Moralitas Adat dalam Pergaulan Remaja Nian Tana

Oleh: Victor Nekur Orinbao

Moral merupakan tata cara atau adat-istiadat yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai akhlak, budi perkerti, atau susila.

Sedangkan adat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi satu ke generasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat.

Moral adat merupakan perbuatan kita sebagai masyarakat pelestari adat mengenai hal baik dan hal buruk yang ada dalam masyarakat kita, terutama dalam diri kita masing-masing sebagai generasi Nian Tana.

Dalam adat Nian Tana, ada syair adat Nian Tana (noweng naweng) tentang  tumbuhkembang anak, sejak bayi, menuju pra remaja (nibon kibok nain tawa), saat remaja (waibuan dan tibo lamen) bahkan sampai dengan saat untuk menikah secara adat.

Adat memberikan kita nasihat yang begitu mulia untuk diri kita dalam memelihara tutur kata, sikap dan perbuatan dalam komunikasi sosial antara kita, baik dengan orang tua kita, kakak adik kita, teman-teman kita, para guru dalam konteks kehidupan sosial kita.

Adat mengajarkan kita untuk selalu berpatokan pada hati kita untuk menjaga nilai-nilai adat supaya kita tidak melanggar adat.

Dalam tumbuhkembang remaja, adat telah memberikan kita rambu-rambu untuk selalu menjaga kemurnian tubuh. Penanaman moral adat pada diri kita sebagai manusia berbudaya didahului pada saat kelahiran. Setiap kelahiran anak di Nian Tana selalu berada dalam suasana adat.

Dalam peristiwa Lodong Me (memperkenalkan anak) dengan alam luar rumah biasanya dengan syair adat seperti:

Ina ata dulak bua (Ibu kandung), Ama ata loran ga’e (bapak kandung), Me a’un (anakku), Me a’un (anakku)

Gete reta nea reta

Sape gete gahar wi’in

 Bano depo lalan molo

Gawi watin mudeng molo

Depo awu ina bur donen                

Mudeng awu bar nulu

Nasihat adatnya:

Oti Ata Weter Wenet weta 

Lopa gou gawi ata duen                 

Inat ele bur awu leku uwung  

Duen bei gogo pegong                  

Amat ele sedon teren leku unen

 Lopa bata lewang ata hoat

Hoat bao batu plapar

Untuk kaum remaja, yang harus dipahami dalam syair adat ini:

Bagi Remaja Pria

Jaga Wa’in Plamang Liman (jagalah kaki dan peliharalah tangan)

Wa’in Lopa Gawi ata Duen (kaki jangan langkah batas orang)

Liman Lopa Bata ata Hoat (Tangan jangan mengambil milik orang).

Dalam pergaulan remaja, maka remaja pria harus benar-benar untuk menjaga kakimu untuk tidak melangkah masuk pada halaman rumah remaja putri dalam keadaan apapun.

Begitu pula dengan tangan, tanganmu janganlah memegang tubuh remaja putri dalam kondisi apapun.

Terkesan kaku dan tidak bersahabat akan tetapi adat memberikan peringatan kepada remaja putra karena dalam Lodong Me sudah terpatri dalam benak orok laki-laki bahwa kalau sampai dengan melanggar norma adat maka orang tua kita (bapak dan mama) akan mendapat cercaan adat dengan bahasa adat:  Loning Inan ele bur awu leku uwung dan Aman ele sedon teren leku unen (Maka jagalah diri untuk mememlihara kehormatan adat orang tua, keluarga dan lepo woga).

Kahe untuk Remaja Pria

Nibon Blutuk Nain Tawa

Tawa Nadar Ora Angong

Sagang Sareng Watin Lawin

Tepo Ama Donen Lalan

Harus menjaga dan memelihara angong /ahklak sampai dengan tahap wake lepo sorong woga (berumah tangga) supaya ada kebanggan adat dalam keluarga yang tercermin dalam syair adat:

Gou wua reta likon pitu Ubun guer matan bepa

Lau man ‘lema lepo Wain nora poa inga

Pota ta’a reta liwun walu Repo pekok bela bo

Lau man ‘rawit woga  Men nora dara inga

Lambang keperkasaan sikap mental lelaki

Begitu pula dengan remaja Putri:

Jaga Tebon Plamang Tokon (menjaga kemurnian tubuh)

Dan harus penuh tanggung jawab dalam diri untuk selalu berprinsip: Ba sak ganu wair, Bunga tawa lepe pita, Gogo sar ganu watu, Wali peli petun unen.

Kedalaman hati perempuan dalam menerima lelaki (penuh pertimbangan). Kebanggaan dalam tubuh dan diri remaja putri adalah:

Mein benun etan teman Kikir blutuk wewe klekot

Epak beler ‘lepa ‘roun Nurak ganu wua wair

Bleruk ganu dimun kleruk Nurak raman ele garan

Meluk ganu lengi petin

Nilai-nilai adat harus dijadikan dasar dalam tata krama pergaulan kita sebagai manusia Nian Tana supaya kita tetap disebut dengan Ita Tora Adat.

*Penulis adalah pengacara di Maumere. Tulisan ini merupakan materi Kula Babong bersama para guru dan siswa/i SMK St. Thomas Maumere,12 Januari 2022

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA