Mbay, Ekorantt.com – Harga kopi yang biasanya berkisar di angka Rp25 ribu per kilogram hingga Rp35 ribu per kilogram melonjak naik menjadi Rp80 ribu per kilogram beberapa waktu belakangan.
Meski harga kopi naik tiga kali lipat dari harga biasa, sayangnya para petani di Nagekeo tidak merasakan dampaknya.
Frans (48) kepada Ekora NTT membenarkan hal itu. Harga kopi yang naik menjadi hal yang langka terjadi di wilayah, sebagaimana pengalamannya selama ini.
“Ya, kami senang karena harga naik, tapi kami belum merasakan karena belum musim panen,” ujar Frans.
Menurut Frans, harga tertinggi yang pernah ia rasakan mencapai Rp38 ribu per kilogram.
Ia berharap harga kopi tetap bertahan hingga musim panen yang diperkirakan akhir Mei hingga Agustus nanti.
“Mungkin mewakili petani kopi yang lain, agar harga kopi bisa meningkat atau tetap di harga sekarang sampai dengan waktu panen kopi tiba,” tuturnya.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Koperindag) Nagekeo Kris Lede Bude menuturkan, pihaknya tidak mengetahui penyebab kenaikan harga kopi.
“Mungkin pengaruh tingkat produksi menurun saat ini. Tapi kami belum mengetahui lebih jauh,” tutur Kris.
Ia menambahkan kenaikan harga biji kopi bukan saja terjadi di Nagekeo. Di Ruteng, kata Kris, harga kopi mencapai Rp85 ribu hingga Rp90 ribu per kilogram. Sementara di Kabupaten Ende mencapai Rp100 ribu per kilogram.
“Para pedagang tidak berani membeli karena khawatir dengan harga tersebut tidak bisa menjual di pasar,” pungkasnya.