Oleh: Urbanus Xaverius Landa*
Saat ini di bulan September 2022, Universitas Nusa Nipa (Unipa) Maumere sedang merayakan Dies Natalis yang ke-17. Perayaan diselenggarakan dengan sangat meriah. Ibarat saat ini kita sedang merayakan ulang tahun yang ke-17, sebuah usia yang mekar serta penuh harapan akan masa depan.
Di usia ini, kita bisa optimis akan pencapaian-pencapaian kelak. Kita juga optimis untuk memberikan kontribusi terbaik dari Maumere untuk Indonesia dan dunia. Tulisan ini adalah catatan atas perjalanan 17 tahun Unipa serta bagaimana menanggapi perubahan di masa depan.
Pada tahun 2020 yang lalu, saya berkesempatan membaca kliping yang disusun oleh Dr. Jonas K.G.D. Gobang, S.Fil.,M.A. Ini adalah sebuah kliping yang baik dalam memberikan gambaran kepada pembaca mengenai perjalanan Unipa. Kliping diambil dari pemberitaan media cetak maupun online mengenai perjalanan Unipa sejak berdiri pada 2005 hingga saat ini.
Saya berusaha membaca dengan baik berita-berita kliping dan juga melihat beberapa buku guna membantu saya memberikan gambaran yang lebih baik pada tulisan ini.
Unipa berdiri berdasarkan Akte Pendirian Nomor 05 Tanggal 08 Oktober 2003 dan Akte Nomor 21 Tanggal 22 Oktober 2004 dengan Pengesahan Menteri Hukum dan HAM RI tahun 2005. Sejak pendirian, Unipa mengalami berbagai tantangan dan kritikan.
Kritikan yang muncul berkaitan dengan pengelolaan input, proses, dan output yang berkenaan dengan pendirian Universitas. Salah satu penolakan dapat kita lihat pada tulisan opini dengan judul “Pendidikan Tinggi atau Pendidikan Dasar?” yang ditulis Josef Nualu’a.
Bagi penulis opini di atas, pendirian Unipa di tahun 2005 tidak tepat, belum diperlukan di tengah tingginya tingkat kemiskinan di Kabupaten Sikka. Yang tepat adalah perhatian pada pendidikan dasar sebab pendidikan adalah landasan terciptanya generasi yang mampu membangun bangsa dan negara menjadi bangsa yang bermoral dan beradab.
Penulis, di akhir opininya memberikan beberapa masukan di antaranya pemberian beasiswa bagi putra-putri Sikka untuk kuliah di tempat lain dan pembangunan fasilitas pendidikan keterampilan di Sikka.
Pendirian Unipa juga menjadi polemik tersendiri di kalangan DPRD. Sebanyak 10 orang anggota akhirnya mengajukan interpelasi namun usulan tersebut ditolak karena DPRD secara umum mendukung pendirian Unipa. Di tahun 2020, setelah 15 tahun perjalanan, sejak tahun 2005, Unipa telah mengalami banyak perubahan.
Unipa kini menjadi salah satu PT terkemuka di Flores. Sejak tahun 2019 perkembangan terkini Unipa memang patut disyukuri karena memiliki 8 Fakultas; 19 Program Studi, 13 di antaranya telah terakreditasi B. Unipa kini merupakan PT terbaik di kawasan Flores dengan akreditasi B oleh BAN-PT yang juga sedang berproses menjadi PT unggul berskala nasional.
Pencapaian ini membuka ruang yang sangat mungkin bagi Unipa untuk berkembang menjadi Perguruan Tinggi (PT) terakreditasi A oleh BAN-PT. Dampak dari perolehan akreditasi A dapat menjadikan Unipa sebagai salah satu rujukan pendidikan tinggi atau mungkin menjadi 10 besar PT yang direkomendasikan di kawasan timur.
Target ini kelihatannya ambisius, namun harus demikian untuk mewujudkan pemerataan pendidikan bermutu di negeri ini.
Pencapaian luar biasa ini bukan saja menjadi kebanggaan bagi para pendirinya atau orang-orang awal yang terlibat langsung dalam pendirian Unipa maupun pengelolah Unipa saat ini, tetapi juga sekaligus menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Sikka secara umum karena memiliki modal yang cukup guna menatap masa depan pendidikan tinggi Indonesia.
Masa Depan Perguruan Tinggi Swasta
Wirosuhardjo (2015) menyebut ada dua hal besar yang dapat memengaruhi pendidikan tinggi di Indonesia. Kedua hal tersebut adalah bonus demografi dan globalisasi perguruan tinggi. Pertama, Bonus demografi merupakan pertumbuhan penduduk dalam jumlah besar yang kemudian hari ikut menyumbang posisi tenaga kerja.
Bonus demografi dapat meningkatkan produktivitas dan memicu pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan sumber daya manusia. Pendidikan yang baik tentunya akan menyumbang tenaga kerja yang berkualitas, mengurangi kesenjangan keterampilan serta menghindari ketidakcocokan di pasar kerja.
Dalam hal ini, kita menyadari bahwa pendidikan tinggi sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja yang bersaing serta cepat berubah. Pendidikan perlu dirancang untuk tanggap terhadap ketenagakerjaan, dan lebih dari itu, diharapkan dapat mendorong rekayasa perbaikan peradapan hidup masyarakat.
Kedua, globalisasi pendidikan tinggi, secara sederhana dapat kita mengerti sebagai hadirnya pendidikan tinggi luar negeri di Indonesia dengan posisi yang sama kuatnya dengan pendidikan dalam negeri. Kehadiran pendidikan luar negeri bisa merupakan bentuk kerja sama yang baik dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, namun dapat juga menjadi ancaman bagi keberlangsungan perguruan tinggi yang ada di dalam negeri.
Globalisasi pendidikan didasarkan pada ratifikasi perjanjian perdagangan dengan WTO. Perjanjian ini bersifat mengikat dan tidak dapat ditarik kembali sehingga globalisasi pendidikan tinggi tidak dapat dihindarkan lagi. Kita tidak dapat menutup diri lagi. Cara menghadapinya adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan.
Salah satu ciri utama globalisasi pendidikan adalah kuliah online yang mampu memangkas jarak serta biaya pendidikan yang cukup murah. Saat ini, semenjak wabah Covid-19 di Indonesia pada Maret 2020, kuliah tatap muka terpaksa dihentikan dan digantikan dengan kuliah online yang telah banyak mengubah wajah pendidikan di Indonesia.
PTS di masa depan akan berhadapan dengan masalah peningkatan kualitas SDM masyarakat Indonesia secara umum yang terus-menerus, peningkatan akreditasi kampus dan program studi, serta kualitas lulusan perguruan tinggi.
Selain persoalan pada tingkat nasional dan global yang telah saya sampaikan di atas, PTS khususnya Unipa perlu juga merespon kebutuhan pasar tenaga kerja di Flores dan NTT atau kesanggupan mengakomodasi kebutuhan lokal.
Unipa perlu merancang pendidikannya agar mampu mendorong perubahan peradapan di Flores dan NTT secara umum dengan bertumpu pada pertanian, perternakan, kelautan, kebudayaan dan pariwisata serta perdagangan umum lainnya yang menjadi kekuatan utama orang-orang Flores dan NTT. Diharapkan lulusan Unipa dapat menjadi penggerak dan pelopor perubahan di atas.
Untuk itu, kita akan sampai pada pertanyaan; apa yang harus dilakukan agar Unipa dapat merespon tantangan di atas serta menjadikan dirinya salah satu PT yang diperhitungkan di kawasan timur Indonesia? Pertanyaan ini akan meghadapkan kita pada status PT.
*Penulis adalah Peneliti pada Yayasan Pendidikan Avélandobolo