Maumere, Ekorantt.com– KSP Kopdit Pintu Air terkenal sebagai koperasi yang selalu hadir dengan inovasi dalam upaya membangun kesadaran anggota untuk menghidupi budaya menabung.
Perkembangannya yang pesat hingga saat ini tak lepas dari berbagai terobosan yang digagas oleh pengurus dan manajemen KSP Kopdit Pintu Air.
Salah satu inovasi yang terbukti sukses adalah gerakan satu juta rupiah. Berikut kisah tentang gagasan ini ketika mulai dirancang oleh Ketua Pengurus Bapak Yakobus Jano bersama tim kerja.
Tahun 2005 sedikit tekanan diberikan kepada segenap anggota Pintu Air yang simpanannya belum mencapai Rp 1 juta. Tahun ini menjadi tonggak penting karena jumlah anggota mencapai 1.169 orang.
Status keberadaan Pintu Air pun mulai dengan memiliki pengurus dan managemen kerja. Tuntutan Puskopdit Swadaya Utama waktu itu koperasi yang jumlah anggotanya mencapai seribu anggota wajib memiliki susunan pengurus.
Pada usia perjalanan mencapai usia 10 tahun ini pun Kopdit Pintu Air belum sepenuhnya memiliki aturan tertulis kepada segenap relawan yang kemudian menjadi pegawai awal tetap bekerja dalam tim yang solid. Bersama sang ketua, Yakobus Jano dirintislah semacam daya dorong kepada anggota agar lebih giat berkoperasi dengan memasukan uang simpanan sebesar Rp1 juta.
“Managemen sudah ada jadi kami buat gerakan menabung sebesar Rp1 juta. Banyak yang mengeluh tapi banyak juga yang setuju dan dengan perjuangan penuh berusaha memasukan uang senilai Rp1 juta. Saya selalu bilang kepada bapa ibu anggota bahwa yang namanya tanam itu harus dimulai, kalau kita tidak tanam lalu mau panen besar itu tidak bisa. Itu sama artinya dengan kalau mau supaya punya uang banyak saatnya harus dimulai dengan tabung dulu. Kalau tidak maka sama saja”, begitu celetuk Yakobus Jano kepada setiap anggota ketika ada pertemuan.
Saat itu ada yang mengeluh makan saja tidak cukup tetapi Yakobus Jano tetap bersikukuh bahwa pelan-pelan pasti bisa tabung satu juta. Intinya adalah bekerja dengan sungguh-sungguh bahwa kita pasti bisa. Segenap anggota pun merasa seperti dipaksa sekaligus motivasi yang besar agar berjuang. Hasilnya ternyata berbuah manis.
“Ada anggota yang datang kepada saya, lalu bilang, syukur e dulu bapa buat gerakan satu juta, jadi kami bisa bangun rumah. Ada yang bilang bisa beli perabotan kursi meja, sekolahkan anak dan usaha lainnya,” ujar Jano.
Menurut Jano, semua pikiran yang tercurah pada saat itu adalah bersama para relawan yang kemudian menjadi pegawai Pintu Air adalah menjadikan semua anggota menjadi anggota Pintu Air yang bermartabat karena berkoperasi.
“Kami semua orang-orang awal, mulai dari anggota perintis sampai dengan relawan adalah juga datang dari orang miskin yang meyakini bahwa kami bisa menjadi kaya karena mental kukuh perjuangan untuk merubah nasib. Satu lagi perjuangan awal kami adalah karena panggilan nurani untuk merubah wajah kampung kami Rotat dan sekitarnya yang selalu dianggap terbelakang,” katanya.
Gerakan Satu Juta Rupiah ini pun berlangsung sampai tahun 2006 dan perlahan ikut mengubah wajak Pintu Air. Tahun 2006 jumlah anggota yang bergabung menjadi 2.350 anggota.
Yang perlu juga dicatat pada tahun 2005 adalah sebuah Kelompok Pelayanan di Wutik, Kecamatan Koting dibentuk. Kelompok ini menjadi kelompok pertama di luar Rotat yang dibentuk dan sayangnya kelompok ini menjadi kelompok yang tidak berkembang.
Kelompok Wutik ini kini telah bergabung ke dalam Kantor Cabang Koting.
Selain Kelompok Wutik pada tahun 2005 ada juga kelompok Kloanglagot, kelompok Habi yang kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Pintu Air Cabang Kloangpopot. (Disadur dari buku 25 Tahun KSP Kopdit Pintu Air)