Oleh: Harry Andrean Dethan*
Menurut World Health Organization, terdapat lebih dari 2 miliar ton limbah padat kota yang diproduksi setiap tahun.
Pada 2022 kemarin, berdasarkan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), volume timbunan sampah sebesar 19,45 juta ton di Indonesia. Sementara di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, terdapat 86 ton sampah yang dihasilkan per harinya.
Jika tidak ditangani dengan baik, permasalahan sampah dapat merugikan kesehatan berupa kontaminasi pada tanah, air dan udara. Karena itu, diperlukan adanya kesadaran ekonomis sebagai solusi pengelolaan sampah yang dapat diterapkan mulai dari tingkat rumah tangga. Salah satu solusi yang menguntungkan dalam mengelola sampah di rumah tangga adalah Bank Sampah itu sendiri.
Menurut Kementerian Kesehatan, Bank Sampah adalah tempat untuk mengelola sampah dengan menerapkan sistem reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang).
Selain itu, bank sampah juga akan menyetor sampah yang telah dikumpulkan ke badan yang telah dibentuk oleh masyarakat setempat atau pengepul sampah.
Sebagai solusi dalam mengatasi masalah sampah, Bank Sampah memiliki manfaat yang penting bagi masyarakat dalam aspek sosial, kesehatan, hingga ekonomi.
Dari segi sosial, waktu berkumpul dan bercengkerama bersama di Bank Sampah dapat meningkatkan relasi antara sesama. Masing-masing masyarakat juga dapat saling belajar dari setiap pengalaman pengelolaan sampah atau sekedar mempererat silaturahmi.
Dari segi kesehatan, lingkungan rumah dan kota juga dapat menjadi lebih bersih. Hal ini akan mencegah terjadinya penyakit seperti malaria, demam berdarah, serta berbagai jenis penyakit lainnya. Selain itu, lingkungan yang bersih dari sampah dapat mencegah terjadinya banjir dan bencana lainnya.
Dari segi ekonomi, masyarakat yang menabung sampah di Bank Sampah dapat menghasilkan uang. Ada pula Bank Sampah yang biasanya menyediakan kebutuhan sehari-hari untuk ditukarkan dengan sampah. Selain itu, sampah yang ada di Bank Sampah juga dapat didaur ulang menjadi berbagai macam kerajinan tangan dan benda yang bisa dijual lagi.
Lantas, bagaimana sebenarnya Bank Sampah itu berjalan? Masing-masing Bank Sampah memiliki manajemennya tersendiri. Akan tetapi secara umum, yang perlu ada dalam pengelolaan sistem bank sampah adalah buku administrasi, petugas atau pengurus, prosedur pengumpulan sampah, daftar hadir, pemilahan hingga penimbangan sampah, tabungan, serta penjualan ke pengepul.
Untuk menjalankan Bank Sampah dengan baik, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Menurut Theory of Planned Behaviour, faktor tersebut seperti attitude atau sikap, norma subyektif, kontrol perilaku, serta niat perilaku.
Berdasarkan faktor attitude atau sikap, pengetahuan terkait jenis-jenis sampah perlu dimiliki oleh masyarakat. Selain itu pemahaman dan kesadaran akan Bank Sampah perlu ditingkatkan.
Dengan mengetahui kedua hal tersebut, masyarakat dapat terdorong untuk lebih bisa peduli dengan pengelolaan sampah.
Selanjutnya, jika dilihat dari norma subyektif, masyarakat perlu diajak untuk terlibat dalam upaya pengelolaan sampah. Salah satunya adalah dengan menjadi nasabah Bank Sampah.
Masyarakat perlu sadar bahwa sampah yang tidak dikelola dapat menimbulkan berbagai efek negatif bagi lingkungan dan kesehatannya. Masyarakat juga akan mendapat keuntungan dengan terlibat sebagian nasabah Bank Sampah.
Lalu, dalam upaya kontrol perilaku, Bank Sampah perlu didukung dengan berbagai macam fasilitas dan kebutuhan, serta kemampuan dan sistem agar bisa berjalan dengan baik. Selain itu, Bank Sampah sebagai ide pengelolaan sampah ini juga perlu makin banyak diterapkan di berbagai wilayah baik di tingkat kecamatan hingga kelurahan.
Dengan memperhatikan semua faktor tersebut, maka diharapkan niat perilaku dari masyarakat dalam pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga dapat meningkat. Masyarakat diharapkan dapat memiliki kesadaran dan motivasi lebih untuk tidak membuang sampah sembarangan, mulai memilah sampah dan memanfaatkan bank sampah.
Karena itu seluruh pihak terkait baik dari Pemerintah, dinas-dinas terkait, serta lembaga swasta, dapat bekerja sama dalam melakukan sosialisasi atau kampanye masal di berbagai level masyarakat terkait Bank Sampah hingga pengelolaan sampah yang baik dan benar.
Di sisi lain, diperlukan juga adanya perancangan konsep kebijakan pengelolaan sampah rumah tangga dengan memasukan Bank Sampah ke dalamnya.
Dukungan terhadap Bank Sampah juga dapat dilakukan dengan cara pemberian dana hibah atau pinjaman modal, serta pelibatan pihak swasta melalui Corporate Social Responsibility (CSR). Dengan begitu, upaya pengembangan bank sampah yang lebih efektif dan modern dapat terlaksana; mengingat Bank Sampah adalah salah satu solusi yang baik dalam upaya mengurangi jumlah sampah, mengelola sampah di tingkat rumah tangga, serta menciptakan tren baru yang sehat di masyarakat.
Karena itu, alangkah baiknya solusi ini tidak hanya dijalankan oleh segelintir orang saja yang peduli terhadap lingkungan dan kesehatan, akan tetapi dapat menjadi solusi bersama yang dijalankan di masyarakat.
*Mahasiswa Pascasarjana Peminatan PPK, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Gadjah Mada