Petani Garam di Manggarai Gagal Panen Akibat Banjir Rob

Ruteng, Ekorantt.com – Ratusan hektare lahan milik para petani garam di Nanga Banda, Kelurahan Reo, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai mengalami gagal panen pasca terendam banjir rob.

Diinformasikan, banjir rob diakibatkan oleh penggenangan di daratan wilayah pesisir selama air laut pasang sangat tinggi atau adanya gelombang badai.

Sementara itu, ada beberapa petani setempat merasa putus asa dan ingin berhenti menggarap lahan. Di lain sisi, kepedulian pemerintah setempat berupa bantuan juga nyaris tak pernah dirasakan oleh petani garam.

Salah seorang petani, Indra Abas mengaku terpukul dengan kondisi sekarang. Beberapa hektare lahan pribadinya yang digarap sudah tak ada hasil. Ia pun memilih untuk berhenti menggarap.

“Tiap hari saya tarik pakai centong. Tapi yang keluar lumpur, bukan garam. Saya sangat sedih dengan kondisi ini. Tapi mau menangis ke siapa? Pemerintah pun seakan tak peduli, mereka hanya peduli petani sorgum melulu,” keluh Indra, Senin (12/12/2022).

iklan

Indra bilang, banjir rob yang terjadi merusak semua sistem perairan garam hingga rentan cair sehingga kesempatan untuk diproduksi tahun ini gagal total.

Karena itu, hasil panen tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Lahan garam yang ia garap biasanya bisa menghasilkan 700 – 800 karung sekali panen. Sekarang anjlok menjadi 100 karung. Bahkan ada petani lain yang hanya menghasilkan 10-15 karung saja.

“Sedih sekali. Tumpuan hidup kami hanya berharap pada hasil garam ini,” ucapnya.

Aktivitas petani garam di Nanga Banda, Kelurahan Reo, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai/Ekora NTT

Indra berharap, Pemerintah Kabupaten Manggarai segera memperhatikan kondisi ini karena pasokan garam makin berkurang.

Sementara terkait harga pasaran garam, kata dia, tahun sebelumnya berkisar Rp70.000 sampai Rp80.000 per karung. Bahkan sekarang sudah naik sebesar Rp200.000.

Tetapi sialnya, harga garam yang cukup menguntungkan bagi petani tak didukung dengan kondisi yang ada.

“Jadi seputar itu masalahnya. Selain banjir rob, perhatian pemerintah untuk petani garam juga nihil,” terangnya.

“Kami tidak pernah dapat apa-apa dari pemerintah. Dulu memang ada pegawai dinas yang sering kunjung ke sini, tapi sekarang tidak ada lagi,” sambung Indra.

Senada dengan Indra, salah satu petani garam di Kecamatan Reok, Hamid juga merasakan kegagalan panen tahun ini.

Dari 46 hektare, Hamid hanya bisa memanen hasil dari 20 hektare. Hal itu juga karena faktor cuaca di mana hujan terus dan naiknya banjir air laut ke lahan yang digarapnya hingga membuat kadar garam mencair.

“Kami memang gagal panen tahun ini. Hasilnya sangat sedikit. Mudah-mudahan ada perhatian pemerintah untuk mencari solusi mengatasi banjir rob,” tutupnya.

TERKINI
BACA JUGA