Mbay, Ekorantt.com – Guru kelas 1, 2, dan 3 di gugus 2, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo menerapkan pembelajaran matematika menggunakan alat peraga kontekstual.
Praktik belajar bilangan itu menggunakan alat peraga benda konkret yang mudah didapat oleh siswa. Bantuan alat peraga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan numerasi siswa di kelas rendah.
Dalam praktik pendampingan kelompok kerja guru program numerasi untuk siswa kelas 1, 2, dan 3 SDI Madambake di Nangaroro, Sabtu (26/8/2023) menunjukkan adanya kemajuan daya tangkap siswa.
Sebelumnya, pola pembelajaran tatap muka dengan metode ceramah di depan kelas justru berdampak pada lambatnya siswa menangkap materi.
“Saya sejak tahun 2002 mengajar matematika di sekolah ini, tapi metode menggunakan alat peraga konkret baru kali ini diterapkan. Lebih efektif dan mudah dipahami siswa,” kata Fransiska Kasi (56).
Dalam pembelajaran membilang bilangan di kelas 1 pada sekolah tersebut, Fransiska menggunakan media hitung seperti biji jagung, biji asam, kulit siput, batu, dan sempoa.
Pembelajaran dilanjutkan menggunakan kartu angka untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam pencocokan bilangan.
Saat implementasi di kelas, para siswa antusias mengikuti pembelajaran bilangan. Mereka berebut permainan menggunakan kartu angka.
Hal serupa juga nampak terlihat pada materi membanding bilangan siswa kelas 2 SDI Madambake. Mereka aktif mengikuti pembelajaran bilangan menggunakan alat peraga yang disediakan seperti lidi, biji jagung, biji asam, dan batu kerikil.
Kegiatan belajar mengajar dilanjutkan dengan materi tentang tanda bilangan sama dengan (=), lebih besar (>), dan lebih kecil (<).
Arlina, salah satu siswa dengan lancang menyebutkan tanda bilangan saat tes objektif. Padahal, saat di bangku kelas 1, siswa ini merupakan salah satu tergolong siswa lambat.
“Dia (Arlina) sedikit mengalami perubahan daya tangkap,” ujar Fransiska yang pernah mengampu siswa itu.
Sementara siswa kelas 3 juga menggunakan alat peraga bahan konkret yang disiapkan siswa dan guru. Kelas itu mempelajari tentang pola bilangan berupa, pola tetap, pola inti, pola berulang, dan pola tumbuh.
Siswa diberi perangsang cara berpikir sebelum memulai pembelajaran seperti pernyataan umpan, menyanyi, dan tanya jawab.
Dalam praktik di kelas, guru menggunakan alat peraga berupa gelas plastik, stik es, dan tutupan botol berwarna. Selanjutnya, siswa dibagi dalam kelompok untuk mempelajari pola bilangan, lalu mempresentasikan.
Penggunaan alat bantu tersebut menunjukan tingkat kemajuan pemahaman siswa dalam menentukan pola bilangan pada sesi refleksi pembelajaran.
Hal itu dikemukakan saat evaluasi praktik pendampingan penerapan alat peraga pada materi bilangan oleh kelompok kerja guru.
Getrudis Ari, fasilitator program numerasi Kecamatan Nangaroro menyatakan kemajuan kemampuan siswa tergantung kreativitas guru dalam penerapan pembelajaran menggunakan alat peraga di depan kelas.
Ia berkata, siswa kelas rendah umumnya lebih mudah meniru dari guru maupun teman sebaya dalam setiap kali praktik di kelas.
“Sehingga guru setidaknya harus mengenal siswa dengan kemampuan masing-masing,” ujar dia.