Gereja Paroki Kurubhoko Kevikepan Bajawa Mulai Dibangun

Bajawa, Ekorantt.com – Dua tahun setelah ditetapkan menjadi Paroki yang mandiri, kini Gereja Paroki Maria Ratu Para Malaikat (MRPM) Kurubhoko di Kevikepan Bajawa mulai dibangun.

Pembangunan gereja seluas 26 x 44,5 m itu ditandai dengan peresmian peletakan batu pertama oleh Uskup Keuskupan Agung Ende, Mgr. Vincentius Sensi Potokota, Pr, Jumat (19/7/2019) di Kurubhoko.

Peresmian peletakan batu pertama oleh Ukup Sensi berlangsung dalam rangkaian ibadat sabda  di areal siap bangun, yang mana didahului dengan ritual adat.

Sekda Ngada Theodosius Yosefus Nono atau yang akrab disapa Tedy Nono mewakili Bupati Ngada Paulus Soliwoa meletakkan batu kedua, selanjutnya batu ketiga hingga kedua belas diletakkan berturut-turut oleh wakil-wakil umat dari berbagai wilayah dan stasi di sejumlah titik bangunan.

Hadir dalam peletakan batu dan pemberkatan areal bangunan itu, antara lain sejumlah imam dari tarekat OFM, Pastor Paroki Soa Rm. Daniel Aka, Pr, para donatur, undangan dan umat Paroki Kurubhoko.

iklan

Saat khotbah pada ibadat dengan tema “Kesanggupan kami adalah Pekerjaan Allah”, Uskup Sensi menegaskan pekerjaan apa pun yang membawa kebaikan membutuhkan kesanggupan. Begitu juga bangun gereja, Uskup Sensi, sampaikan bahwa itu butuh kesanggupan dalam membangun.

“Kita tidak sembarang bangun rumah, tetapi  ini rumah yang istimewa, rumah Tuhan. Kita mulai dengan keyakinan bahwa kesanggupan kita adalah pekerjaan Allah. Memiliki kekuatan dari dalam, dari Allah sendiri,” katanya.

Kesanggupan, kata Uskup Sensi, dapat teraktualisasi hanya kalau Tuhan hadir dalam diri kita, selanjutnya umat mau memberi diri berkorban secara ikhlas membangun bait Allah.

Sekecil apa pun pemberian umat dalam ikut membangun, Tuhan hadir di sana. Kalau digerakkan oleh kehadiran Tuhan, pemberian itu terberkati karena memberi dengan gerak Roh. 

“Dengan demikian kita menjadi orang bijaksana yang bangun di atas wadas yang kokoh,” tegasnya. Pada sambutannya usai ibadat, Uskup Sensi mengingatkan umat Paroki Kurubhoko agar terus merajut kekompakan dan menyukseskan pembangunan gereja Paroki Kurubhoko.

Kata Uskup Sensi, Gereja bukan sekadar simbol fisik semata, melainkan mengandung pesan sebagai sarana peribadatan yang ditunjukkan salah satunya melalui liturgi untuk menciptakan keheningan batin. Orang  Flores adalah manusia hidup. Saat bangun tidur, matahari terbit musik pun menyala. TV menyala dan berbagai aktivitas lainnya bergerak.

Namun hidup yang bermakna membutuhkan keheningan. Mutu kepribadian diukur dengan keheningan. Hening batin supaya bijaksana, otak dapat bekerja dengan baik.

Untuk itu perlu sarana peribadatan yang memadai guna membangun keheningan batin. Hening tidak identik dengan kesepian. Karena banyak orang bisa kesepian di tengah keramaian demikian juga sebaliknya.

Sementara Bupati Ngada Paulus Soliwoa dalam sambutan tertulis yang disampaikan Sekda Ngada Theodosius Yosefus Nono, memberi apresiasi  kepada umat  Paroki Kurubhoko yang kini telah memulai pembangunan gereja paroki.

Menurutnya, hal ini sebagai bukti  bahwa di tengah keterbatasan,  umat memiliki spirit kebersamaan untuk membangun tempat ibadat.

“Spirit ini jangan sampai luntur dan terus bahu-membahu membangun kesatuan,” kata Soliwoa.

Terkait dengan pembangunan bidang keagamaan, pemerintah daerah dalam keterbatasan anggaran tetap berupaya memberi perhatian  dalam meningkatkan pelayanan  melalui bantuan dana untuk pembangunan/rehab  tempat ibadat.

Melalui APBD sejak 2018 Pemda Ngada telah memberi bantuan dana untuk pembangunan/rehab tempat ibadat, di antaranya untuk pembangunan/rehab Gereja Maria Ratu Semesta Alam Langa, Gereja Paroki MBC Bajawa, Gereja Paroki St. Yosef Bajawa, Gereja Paroki Roh Kudus Mataloko, Seminari Mataloko,  GMIT Ebenhaezer Bajawa, dan Masjid Arahman Sambinasi Barat.

Dan pada Anggaran 2019, Pemerintah Daerah  juga telah mengalokasikan dana  untuk bantuan pembangunan Gereja Maria Ratu Para Malaikat Kurubhoko.

Bupati Soliwo mengimbau umat Paroki Kurubhoko agar  selalu berpartisipasi aktif  dalam kebersamaan membangun tempat ibadat ini. Jika selesai umat juga harus mampu merawatnya dengan baik.

Ketua Panitia Pembangunan Gereja Paroki Kurubhoko, Rafael Sai, dalam laporannya mengatakan, paroki tersebut adalah salah satu paroki di wilayah Kevikepan Bajawa, Keuskupan Agung Ende yang baru diresmikan tahun 2017, namun belum memiliki gereja yang representatif.

Perayaan misa mingguan masih menggunakan kapela darurat yang sebelumnya merupakan tempat ibadat sederhana stasi dengan daya tampung sekitar 350 umat.

Adapun umat Paroki Kurubhoko terdiri atas tiga wilayah; pusat dan dua stasi serta satu stasi persiapan dengan total jumlah umat 2.300 jiwa. Wilayah pusat paroki memiliki jumlah umat, 870 jiwa. Jumlah umat yang terus bertambah tentu membutuhkan gereja yang dapat menampung umat lebih banyak.

Pembangunan Gereja Paroki Kurubhoko dilaporkan Rafael menelan dana Rp 4 miliar lebih. Biaya sebesar itu, harapnya, diperoleh dari swadaya umat maupun bantuan pihak ketiga. Pembangunan tempat ibadat seluas 26 x 44,5 m itu dapat menampung lebih dari 800 umat.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA