Maumere, Ekorantt.com – Jalan panjang merintis beragam usaha dari Kelompok Wanita Tani Nelayan Kembang Baru memang penuh lika-liku.
Dibentuk pada 11 Mei 1999, Kelompok Wanita Tani Nelayan Kembang Baru tak langsung besar atau berkembang pesat.
Ternyata, beragam hasil usaha yang sudah menyebar di berbagai tempat penjualan tersebut berawal dari arisan kecil-kecilan.
“Kelompok ini kami bentuk pertama pada 11 Mei 1999 yang awalnya dengan arisan kecil- kecilan yang biasa orang Maumere bilang Sako Seng,” kisah Ketua Kelompok Wanita Tani Nelayan Kembang Baru, Agnes Wangi, di Nangahure, Senin, 25 September 2023 lalu.
Sejak awal berdiri, para anggota kelompok ini tekun dan bersabar. Mereka mulai memusatkan tenaga dan pikiran untuk menggarap beberapa tanaman pertanian di atas lahan milik warga Patisomaba.
Letaknya persis di Nangahure Bukit, Blok B, RT 17, RW 05, Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Berbekal kesepakatan, menurut Agnes, para anggota Sako Seng mulai menanam kacang tanah dan jagung di atas lahan tersebut.
“Kami garap orang Patisomaba punya lahan. Puji Tuhan mereka tidak minta bagi hasil tanam kacang tanah dan jagung,” katanya.
Agnes dan teman-temannya cerdas membaca peluang. Menurut dia, wilayah Alok Barat tanahnya sangat subur, sehingga setiap usaha pertanian bakal mendapatkan hasil yang bagus. Apalagi, banyak petani di sana berkonsentrasi membudidayakan kacang tanah.
Cara berpikir Agnes pun terus merangkak naik di balik melimpahnya hasil kacang tanah. Ia dan teman-temannya ingin mengolah kacang tanah menjadi kacang garing seperti dua kelinci.
“Tapi memang karena kami alatnya masih sederhana dan juga kerja masih manual. Sehingga kami kasih nama Kacang tanah itu kacang garing Isonomi,” jelas Agnes.
Tak berhenti pada sektor pertanian, para anggota kelompok juga merambah ke sektor kelautan. Berkat kerja keras dan cerdas, mereka berhasil menciptakan beberapa produk.
Para wanita ini mengambil ikan tuna dan mengolah menjadi abon, dendeng ikan tuna, stik ikan tuna, serta tunasui. Tidak hanya itu, para anggota Kelompok Wanita Tani Nelayan Kembang Baru juga mengembangkan stik rumput laut untuk naget ikan tuna.
Agnes mengaku modal awal mereka hanya berjumlah Rp25. 000 saja. Sebab dulu, kata dia, ikan hanya dibeli Rp7.500 sampai Rp10.000 per kilogram.
“Akhirnya dari modal yang ada, kami beli ikan terus hasilnya kami bagi 50 persen untuk modal lagi,” katanya.
Kreativitas Agnes dan teman-temannya tak berhenti pada dua sektor tersebut. Mereka juga menggarap sektor perkebunan, terutama mengolah minyak kelapa menjadi minyak goreng, yang belakangan diberi nama Suset. Cara mengolahnya pun berbeda, sehingga minyak yang dihasilkan bisa bertahan dalam tempo satu tahun.
“Pemasaran, khususnya kita di Kabupaten Sikka di Swalayan Roxi, Rejeki Express dan Dinas Koperasi dari Flores Timur dan Labuan Bajo, Malang dan Yogyakarta,” terangnya.
Perhatian Pemerintah
Seiring waktu berjalan, kisah Agnes, kerja keras anggota Kelompok Wanita Tani Nelayan Kembang Baru ternyata mendapatkan perhatian dari Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, Dinas Koperasi dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka.
Kerja sama beberapa dinas tersebut membuat anggota kelompok mendapatkan beberapa bantuan peralatan usaha. Berkat kerja sama juga berhasil mendapatkan sertifikat label halal terhadap beberapa kemasan produk yang dihasilkan para anggota kelompok.
Perjalanan panjang Kelompok Wanita Tani Nelayan Kembang Baru ternyata banyak melalui jalan terjal. Kendala dan hambatan pun kerap mengintai usaha mereka.
Salah satu yang Agnes sebut ialah kendala bangunan rumah produksi. Rumah produksi, kata dia, belum memadai atau belum memenuhi standar kesehatan. Hingga kini, pengerjaannya belum selesai dan baru sekitar 70 persen.
Selanjutnya kendala lain seperti peralatan penyimpanan ikan yang belum memadai. Sebab, jika stok ikan dalam jumlah banyak, maka tentu saja membutuhkan tempat penyimpanan yang memadai.
“Sejak 2003 sampai sekarang, kami tetap eksis terus. Ada beberapa Sekolah Kejuruan dan Perguruan Tinggi datang praktik ke sini,” aku Agnes.
Toreh Prestasi
Tidak hanya itu, di balik usaha dan kerja keras para anggota, Kelompok Wanita Tani Nelayan Kembang Baru berhasil menoreh beragam prestasi. Dalam skala nasional pernah meraih juara 2. Penghargaan juara 2 juga pernah didapatkan dari Dinas Pertanian Provinsi NTT. Sedangkan di tingkat kabupaten, kelompok ini pernah mendapatkan juara 1.
“Mungkin dari Kementerian menilai bahwa orang Sikka juga sudah tahu memilih jenis ikan yang secara ekonomis nilai jualnya juga bagus terus secara kesehatan nilai gizinya juga bagus,” ujar Agnes.
Dikatakan, jumlah anggota Kelompok Wanita Tani Nelayan Kembang Baru sebanyak 30 orang. Namun seiring waktu berjalan, tersisa 15 orang, sebab ada yang meninggal dan ada pula yang pindah penduduk.
“Selain mama-mama, kami punya anak-anak juga membantu dan bergabung bekerja sama kalau mereka tidak sibuk dengan pekerjaan mereka,” kata Agnes.
Ia pun berharap agar para peminat semakin banyak dan usaha Kelompok Wanita Tani Nelayan Kembang Baru bisa dikenal luas.
“Harga abon ikan tuna 200 gram dengan Rp60.000, satu bungkus stik kelor Rp15.000 dan kacang garing Isonomi Rp15.000. Itu sudah perhitungkan dengan biaya kemasan atau stikernya,” jelas Agnes.
Sementara itu, anggota kelompok Hendrika Hengar (54) mengharapkan ada bantuan pihak lain untuk mendukung usaha Kelompok Wanita Tani Nelayan Kembang Baru.
“Mungkin ada kelebihan dari pihak mana pun, bisa membantu kami modal atau sekadar mengisi barang-barang yang masih kurang,” kata Hendrika.
Aloysia Stevania Toni (Mahasiswa Unipa Maumere)