Geliat Ekonomi Meningkat Usai Listrik Masuk Desa

Maumere, Ekorantt.com – Kehadiran listrik PLN di Desa Koja Doi, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka pada akhir tahun 2019 memberikan rezeki tersendiri bagi warga desa setempat. La Ancol tak menyia-nyiakan hal itu.

Selama dua tahun terakhir, dia membuka usaha es batu di rumahnya. Walaupun usahanya masih berskala kecil, paling kurang ia bisa menjawab kebutuhan es batu para nelayan yang ingin mengawetkan ikan hasil tangkapan mereka.

“Anak-anak sekarang bisa belajar malam hari karena ada listrik. Saya juga siap es batu tapi tidak banyak, soalnya pakai kulkas keluarga,” kata La Ancol yang ditemui di kediamannya pada awal November 2021 lalu.

Untuk diketahui, sebagian besar warga di pulau yang masuk dalam gugus kepulauan di perairan teluk Maumere ini bermatapencaharian sebagai nelayan. Hidup masyarakat sangat bergantung dari hasil laut.

Namun, sebelum listrik masuk, para nelayan kesulitan mengawetkan ikan hasil tangkapan. Mereka harus tergesa-gesa ke Maumere untuk menjual ikan.

iklan

“Pendingin hanya ada di Maumere. Tapi sekarang listrik sudah masuk, kami bisa awetkan ikan di sini supaya segar,” kata La Ancol.

Pengalaman serupa dialami oleh Yakob Kiha Uly, Warga Desa Ledeke, Pulau Raijua, Kabupaten Sabu Raijua. Layanan listrik 24 jam disambut gembira oleh Yakob dan 571 warga lain, setelah resmi menyala tepat pada perayaan Hari Ulang Tahun ke-76 tahun Republik Indonesia, 17 Agustus 2021 lalu.

Kegembiraan Yakob bukan tanpa alasan. Pekerjaannya dalam jasa perbaikan alat elektronik sangat bergantung pada pasokan energi listrik.

Saat listrik hanya menyala 12 jam, Yakob tak bisa menerima pesanan perbaikan alat elektronik dalam jumlah yang banyak. Dia takut keteteran saat proses perbaikan, takut kalau listrik padam. Padahal, dia bisa saja menerima pesanan yang banyak bila listrik menyala 24 jam.

“Saya tidak sesuka hati terima orderan. Saya takut keteteran kalau banyak yang pesan. Listrik belum siap,” kata Yakob.

Setelah listrik menyala 24 jam, Yakob bisa tersenyum lebar. Usahanya bisa berjalan lancar tanpa takut kalau sewaktu-waktu listrik padam.

“Kami sangat senang sekali dan sangat berterima kasih kepada PLN yang sudah melayani listrik 24 jam nyala, di mana sebelumnya hanya 12 jam,” ungkap Yakob semringah.

Yakob kini meraup rezeki hingga 3 juta rupiah per bulan. Baginya, itu sudah cukup untuk kebutuhan makan minum dan pendidikan anak-anak.

Berkah kehadiran listrik dirasakan juga oleh warga Desa Compang Riwu, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur. Enam bulan lalu mereka sudah merdeka dari kegelapan.

Sebelumnya, nyala listrik hanya menjadi cerita mitos bagi warga kampung. Cerita yang terus didaraskan dari tahun ke tahun.

“Dulu kami pernah didatangi oleh seseorang. Katanya, mau bangun PLTA. Tapi tidak ada. Ada juga yang datang tahun 2.000-an bilang listrik mau masuk, tapi tidak masuk,” kenang Vensi yang sudah beberapa kali buka tutup usaha kios sembako.

Saat listrik PLN masuk, ia kembali membuka usaha kios sembako. Diakuinya, ketiadaan pasokan aliran listrik membuat usahanya itu sempat macet.

“Listrik sangat penting supaya kita buka kios sampai larut malam. Saya dan istri sudah berani buka kios. Kita berterima kasih kepada PLN,” ujarnya.

Melistriki Desa di NTT

Usaha melistriki desa-desa di Provinsi Nusa Tenggara Timur memang menjadi prioritas PLN. General Manajer PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur, Agustinus Jatmiko mengatakan, sebanyak 3.000 desa di NTT telah dialiri listrik PLN. Sisanya, 353 desa dialiri listrik dari non PLN.

Agustinus bilang, pihaknya fokus pada pembangunan jaringan listrik yang masih menggunakan arus listrik non PLN. Listrik non PLN itu difasilitasi oleh masyarakat sendiri, LSM, dan Badan Usaha Milik Daerah.

“Masyarakat belum merasa listrik sudah masuk kalau listrik PLN belum masuk. Kita fokuskan ke desa-desa itu,” kata Agustinus pada Hari Listrik Nasional, 27 Oktober 2021 lalu.

PLN, kata Agustinus, akan memberikan pelayan, baik dengan sistem on grid yakni menarik kabel listrik dari jaringan yang sudah beroperasi maupun dengan sistem off grid khusus bagi desa-desa yang berada di pelosok.

“Kita harapkan masyarakat di NTT yang sudah menikmati listrik PLN memanfaatkannya untuk usaha-usaha ekonomi,” tandasnya.

Tantangan dan Apresiasi

Diakui Agustinus, program listrik desa membutuhkan sinergi dan kerja ekstra, terutama dalam hal pengangkutan tiang ke lokasi karena medan yang cukup sulit. Sebagian material dibawa secara manual dibantu warga desa setempat.

“Kami ucapkan terima kasih kepada warga yang sudah dengan sukarela membantu kami,” ungkapnya.

Jatmiko juga mengapresiasi dukungan pemda dalam mempercepat penyaluran listrik ke desa-desa terpencil.

“Kami berharap dukungan pemerintah daerah khususnya pada kemudahan perizinan pembangunan serta saat penarikan kabel dan penentuan lokasi gardu dapat berjalan dengan lancar,” terangnya.

Sementara itu, Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur, Josef Nae Soi mengapresiasi kerja PLN karena mampu meningkatkan rasio elektrifikasi lewat program listrik masuk desa.

Kata Nae Soi, saat Gubernur Viktor B. Laiskodat dan dirinya menakhodai NTT pada 2018 silam, rasio elektrifikasi masih 62 persen. Kini rasio elektrifikasi di NTT hingga Oktober 2021 melesat hingga 88 persen lebih.

Dia pun berharap, program listrik masuk desa terus digenjot agar rasio elektrifikasi mencapai 100 persen.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA