Kupang, Ekorantt.com – Manajer Program Plan Indonesia, Herbet Barimbing mengatakan, selama dua tahun Plan Indonesia telah mendorong sanitasi berketahanan iklim dan inklusif di Kota Kupang melalui program Water for Women (WfW).
Program ini, kata Herbet, untuk memastikan fasilitas atau akses air dan sanitasi masih digunakan, baik itu kualitas dan kuantitas oleh masyarakat akibat dampak dari perubahan iklim.
Selain itu, program ini juga memastikan akses air dan sanitasi dimanfaatkan oleh semua pihak termasuk orang dengan disabilitas.
Bentuk nyatanya, jelas Herbet, adalah bekerja sama dengan PDAM Kota Kupang. Dalam kerja sama itu, Plan Indonesia memfasilitasi PDAM Kota Kupang membuat rencana pengelolaan pengamanan air minum.
“Jadi rencana pengamanan air minum oleh PDAM Kota Kupang bisa berketahanan iklim juga inklusif,” jelas Herbet di Kupang, Senin, 18 November 2024.
Ia berharap dengan ditutupnya program Water for Women, dokumen rencana pengamanan air minum di Kota Kupang bisa meningkatkan kualitas layanan PDAM Kota Kupang kepada 300 pelanggannya.
Herbet menambahkan, Plan Indonesia dan NGO lainnya juga membantu Pemkot Kupang membuat rencana aksi daerah adaptasi perubahan iklim.
Harapannya, rencana aksi daerah adaptasi perubahan iklim bisa terintegrasi dengan pembangunan-pembangunan yang berkelanjutan.
“Diharapkan bisa jadi pedoman bagi pemerintah Kota Kupang,” ujarnya.
Ia mengatakan, Plan Indonesia membantu menginisiasi terbentuknya bank sampah unit di empat kelurahan di Kota Kupang.
“Selama dua tahun berjalan sudah 11 ton yang bisa dikelola oleh empat unit Bank sampah ini,” ungkapnya.
Ia berharap melalui penutupan dan serah terima program Women of Human (WfW), pemerintah melalui dinas terkait seperti Dinas Lingkungan Hidup melanjutkan program ini.
Herbet menambahkan, melalui program WfW telah memberikan dampak secara langsung pada hampir sembilan ribu orang di Kota Kupang, Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Sumbawa di Nusa Tenggara Barat.
Termasuk kelompok termarjinalkan yakni perempuan, anak perempuan, orang dengan disabilitas, dan lansia.
Lebih jauh lagi, sejak 2018, WFW telah berkontribusi dalam pencapaian lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) untuk Kabupaten Manggarai, dan Kabupaten Sumbawa
Penjabat Wali Kota Kupang, Linus Lusi mengatakan, Kota Kupang memiliki tantangan dalam penyediaan air minum yang aman dan berkelanjutan.
Linus berharap program WfW dapat menjadi solusi tercapainya target air minum yang aman untuk seluruh warga Kupang.
“Lebih jauh lagi, dengan serah terima ini, kami berharap bisa terus melanjutkan praktik baik di sini,” tandasnya.
Kepala Bappelitbangda Provinsi NTT, Alfonsius Theodorus, menyampaikan selain akses air yang inklusif, dalam menghadapi perubahan iklim, Kota Kupang juga sedang menuntaskan masalah sampah dengan melibatkan masyarakat.
“Bank Sampah menjadi kunci pertama untuk pengolahan sampah agar tidak menumpuk di tempat pembuangan akhir. Selain itu juga, hasil dari bank sampah juga menjadi nilai plus di perekonomian warga,” ujar Alfonsius.
Dalam manajemen sampah, program WFW mendorong kesetaraan gender dan keterlibatan kaum muda dan teman disabilitas dengan hampir 40 persen dari tim manajemen sampah adalah perempuan.
Penyandang disabilitas yang berperan aktif di bank sampah, Rahmat mengatakan, dirinya diberikan kesempatan untuk bisa terlibat aktif dalam program program WfW dan Participatory Action Research (PAR).
Menurutnya, program ini mendorong dirinya untuk menggali permasalahan yang ada, merencanakan dan melakukan aksi bersama.
“Seperti aksi yang sudah pernah kami lakukan yaitu sosialisasi tentang disabilitas, sosialisasi pengelolaan sampah dan tanam pohon,” tutup Rahmat.