Kelompok Po’ing Berkat Nita, Tetap Produktif di Usia Lanjut dengan Beternak Ayam Petelur

Kesibukan baru dihadapi para Pasutri ini, hingga jeri payah mereka mulai terbayarkan ketika setengah dari jumlah ayam itu bertelur perdana pada 21 November 2024

Maumere, Ekorantt.com – Sekelompok ibu rumah tangga asal Dusun Bao Loran, Desa Nita, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka sudah bertahun-tahun mengembangkan usaha hortikultura, kakao, dan pembuatan minyak kelapa murni.

Lama menekuni usaha itu, ibu-ibu yang rata-rata berusia di atas 50 tahun ini mau mengembangkan usaha yang lebih besar. Dari yang semula anggotanya terbatas pada ibu-ibu, kelompok tersebut diperluas dengan melibatkan para suami.

Memiliki latar belakang pekerjaan yang beragam, seperti petani, pensiunan pegawai negeri sipil, dan karyawan swasta, mereka berembuk dan sepakat membentuk usaha produktif bernama Po’ing Berkat pada 22 Juli 2024.

Kelompok Po’ing Berkat memiliki 14 anggota yang merupakan tujuh pasangan suami-istri (Pasutri).

Di saat bersamaan, wakil rakyat asal Kecamatan Nita punya dana aspirasi atau pokok pikiran (Pokir) sekitar Rp 70-an juta untuk usaha peternakan dan pertanian. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh Kelompok Po’ing Berkat.

“Dana tersebut hanya untuk pengadaan ayam petelur, kandang baterai dan 900 kilogram pakan ayam,” kata Frans Nong, anggota kelompok usaha Kelompok Po’ing Berkat, kepada Ekora NTT, Kamis, 13 Februari 2025.

Sementara untuk pembangunan kandang, masing-masing anggota kelompok urunan Rp325.000 untuk mengadakan bahan bangunan non lokal.

Baru pada 30 Oktober 2024, sebanyak 258 ekor ayam usia 18 minggu dan 900 kilogram pakan tiba di kandang yang berlokasi di halaman kediaman pasangan suami istri Om Tote dan Anyeli Teqsi.

Kesibukan baru dihadapi para Pasutri ini, hingga jeri payah mereka mulai terbayarkan ketika setengah dari jumlah ayam itu bertelur perdana pada 21 November 2024.

Kemudian muncul masalah baru. Kemungkinan pemberian pakan, minum, serta cuaca yang kurang baik saat itu memengaruhi produksi dan kesehatan ayam. Sebagian ayam terserang sakit menceret sehingga bertelur tidak teratur.

Kondisi kembali pulih berkat bantuan pendampingan dari petugas Dinas Pertanian, seperti pemberian pakan yang tepat jumlah, obat-obatan dan vitamin dilakukan secara tertib serta meningkatkan kebersihan area kandang.

Frans, yang juga mantan Kepala Bidang Penyuluhan Dinas Pertanian Kabupaten Sikka menceritakan, setiap empat hari 258 ekor ayam petelur menghabiskan 100 kilogram pakan racikan anggota kelompok.

Bahan pembuatan pakan terdiri dari campuran jagung giling sebanyak 50 kilogram yang dibeli dengan harga Rp8 ribu per kilogram, kemudian 28 kilogram dedak padi dengan kisaran harga Rp3-5 ribu per kilogram, lima kilogram tepung ikan seharga Rp15 ribu per kilogram, dan 15 kilogram konsentrat seharga Rp13 ribu per kilogram.

“Setiap empat hari kami belanja bahan pakan Rp780 ribu untuk mendapatkan 100 kilogram pakan ayam petelur,” kata Frans yang turut dibenarkan Anyeli Teqsi, Ketua Kelompok Bekat Po’ing.

Semenjak Januari 2025, setiap hari peternakan ini memproduksi 180 butir telur atau sebanyak enam rak telur yang dijual Rp55 ribu per rak atau Rp330 ribu per hari. Semua telur laku terjual habis, bahkan seringkali kehabisan ketika ada pembeli yang hendak membelinya.

Frans mengklaim telur ayam yang mereka produksi terjamin kualitasnya, tidak rusak dan bau, berbeda dibanding telur ayam yang didatangkan dari luar Kabupaten Sikka.

Peternakan Po’ing Bekat mulai memberi keuntungan bagi mereka, dan saat ini disimpan dalam bentuk tabungan sebesar Rp2,4 juta.

Setiap hari, mereka rutin bertemu di peternakan yang dinaungi pohon mangga tersebut, mendiskusikan usaha, membuat pakan ayam, arisan, serta membahas banyak hal positif atau sekadar bercengkerama sambil minum kopi dan teh.

Kemudian, mereka mengembangkan lagi setengah hektar tanaman jagung jenis Bisi, sayur sawi, dan buncis. Letaknya berdampingan dengan kandang ayam.

“Usaha kami terintegrasi. Kotoran ayam kami gunakan untuk pemupukan jagung dan hortikultura. Kalau dulu Gubernur NTT punya program tanaman jagung panen sapi. Kami punya ternak ayam panen jagung,” kata Frans.

“Jagung kelak dipanen akan diolah menjadi bahan-bahan baku pakan ayam.”

Penulis: Eginius Moa

spot_img
TERKINI
BACA JUGA