Kisah Eren Jelalu, Dokter Muda di Sikka yang Jatuh Cinta dengan Pelayanan di Daerah Terpencil

Maumere Ekorantt.com – Tahun ketiga pengabdiannya sebagai dokter PTT di Puskesmas Feondari dan kini bertugas di Puskesmas Wolofeo, Kecamatan Tanawawo, Kabupaten Sikka menjadikan Ernestin Salma Jelalu (27) sungguh paham apa artinya pelayanan.

Eren, begitu dokter muda ini disapa, sudah terlanjur jatuh cintah dengan pelayanan di daerah terpencil. Kepada Ekora NTT pada 11 Maret 2021, ia mengungkapkan alasannya.

“Memilih mengabdi di daerah pedalaman itu beda dan unik. Kita baru merasakan bahwa oh ini yang namanya pelayanan tanpa pamrih. Lihat masyarakat puas dan selalu panggil kita di mana saja itu kegembiraan tiada tara,” ujar dokter Eren.

Menurut Eren, tidak semua Tenaga Kesehatan (Nakes) mau mengabdi di pedalaman. Pasalnya, listrik, sinyal, dan medan yang sulit masih saja menjadi kendala, walaupun beberapa bulan terakhir Pemerintah Pusat akhirnya memberikan fasilitas WiFi.

“Bagi saya bekerja sebagai seorang dokter atau profesi apa pun mau ditempatkan di mana saja harus siap laksanakan. Karena yang kita layani adalah manusia yang membutuhkan bantuan,” jelas jebolan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Jakarta Barat tahun 2017 ini.

Anak keempat buah kasih Petrus Jelalu dan Yovilia Yoviani ini pun berkisah, masyarakat di pedalaman mengajarkan banyak hal tentang hidup. Meskipun hidup dalam keterbatasan, mereka tetap tersenyum. Pantang menyerah dan tak mudah putus asa.

“Di sana saya belajar masyarakat sangat tulus memberi dari kekurangan. Lagi pula ramah dengan para tenaga kesehatan,” demikian kata Eren.

Walaupun zaman sudah berubah dan teknologi informasi berkembang pesat, kata Eren, tidak sedikit orang di pedesaan masih percaya pada dukun atau ilmu magis. Karena itu dirinya bersama Nakes yang lain harus lebih cermat dalam memberikan sosialisasi tentang masalah kesehatan kepada masyarakat.

Istimewa (Foto: Dokumen pribadi)

“Tapi di pedalaman ada yang menggairahkan semangat karena perkampungan yang masih sangat asri. Jauh dari hiruk pikuk kota dan udaranya bersih,” ungkap Eren.

Menyinggung tentang medan tugas, Eren mengatakan, semua orang di Kabupaten Sikka pasti tahu tentang medan Feondari dan Wolofeo seperti apa. Tapi menurutnya, medan Wolofeo jauh lebih parah dari Feondari. Akses jalan yang sulit ditambah transportasi yang minim membuat sedikit saja pasien yang berkunjung ke Puskesmas.

Ia menyebutkan, pelayanannya menjangkau delapan desa yakni Renggarasi, Bu Selatan, Bu Utara, Loke, Detubinga, Bu Watuweti, Tuwa, dan Poma.

Awal tahun 2021, banjir menerjang akses jalan ke wilayah pelayanannya. Tak heran, banyak pasien kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Kalaupun menggunakan ojek ke Puskesmas warga harus membayar Rp50.000.

Sebagai satu-satunya dokter yang bertugas di Puskesmas Wolofeo dengan keterbatasan sarpras dan juga Nakes, ditambah medan sulit,  Eren tak tetap tegar. Semangatnya untuk mengabdi tertanam kuat dalam hati.

“Orang di desa yang sudah bertahun-tahun hidup terbatas saja tidak mengeluh. Saya juga harus tidak mengeluh. Mereka butuh saya,” tutupnya dengan semangat.

Yuven Fernandez

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA