Hasil Produksi Ikan Tangkap di Sikka Naik pada 2024, Kesejahteraan Nelayan Belum Optimal

Seharusnya nelayan bisa sejahtera, karena sumber daya perikanan sangat besar, kata Paulus, namun sarana prasarana terbatas.

Maumere, Ekorantt.com – Produksi ikan tangkap di Kabupaten Sikka pada 2024 mencapai 27.625,41 ton, mengalami peningkatan dibandingkan dengan 2023 sebesar 23.970,48 ton.

“Data itu dikumpulkan Dinas Perikanan sejak Januari 2024 sampai 31 Desember 2024,” kata Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Sikka, Paulus Hilarius Bangkur kepada Ekora NTT, Rabu, 19 Februari 2025.

Produksi ikan tangkap berasal  dari Laut Flores di wilayah utara yang tersebar di Kecamatan Alok, Nangahale, dan Magepanda. Lalu dari Laut Sawu di selatan yang tersebar di wilayah Kecamatan Paga, Lela, dan Bola.

“Penyumbang ikan terbanyak dari wilayah utara,” ujar Paulus.

“Sebagian hasil produksi juga dipasarkan untuk memenuhi permintaan kabupaten lainnya di daratan Flores,” tambahnya.

Ia menyebut, jenis ikan yang ditangkap yakni ikan pelagis kecil, seperti ikan selar, layang. Pelagis besar itu tuna dan cakalang. Sedangkan ikan dasar seperti, ikan bandeng, kerapu, bawal, dan kakap merah.

Seharusnya nelayan bisa sejahtera, karena sumber daya perikanan sangat besar, kata Paulus, namun sarana prasarana terbatas.

Paulus mengatakan, pemerintah terus berupaya mendorong perkembangan usaha sektor perikanan dan kelautan, baik nelayan maupun badan usaha dalam bentuk investasi di sektor perikanan.

Kalau investasi di sektor perikanan padat modal dan teknologi, jelas Paulus, maka harus ada kemudahan yang diberikan kepada semua orang pelaku usaha perikanan, dan pemerintah sifatnya memfasilitasi.

“Termasuk bagaimana pemerintah memperhatikan nelayan-nelayan yang dengan keterbatasan sarana dan prasarana untuk meningkatkan produksi perikanan,” jelas Paulus.

Pada 2024, kata dia, Dinas Perikanan Kabupaten Sikka telah memberikan bantuan berupa kapal fiberglass, alat tangkap mesin sehingga ada perubahan kegiatan produksi di tingkat nelayan.

Selain itu, pemerintah juga menyediakan fasilitas pendukung serta melayani masyarakat berkaitan dengan pelayanan rekomendasi solar subsidi untuk nelayan.

“Saya perintahkan kepada bidang yang mengurus rekomendasi itu, di puncak musim ikan, pelayanan rekomendasi minimal tiga menit satu rekomendasi bisa diselesaikan,” tandas Paulus.

Tak hanya itu, Dinas Perikanan tetap memperhatikan semua nelayan, terutama berkaitan dengan sumber daya manusia. Bagaimana mereka mengubah diri, tidak hanya jadi anak buah kapal (ABK) tetapi juga menjadi pemilik kapal.

“Berproduksi itu berarti mereka menghasilkan ikan, kemudian ikan dijual menghasilkan uang yang nantinya digunakan untuk pengembangan usaha perikanan mereka,” ujar Paulus.

Ia menambahkan, pemerintah telah memfasilitasi penjualan es untuk mendukung kebutuhan nelayan maupun pedagang ikan.

“Kalau ikan mau baik atau dalam keadaan segar maka harus di bawah nol yang dibuat itu harus dengan bantuan es. Kalau itu bisa terpenuhi maka harga ikan di tingkat nelayan, atau pedagang akan baik,” kata Paulus

“Tetapi kalau es kurang atau fasilitas yang disiapkan pemerintah itu kurang maka ikan akan pada busuk. Harga jualnya pun akan menjadi rendah bahkan tidak lagi laku,” tambah dia.

Paulus menyebut, saat ini pemerintah memiliki empat pabrik es batu dan empat lainnya milik swasta. Produksi es milik pemerintah mencapai 30 ton per hari.

“Stok es di Sikka mencukupi untuk kebutuhan, karena kalau dibandingkan dengan jumlah kapal dengan produksi es belum cukup, maka kita gerakkan sektor swasta juga harus bisa bangun mitra agar bisa menyuplai es ke nelayan,” kata Paulus.

TERKINI
BACA JUGA