Mengevaluasi Pembangunan Berkelanjutan

Oleh: Yohanes Leonardus Avendri*

Pembangunan berkelanjutan menjadi isu sentral yang terus dibahas dan akan selalu menjadi topik yang relevan dalam perkembangan global dewasa ini.

Pembangunan berkelanjutan pada hakikatnya merupakan suatu kondisi ideal yang menunjukkan ketercapaian keadilan sosial yang dapat berlangsung dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

Hal ini secara langsung maupun tidak merupakan suatu keadaan di mana pembangunan dan perkembangan global yang begitu dinamis tidak mempengaruhi kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mereka dan menjalani kehidupan sebagai warga negara.

Salah satu inti dalam pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan infrastruktur. Infrastruktur merupakan suatu kebutuhan dasar yang diperlukan dalam mengembangkan kemajuan ekonomi suatu negara yang menjadi bagian dalam industri konstruksi.

Industri konstruksi sendiri merupakan salah satu industri terbesar secara global dan mempunyai dampak langsung terhadap lingkungan. Sebagai bagian dari industri, maka pelaku jasa konstruksi harus beradaptasi dengan isu dan kebutuhan global dalam pembangunan berkelanjutan, yakni melalui kostruksi berkelanjutan.

Dalam berbagai literatur, konstruksi berkelanjutan didefinisikan sebagai upaya penciptaan dan pengelolaan lingkungan secara bertanggung jawab berdasarkan penggunaan sumber daya alam dan ekologi yang bijaksana.

Wyatt dalam tulisannya berjudul Recycling and Serviceability: The Twin Approach to Securing Sustainable Construction, menyatakan bahwa filosofi utama konstruksi berkelanjutan memerlukan ‘cradle to grave’ penilaian proyek. Cradle to grave sendiri dipahami sebagai konsep bisnis yang menggambarkan perkembangan suatu produk atau bisnis selama siklus hidupnya.

Dalam konsep konstruksi, cradle to grave dapat dipahami sebagai upaya penilaian proyek, yang melibatkan pengelolaan proyek selama hidup dan akhirnya dekonstruksi (penataan ulang) fokus pada aspek ekonomi keberlanjutan.

Dengan kata lain, fokus konstruksi berkelanjutan adalah pada pemanfaatan sumber daya yang bijaksana sepanjang siklus hidup proyek, baik proses perencanaan, pelaksanaan pembangunan, hingga pemanfaatannya.

Green Construction

Lalu apa pentingnya konstruksi berkelanjutan? Konstruksi berkelanjutan sebagai salah satu bentuk implementasi pembangunan berkelanjutan dalam rangkaian “green construction”.

Tujuan utama konstruksi berkelanjutan adalah mengurangi jejak lingkungan atau ekologi industri konstruksi di bumi. Uraian di atas pada dasarnya cukup menggambarkan bagaimana posisi industri konstruksi bagi perkembangan global. Pembangunan infrastruktur dengan menerapkan konstruksi berkelanjutan akan berdampak luar biasa secara lingkungan dan ekonomi.

Dengan manfaat besarnya, konstruksi berkelanjutan tetap mengalami berbagai tantangan. Beberapa literatur memberikan gambaran umum berupa empat kelompok besar tantangan dalam menerapkan konstruksi berkelanjutan.

Pertama, tantangan ekonomi. Pendapatan ekonomi menjadi tujuan utama para investor dalam proyek konstruksi. Abidin dan Powmya dalam tulisannya berjudul Drivers for green construction in Oman and its future prospects menyatakan bahwa kalangan praktisi konstruksi memiliki anggapan bahwa penerapan konstruksi berkelanjutan akan memunculkan penambahan biaya proyek.

Hal ini juga diperkuat dengan pengadaan alat atau teknologi ramah lingkungan yang harus diimpor. Studi kasus di Uni Emirat Arab, menunjukkan adanya peningkatan biaya sebesar 0-18%.

Kedua, tantangan profesionalisme. Tantangan ini berkaitan erat dengan biasnya definisi praktik konstruksi berkelanjutan di antara pemagku kepentingan proyek konstruksi.

Kurangnya pengetahuan terkait konsep, teknologi, dan material ramah lingkungan di kalangan praktisi konstruksi menjadi tantangan besar dalam penerapan strategi konstruksi berkelanjutan. Kurangnya pengalaman dan keahlian akan menimbulkan risiko konflik penerapan konstruksi berkelanjutan di antara pemangku kepentingan.

Ketiga, tantangan sosial. Hal ini disadari atau tidak, peran pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan menjadi poin penting terhadap keberhasilan konstruksi berkelanjutan.

Pandangan dan kesadaran masyarakat yang terbatas; misalkan merasa bahwa perlindungan lingkungan termasuk penyelesaian pencemaran lingkungan adalah urusan pemerintah. Selain itu, pelaku konstruksi merasa enggan untuk mengubah metode proyek konvensional mereka dengan metode konstruksi berkelanjutan yang terbilang baru bagi mereka.

Keempat, tantangan teknologi. Penggunaan material dan teknologi ramah lingkungan merupakan hal vital dalam penerapan konstruksi berkelanjutan. Hal yang menjadi hambatan besar adalah terbatasnya ketersediaan bahan dan teknologi ramah lingkungan baik di tingkat lokal maupun nasional.

Jika ada, hal yang sangat berpengaruh adalah terkait dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli atau menggunakannya. Hal ini karena membutuhkan tenaga terampil atau spesialisasi tertentu. Ini menimbulkan konflik terhadap keinginan stakeholder mengubah metode konvensional mereka.

Dengan berbagai tantangan di atas dan menimbang besarnya manfaat konstruksi berkelanjutan dalam jangka panjang, Penulis mengevaluasi bahwa saat ini pemerintah harus memiliki regulasi yang jelas dan merata terkait dengan mendesaknya penerapan konstruksi berkelanjutan tersebut.

Oleh karena berhubungan dengan kebutuhan publik, pemerintah baik daerah maupun nasional harus menganalisis kembali terkait kebijakan dan strategi penerapannya, termasuk kejelasan spesifikasi material dan teknologi ramah lingkungan.

Di lain sisi, pemerintah harus memainkan kerja sama dengan pihak swasta dalam hal pemenuhan material, ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuannya adalah supaya industri konstruksi tersebut harus mengedepankan aspek prioritas akan nilai kemanusiaan supaya terciptalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

*Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng

spot_img
TERKINI
BACA JUGA