Unika St. Paulus Ruteng Dorong Pelestarian Kearifan Lokal Lewat Perlombaan Budaya Manggarai

Sejauh pengetahuan Pastor Ino, demikian akrab disapa, bahwa problem adalah ketika acara budaya di kampung-kampung, panggungnya tidak diberikan kepada anak-anak muda.

Ruteng, Ekorantt.com – Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng mendorong pelestarian nilai-nilai kearifan lokal, tradisi, dan adat istiadat masyarakat Manggarai.

Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan melaksanakan perlombaan budaya Manggarai seperti torok, puisi, pidato, dan fotografi pada Selasa, 14 Mei 2024.

Wakil Rektor 1 Unika Ruteng Marsel Ruben Payong berkata, pada tahun 1993 ketika Yubileum 80 tahun Gereja Katolik Manggarai, Robert Lawang pada salah satu makalahnya telah mengingatkan adanya potensi perkembangan “De-Manggaraisasi”, dengan salah satu cirinya adalah penggunaan bahasa, nama-nama orang, dan beberapa nilai budaya lain yang sudah semakin kabur atau luntur.

“Sinyal elemen Prof. Robert Lawang terkonfirmasi ketika tahun 1996 UNESCO dalam publikasinya tentang pendidikan di abad ke-21 mengidentifikasi adanya sejumlah ketegangan ketika umat manusia ini memasuki era abad ke-21,” katanya.

iklan

Salah satu ketegangan yang diidentifikasi adalah ketegangan antara proses globalisasi di satu sisi dan kemampuan manusia untuk memelihara dan mempertahankan jati diri lokalitasnya.

Marsel berkata, banjir bandang globalisasi tentu membawa banyak nilai-nilai yang tidak seluruhnya kompatibel dengan nilai-nilai lokal yang dianut oleh masyarakat.

Kemudian 2022 lalu, Kementerian Pendidikan Nasional mensinyalir ada sekitar 22 bahasa daerah di Indonesia yang terancam punah akibat semakin sedikitnya pemakai bahasanya dan kontaminasi dengan bahasa lain, kata Marsel.

Mengacu pada beberapa catatan tersebut, momen perlombaan budaya Manggarai mendapatkan tempat yang istimewa sebagai langkah strategis untuk merawat kearifan lokal dan jati diri ‘kemanggaraian’.

“Itulah sebabnya, Unika Santu Paulus Ruteng dan Panitia Dies Natalis 65 tahun Unika Santu Paulus Ruteng merasa perlu untuk menggelar perlombaan yang bernuansa untuk mengangkat kembali berbagai kearifan lokal di Manggarai melalui perlombaan torok, pidato dan puisi bahasa Manggarai,” jelasnya.

Marsel memberikan apresiasi kepada panitia dies natalis, juga para kepala sekolah yang telah merespons secara positif dalam mengirimkan para siswanya untuk mengikuti perlombaan tersebut.

Selain meningkatkan prestasi para siswa, di sisi lain, perlombaan bertujuan untuk merawat dan melestarikan kearifan lokal di Manggarai.

“Perlombaan ini mendapat sponsor dari Institut Manggarai (IM) dan Indonesian Financial Group (IFG), karena itu panitia dan Unika juga menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang tulus atas dukungan dan kepeduliannya,” tuturnya.

Lestarikan Budaya

Unika St Paulus Ruteng Dorong Pelestarian Kearifan Lokal Lewat Perlombaan Budaya Manggarai1
RD. Inosensius Sutam sedang diwawancara oleh media (Foto: Adeputra Moses/Ekora NTT)

Melalui perlombaan budaya Manggarai tentunya membentuk karakter dan melestarikan warisan budaya kepada generasi sekarang.

“Ada yang bilang orang muda tidak ingat budaya dan lain sebagainya. Itu karena tidak diberi panggung sebenarnya,” kata Koordinator Pelaksana Lomba Bidang Budaya, RD Inosensius Sutam di sela-sela kegiatan yang berlangsung di Aula GUT Lantai 5 Unika Santu Paulus Ruteng.

Sejauh pengetahuan Pastor Ino, demikian akrab disapa, bahwa problem adalah ketika acara budaya di kampung-kampung, panggungnya tidak diberikan kepada anak-anak muda. Karena disebut ada kriteria-kriteria khusus.

“Kemudian yang kita mau capai kompetensi yang berkaitan dengan pengetahuan, supaya anak-anak muda punya pengetahuan tentang budaya Manggarai,” jelasnya.

Kegiatan semacam ini juga membentuk karakter, kata Romo Ino.

“Kita lihat, dengan mereka duduk saja lalu hormati, itu kan membentuk tingkah laku sebetulnya dan gestikulasi sudah dilatih mulai menghormati orang lain juga,” terangnya.

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA