnya.
Sementara Anton, yang merupakan Desainer TK. Watukosek, menjelaskan, ia didatangkan dari Bandung ke Kupang hanya ingin melatih anak-anak NTT agar memiliki keterampilan atau kemampuan di bidang konveksi.
“Tujuannya biar anak NTT memiliki keterampilan. Jangan sampai anak-anak daerah itu tertinggal. Dan sampai sekarang lancar-lancar saja, karena bisa merangkul semuanya, baik anak putus sekolah untuk dilatih,” pungkasnya.