Cerita Yustina Nei, Janda Berusia 72 Tahun yang Masih Terampil Menari hingga ke Kota-kota Besar

Maumere, Ekorantt.com – Yustina Nei ternyata masih merekam dan menguasai betul beberapa ragam tarian daerah Sikka meski sudah berusia 72 tahun. Bahkan hingga usia senja, ia masih tampil menari pada beberapa kegiatan di wilayah Kabupaten Sikka maupun event pada tingkat nasional di beberapa kota besar.

Yustina ialah istri dari almarhum Romanus Rewo, Pendiri Sanggar Budaya Bliran Sina di Kampung Watublapi, Desa Kajowair, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka. Sejak Watublapi mulai dikenal oleh wisatawan, pasutri itu mulai memikirkan untuk mendirikan sanggar seni demi menopang kehidupan ekonomi masyarakat setempat.

Sanggar yang bergerak pada tenun ikat dan tarian daerah itu memang tidak terlepas dari peran serta Yustina. Bahkan, sejak suaminya meninggal dunia, ia terus memberi motivasi serta menguatkan tradisi leluhur pada kelompok kecil itu.

Uniknya, meski usia yang terbilang sudah tua, Yustina selalu tampil menawan ketika menari di Sanggar Bliran Sina. Bahkan janda delapan anak ini selalu menempati barisan terdepan.

Yustina bilang, dengan menari membuat organ tubuh kuat karena ada unsur olahraganya.

iklan

“Saya sudah tua tetapi usia tidak menjadi penghalang bagi saya untuk menari. Saya menari sejak tahun 1970 hingga sekarang. Saya sebagai motivasi dan pemberi semangat bagi anak muda untuk tetap merawat dan melestarikan tarian daerah,” kata Yustina usai tampil Tarian Papak [penjemputan] saat acara Pentahbisan Diakon Yohanes Herri Purnomo, Imam pertama Indonesia untuk Kongregasi Oblates of the Virgin Mary di depan Gereja St. Thomas Morus Maumere pada Minggu, [31/10/2021].

Pada acara itu, Yustina nampak masih turut serta pada barisan penari. Ia begitu antusias menampilkan Tari Papak secara maksimal yang kemudian diikuti penari lain pada barisan belakang.

Ia menyatakan dengan tarian, ternyata juga bisa mengantarnya mengikuti event-event di kota-kota besar seperti Kupang, Surabaya, Denpasar hingga di Jakarta.

“Hanya karena terlibat aktif di Sanggar Budaya Bliran Sina bisa sampai di kota-kota besar di Indonesia ini,” kata Yustina, bersemangat.

Yustina Nei [72] berpose pada sela-sela penjemputan Uskup Maumere, para imam, Diakon Yohanes Herri Purnomo dari Kherubim Hall menuju Gereja St. Thomas Morus Maumere [Foto : Yuven Fernandez/Ekora NTT]
Yosef Gervasius, Pimpinan Sanggar Budaya Bliran Sina yang juga anak kandung Yustina mengaku sudah beberapa kali melarang ibunya menari karena faktor usia. “Kalau dilarang untuk tidak ikut menari itu berarti ribut besar dalam rumah. Jadi kami ikut saja kemauan mama,” kata Yosef sambil tertawa.

Meski demikian, kehadiran ibundanya dalam setiap kegiatan menari, kata Yosef, memberi warna tersendiri terhadap Sanggar Budaya Bliran Sina. Pasalnya, keterlibatan Yustina adalah sebagai pemicu terhadap para generasi terhadap tradisi dan budaya Sikka yang sudah terjadi secara turun temurun.

“Ini juga sebagai wujud kecintaan para orang tua terhadap budaya kita di Sikka. Kehadiran mereka [orang tua] sebenarnya untuk mendukung generasi agar tetap melestarikan budaya daerah,” tutur guru pada SMK St. Thomas Maumere itu.

Sementara terkait dengan Tarian Papak yang tampil pada seremoni penjemputan kiranya tetap dipertahankan dan dilestarikan dari generasi ke generasi di Kabupaten Sikka.

“Melalui acara penjemputan ini para tamu merasa dihormati dan diterima sebagai saudara dan keluarga sendiri dan merasa betah tinggal di Sikka,” ungkap Yos.

Yuven Fernandez

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA