Melihat dari Dekat Inisiatif Warga Mengonservasi Penyu Sisik di Pulau Besar, Sikka

Apa yang dilakukan masyarakat merupakan bentuk partisipasi dan tanggung jawab bersama dalam melindungi dan melestarikan penyu. Penyu statusnya kritis dan hampir punah, harapannya tetap menjaga dan melestarikan

Maumere, Ekorantt.com – Perjalanan dari Pelabuhan Nangahale, Kecamatan Talibura menuju Dusun Margajong, Desa Kojadoi di Pulau Besar memakan waktu hampir dua jam menggunakan perahu motor.

Tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Timur (BBKSDA) Bidang KSDA Wilayah II Seksi Konservasi WIlayah 4 Maumere berlayar menuju Pulau Besar untuk menyaksikan upaya masyarakat lokal mengonservasi penyu sisik pada Senin, 23 Desember 2024.

“Wilayah teluk ini masuk dalam kawasan konservasi termasuk Pulau Besar, Pulau Pamana, dan pulau lainnya, luasnya mencapai 71 ribu hektar,” kata Martinus Raya Sili selaku Koordinator Resort Maumere Kawasan Konservasi TWAL Gugus Pulau Teluk Maumere.

Waktu dua jam tidak terasa. Tim tiba di Kampung Lebantour, Dusun Margajong sekitar jam 3 sore. Di sana, Bapak Pupung bersama empat orang lainnya sudah menunggu sedari tadi.

Tiga bulan belakangan, mereka aktif dalam upaya konservasi penyu. Upaya itu bermula saat Pupung dan teman-temannya bertemu dengan tim BKSDA Maumere.

Mengetahui adanya penyu yang bertelur di sekitar dusun, BKSDA mendampingi masyarakat agar memelihara telur penyu tersebut.

“Sebelum kami kenal dengan bapak dan ibu dari BKSDA, kami tidak tahu soal konservasi penyu. Kami juga tidak tahu wilayah kami masuk dalam wilayah konservasi,” kata Pupung, yang juga berperan sebagai Kepala Dusun.

Sebelum berjumpa tim BKSDA, kenang Pupung, setiap kali mendapatkan telur penyu, masyarakat selalu mengambilnya untuk dikonsumsi.

“Karena kita tidak tahu ini barang langka, ya kalau dapat kita makan,” tutur dia.

Kata dia, tiap tahun penyu bertelur di wilayah itu. Masyarakat berebutan dengan biawak untuk mendapatkannya. Kalau terlambat, maka hanya tersisa cangkang telur yang kosong.

Pupung dan kawan-kawan selalu mencari telur penyu setiap kali “bulan baru atau saat purnama datang”. Telur-telur penyu itu dibawa ke penangkaran sederhana yang dipagari dengan jaring pukat bekas milik nelayan untuk melindungi telur penyu dari predator biawak.

“Sejak kami dapat penyuluhan dari BKSDA, sudah 10 lubang penangkaran dengan jumlah telur setiap lobang itu ratusan lebih,” kata Pupung.

“Tiga lubang penangkaran sudah menetas. Pertama di bulan Oktober, lalu November, dan kemarin (22 Desember) yang ketiga.”

Lubang penangkaran pertama berisi 119 telur dan semuanya menetas. Begitu pula pada lubang penangkaran kedua. Sedangkan pada lubang penangkaran ketiga, dari 132 telur hanya 52 yang menetas, yang lainnya rusak.

Jenis tempat dan model konservasi milik Pupung dan kawan-kawannya terbilang sederhana dan membantu melindungi telur penyu dari serangan predator hingga menetas. Setelah menetas, tukik atau anak penyu langsung dilepaskan kembali ke laut.

Bersama tim BKSDA, Pupung dan kelompoknya melepaskan 52 ekor tukik atau anak penyu yang menetas sehari sebelumnya.

Pupung dan anggota kelompoknya berharap kerja mereka mendapatkan perhatian dari pemerintah. Ia juga berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan “kerja baik” yang telah mereka lakukan itu.

Pupung bersama tim BKDSA meninjau lokasi penangkaran penyu (Foto: Risto Jomang/Ekora NTT)

Penyu Sisik Terancam Punah

Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) adalah jenis penyu terancam punah yang tergolong dalam familia Cheloniidae. Perlindungan terhadap penyu jenis ini dan semua jenis penyu tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Konservasi penyu telah diatur dalam Buku Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu yang dikeluarkan oleh Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan RI tahun 2009.

Kepala Bidang KSDA Wilayah II Ruteng, Danawari Widiyanto yang juga hadir saat itu mengatakan konservasi yang dilakukan masih dalam tahap sederhana seturut kemampuan masyarakat yang akan dibenahi ke depannya.

Konservasi penyu, kata dia, menjadi tanggung jawab bersama karena penyu sisik masuk dalam kategori spesies langkah dan dilindungi.

“Penyu punya peran vital dalam ekosistem laut,” kata dia. Salah satunya untuk menjaga ekosistem terumbu karang.

“Apa yang dilakukan masyarakat merupakan bentuk partisipasi dan tanggung jawab bersama dalam melindungi dan melestarikan penyu. Penyu statusnya kritis dan hampir punah, harapannya tetap menjaga dan melestarikan,” pungkasnya.

Penulis: Risto Jomang

spot_img
TERKINI
BACA JUGA