Permintaan Pasar Tinggi, Warga di Matim Giat Budidaya Porang

Borong, Ekorantt.com – Tanaman porang sangat familiar beberapa waktu belakangan. Tanaman berjenis umbi-umbian ini kini digemari dan mulai dibudidayakan oleh segelintir orang.

Budidaya porang dinilai strategis karena bisa mendatangkan keuntungan yang besar. Bahkan, porang punya potensi ekspor yang tinggi.  

Porang banyak digunakan sebagai bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, pembuatan lem, hingga jelly.

Khusus di Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), masyarakatnya giat membudidayakan porang. 80 persen petani di Desa Compang Deru membudidayakan tanaman porang di lahan milik mereka. Hal ini dilakukan mengingat tingginya permintaan pasar.

Padahal, sebelumnya tanaman yang tumbuh liar di pekarangan, di pinggir hutan, dan kebun milik warga ini hanya dipandang sebelah mata.

Harga umbi porang di Kabupaten Manggarai Timur memang bervariasi. Harga umbi porang basah berkisar Rp7000 – Rp15000 per kilogram. Sedangkan harga umbi porang kering berkisar Rp55.000 – 65.000 per kilogram.

Ignasius Djo, salah seorang petani di Desa Compang Deru mengakui bahwa tanaman porang merupakan tanaman yang mudah dirawat.

“Umbi porang ini peliharanya tidak susah. Apalagi di daerah kami ini, cocok untuk budidaya umbi porang,” ungkap Ignasius.

Ignasius menjelaskan, tanaman porang telah menjadi sumber pendapatan baru yang menjanjikan bagi warga desa sejak beberapa tahun terakhir

“Saya sudah merasakan hasil jual umbi porang tahun 2019 lalu. Diperkirakan dua juta lebih, pak. Itu sebabnya saya semangat membudidayakan umbi porang,” tutur Ignasius.

Ignasius sendiri telah menanam ribuan porang di beberapa lokasi kebun miliknya.

“Pada tahun 2020, saya menanam umbi porang di tiga lokasi, yakni di Wae Cabet sebanyak 700 pohon, di Wae Kemut 500 pohon, dan di Wae Tamuk 200 pohon. Total keseluruhan 1.400 pohon,” urai Ignasius.

Hal senada disampaikan Kladeus, salah satu petani yang juga membudidayakan tanaman porang.

“Saya punya sudah lumayan banyak. Cuma saya tidak hitung satu per satu saat tanam. Tahun 2019, saya timbang basah mendapatkan ratusan ribu, tapi waktu harga masih Rp5000 per kilogram,” ujar Kladeus.

Ia pun berharap, harga umbi porang bisa naik dari harga pada tahun sebelumnya.

Adeputra Moses

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA