Koperasi Universal, Membangun Peradaban

Oleh : Suroto*

Kurang lebih satu setengah tahun lalu, saya ditemui Dr. Nao Tanaka untuk diskusi koperasi. Dirinya lahir tahun 1951, lulusan Universitas Tokyo jurusan Kimia Terapan yang telah banyak mengabdi di Indonesia untuk mengembangkan teknologi terapan. Gelar S3-nua dia peroleh dari Universitas Tohoku, Jepang.

Dia pernah bekerja di perusahaan minyak di bidang rekayasa refining, IT, daur ulang limbah plastik, bio teknologi, serta pengolahan air limbah. Bersama teman sejawatnya dia dirikan lembaga swadaya masyarakat Asian People Exchange (APEX) tahun 1987 dan dia menjadi direktur eksekutifnya.

Dia menemui saya dengan maksud berkonsultasi untuk rencana pendirian koperasi; sekaligus berdiskusi tentang gagasan dia tentang konsep Koperasi Universal, yaitu koperasi yang memberikan peluang bagi siapa pun untuk membangun sebuah koperasi dengan tetap hargai setiap kontribusi orang di koperasi: baik itu modal finansial, teknik/ide, tenaga.

Berbeda dengan konsep koperasi tradisional, anggota sebagai pemilik koperasi dihargai secara proporsional dan resiprokatif dalam pengambilan keputusan maupun pembagian manfaat.

iklan

Model tata kelola terpenting lainnya dari koperasi universal ini dalam pelibatan anggota secara aktif dalam investasi, bekerja dan juga berbagi kewenangan manajemen. Setiap anggota bisa berpartisipasi di dalam manajemen. Mereka dapat bekerja sesuai kemauan mereka sendiri. Jika mampu mewujudkan produktivitas tinggi dapat memilih mengurangi waktu bekerja atau menambah jumlah produk.

Ide Koperasi Universal ini secara konsep sesungguhnya berikan besaran kewenangan/suara kepada setiap anggota dengan proporsi sesuai kontribusinya berbasis perorangan. Tetapi supaya menyesuaikan dengan hukum yang berlaku, melakukan kompromi dan pakai sistem kewenangan/suara berbasis kelompok mengikuti model regulasi koperasi multi pihak.

Secara hukum, koperasi universal ini memang mengambil model koperasi multi pihak, di mana setiap anggota dibagi secara kluster baik kluster investor, manajemen, dan lain-lain. Model kluster ini juga agar memungkinkan ide dapat berjalan dengan tetap memberikan daya tarik bagi investor tanpa merusak proses demokrasi. Evaluasi kontribusi setiap anggota dilakukan oleh tim evaluasi yang anggota timnya dipilih secara demokratis.

Menariknya dari gagasan dia adalah bukan hanya ide tentang kelembagaan koperasinya, konsep koperasi yang dia kembangkan itu digagas sekaligus untuk memerangi persoalan kemiskinan dan kesenjangan, masalah kerusakan lingkungan dan sumber daya alam, dan penghancuran kemanusiaan atau dehumanisasi dari praktik sistem kapitalisme yang berjalan selama ini.

Dia katakan, dehumanisasi adalah bentuk kertertundukan manusia pada mesin, teknologi atau sistem yang diiringi dengan hancurnya kapasitas kemanusiaan, hancurnya nilai hidup orang, dan hancurnya relasi manusia.

Menurutnya, sistem kapitalisme dan korporasi kapitalis yang hanya andalkan keputusan perusahaan berdasarkan basis modal dan melakukan pengejaran keuntungan dan pertumbuhan ekonomi tanpa batas, semua hanya untungkan para kapitalis pemilik modal.

Dia tambahkan bahwa dunia sains dan teknologi modern hari ini dalam praktiknya hanya mampu ciptakan produk/jasa, efisiensi, kecepatan tinggi, dan skala produksi masal dari produk, tapi tidak mempertinggi nilai kemanusiaan dan derajat kemanusiaan, serta justru menghancurkannya.

Sistem kapitalis dan korporasi kapitalis demikian dia anggap hanya melanggengkan kemiskinan. Keserakahan segelintir elite kaya pemilik modal yang berorientasi semata pada profit/keuntungan itu hanya meningkatkan kesenjangan sosial ekonomi, kerusakan lingkungan dan sumber daya alam.

Praktik sistem ekonomi kapitalis dan liberalisme yang terjadi di negara kita saat ini juga telah tunjukkan akibatnya. Kebrutalan sistem kongkalikong dari elite kaya kapitalis dan elite politik saat ini telah sebabkan kemiskinan di negara kita semakin langgeng.

Mereka yang miskin absolut dan rentan miskin angkanya kurang lebih sekitar separuh dari jumlah penduduk kita. Menurut FAO (2023) ada 16,2 juta rakyat Indonesia pergi tidur dengan perut kosong.

Dari segi kesenjangan, dilaporkan oleh Oxfam ( 2022) bahwa dari 4 keluarga konglomerat kekayaannya sama dengan 100 juta rakyat Indonesia dari yang termiskin. Menurut Suissie Credit Institute, Gini Rasio Kekayaan kita tahun 2022 adalah 0,77 dari skala 0-1 yang berarti gambarkan jurang kesenjangan kekayaan kita itu telah melampaui angka toleransi dan dalam garis merah. Ditambahkan bahwa dari 83 persen orang dewasa Indonesia itu kekayaannya hanya di bawah 148 juta.

Saat ini koperasi yang dirintis Dr. Tanaka telah beroperasi. Berdirilah koperasi multi pihak dengan nama Koperasi Pusteklim (Pusat Teknologi Limbah) dan telah beroperasi satu tahun dengan mengajak beberapa temannya untuk jadi anggota. Koperasi ini untuk pertama mengerjakan pengolahan limbah.

Neraca per 31 Desember 2023 menunjukkan investasi sebesar 243 juta rupiah dan telah mampu ciptakan manfaat gaji dan juga keuntungan untuk anggotanya. Konsep koperasi universal yang dia dirikan telah membuat anggotanya mendapatkan manfaat riil koperasi. Tata kelolanya juga terlihat baik dan menurut saya ini akan menjadi bagian dari ide pengembangan koperasi yang baik di Indonesia di masa datang.

*Penulis Buku ” Koperasi Lawan Tanding Kapitalisme”, CEO Induk Koperasi Usaha Rakyat ( INKUR) dan Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES)

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA