10 Komoditas Terpopuler di Kabupaten Sikka, Apa Saja?

Maumere, Ekorantt.com –  Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Nusa Cendana bekerja sama dengan Bank Indonesia dan Pemprov NTT sedang melaksanakan penelitian terkait prioritas peningkatan komoditas unggulan di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dosen dan Data Analyst LP2M Undana, Umbu Raya dan Andreas Langga dalam Focus Group Discussion (FGD) tahap 2 di Aula Bappeda Sikka, Selasa (22/10/2019) mengatakan, pengambilan sampel dilakukan di Kabupaten Sikka, Ende, Nagekeo, Flores Timur, SBD, Sumba Tengah, Kupang, Alor, dan Manggarai Timur.

Khusus di Kabupaten Sikka, tim peneliti telah membagi komoditi dalam 19 sektor diantaranya tanaman pangan, holtikultura, buah-buahan, perkebunan, peternakan, industri pariwisata, kerajinan tangan, perdagangan, dan sektor lainnya.

FGD tahap 1 telah memetakan sepuluh komoditas terpopuler di Kabupaten Sikka yang menempatkan kelapa di peringkat pertama, diikuti budidaya babi, jagung, motor tempel penangkapan ikan, penangkapan ikan di laut, kacang hijau, kakao, tomat, bambu, dan pisang.

Kegiatan yang dihadiri pelaku usaha, pegiat koperasi, dan OPD terkait ini berusaha menangkap aspirasi dari pembuat kebijakan dan aktor lapangan.

Dalam diskusi yang berjalan selama dua jam tersebut, dibahas juga apa yang harus menjadi fokus pemerintah, apakah soal pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan pekerjaan, ataukah peningkatan daya saing Kabupaten Sikka. 

Mayoritas peserta diskusi setuju akan peningkatan daya saing Kabupaten Sikka. Mereka menyadari Sikka memiliki potensi akan komoditas kakao. Terbukti saat ini brand Coklat Sikka sudah muncul  ke permukaan dengan produk coklat batangan dan coklat bubuknya.

Selain itu, ada juga tenun ikat yang saat ini menjadi salah satu identitas Kabupaten Sikka.

Walaupun begitu, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Sikka, Lukman mengatakan, hendaknya peningkatan daya saing Kabupaten Sikka mengcover permasalahan tenaga kerja yaitu sulitnya ketersediaan lapangan kerja.

Aty Kartikawati

Kuliner Lokal Semarakan Expo Budaya Uyelewun

0

Lewoleba, Ekorantt.com – Expo Budaya Uyelewun Raya yang dimulai dari 17-19 Oktober 2019 di Desa Benihading 1 Kecamatan Buyasuri Kabupaten Lembata menampilkan aneka kuliner unik.

Keunikan kuliner  lokal selain memanjakan mata juga membuat ngiler untuk segera disantap setiap tamu dan undangan yang hadir. Setiap stand dari setiap desa menyajikan kuliner yang beragam.

PKK Desa Walangsawa menyajikan kuliner lokal yang unik. Keunikan kuliner ini terlihat dari makanan dan cara penyajian yang membuat para tamu tergiur untuk mencicipinya. 

Karni, Bidan Desa Walangsawa mengisahkan warga begitu bersemangat menyediakan aneka kuliner lokal.

“Kami senang sekali dan semua kuliner ini berbahan lokal. Semua makanan ini diolah secara manual, tidak menggunakan mesin. Kami mau menunjukan bahwa makan lokal yang dikelolah secara manual lebih nikmat dan gurih serta terasa keasliannya tanpa menggunakan bahan kimia,” ujar Karni.

Pantauan Ekora NTT di meja pajangan dipenuhi berbagai jenis kuliner lokal yang disajikan. Kuliner lokal itu antara lain kaputu (putu). Putu berbahan lokal ubi kayu yang dikeringkan selanjutnya ditumbuk menggunakan lesung.

Setelah  menjadi tepung selanjutnya dimasak menggunakan periuk tanah (tembikar) dan juga tempurung untuk membentuk model putu yang menarik. 

Selain putu ada juga paro’u, yakni nasi dengan bahan dasar beras tumbuk.  Ada bose yang merupakan makanan khas juga disajikan untuk dinikmati. Bose berbahan dasar jagung diolah dengan cara ditumbuk, dibersihkan  untuk direbus untuk siap disajikan.

Para tamu juga dimanjakan dengan perlengkapan penyajian dengan menggunakan bahan lokal yang menarik.

Ada paso (mangkuk besar terbuat dari tanah liat) digunakan untuk menyimpan putu, nasi dan juga bose yang siap dihidangkan.

Ora leteng, yakni senduk yang terbuat dari tempurung kelapa yang digunakan untuk mengambil makanan. Selain senduk yang terbuat dari tempurung kelapa juga ada gelas air yang merupakan hasil kreasi dari batok kelapa.

“Kami mengharapkan bahwa dengan kegiatan expo budaya kali ini, kita menggali kembali kuliner lokal kita. Generasi sekarang harus tahu bagaimana proses untuk mengolah bahan lokal yang ada menjadi menu yang enak untuk dinikmati. Di salah satu sisi bahwa kita juga mesti menjaga kesehatan karena terlalu banyak konsumsi makanan dengan campuran bahan kimia,” tutur Karni. 

Ia juga berharap bahwa generasi sekarang dan yang akan datang juga bisa tahu dan mewariskan kekhasan kuliner yang unik.

Martin Lamak

Expo Budaya Uyelewun, Menggali Potensi Budaya demi Kepentingan Pewarisan

0

Lewoleba, Ekorantt.com – Pemerintah kabupaten Lembata menyelenggarakan Expo Budaya Uyelewun dari 17-19 Oktober 2019. Kegiatan ini berlangsung di Desa Benihading 1, Kecamatan Buyasuri. Acara dibuka oleh Asisten III Wenseslaus Ose Pukan.

Menurut Plt Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata, Apol Mayang, Expo Budaya Uyelwun Raya bukan ingin menjadikan Uyelewun sebagai etnik yang superior.

Dirinya menjelaskan di Kabupaten Lembata, ada dua etnik masyarakat, dengan budaya yang berbeda yakni masyarakat adat Lamaholot dan masyarakat adat Kedang.

“Kita sudah buat Festival Lamaholot dan sekarang kita buat expo budaya Kedang. Hanya untuk mengeksplor, menggali, potensi budaya yang ada di Kedang, untuk kepentngan pewarisan. Jadi semua nilai nilai budaya kita ini mau diwariskan,” ujar Apol.

Hadir dalam iven Expo Budaya Uyelewun Raya tahun 2019 ini adalah Direktur Penanganan Pascakonflik Kementerian Daerah Tertinggal, Hasrul Ediard.

Hasrul Ediard  dalam sambutannya menyatakan program penguatan pranata adat seperti yang dialami saat ini merupakan program dari pemerintah pusat dengan  tujuan dalam rangka mewujudkan dan menguatkan persatuan dan kesatuan  masyarakat.

“Melalui iven ini kita harapkan silahturahmi, kerja sama dari berbagai suku, agama dan ras. Kita mempunyai harapan besar bahwa kita bisa bersatu, tidak bergesekan. Silahkan kita berbeda tetapi kita tetap jaga bersama-sama kedamaian dan persatuan. Struktur  yang heterogen ini kita kelola secara baik untuk menguatkan kebersamaan dan persatuan,” jelas Hasrul.

Selanjutnya beliau menambahkan, dengan adanya keberagaman yang ada dapat melahirkan kreasi di tengah masyarakat. Keberagaman ide ini akan semakin memperkaya dan menyatukan persepsi untuk melakukan pameran menggali budaya-budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat setempat.  Sampai pada tahap bisa mempromosikan  budaya dan adat yang berbeda tetapi tetap satu.

Hasrul berharap agar iven ini menjadi momen untuk terus menjaga perdamaian di tengah masyarakat dan menghindari konflik.

Jika terjadi konflik maka diharapkan untuk tidak dibesarkan tetapi justru menjadi satu kekuatan masyarakat yang bisa menguatkan persatuan dan kesatuan. 

Martin Lamak

Rekrutmen PLN Group 2019, 173 Milenial Ikut Seleksi Psikotes di Kupang

0

Ende, Ekorantt.com – PLN Group kembali menjaring pegawai baru tahun 2019. Kesempatan ini dibuka lewat rekrutmen PLN Group tingkat S1/D-IV dan D-III tahun 2019.

Sebanyak 191 peserta berhasil melewati tahap Tes Akademik dan Bahasa Inggris yang dilaksanakan secara online dan berikutnya yakni Tes Psikotes yang berlangsung 22 Oktober 2019, di Hotel Amaris Kupang.

Rekrutmen terus dibuka PLN Group setiap tahunnya demi memenuhi target Rasio Elektrifikasi di Indonesia, khususnya Nusa Tenggara Timur.

Senior Manager SDMU PLN Unit Induk Wilayah NTT Galih Chrissetyo menjelaskan, visi PLN yakni 75/100 artinya untuk dapat melistriki 100% wilayah Indonesia tahun 2020, bertepatan dengan usia NKRI yang ke-75.

Selain visi, Galih juga menjelaskan, selayang pandang mengenai PLN Group, kelebihan menjadi keluarga besar PLN, dan penjelasan tahap-tahap  yang selanjutnya  akan dilewati oleh peserta apabila berhasil lolos tes psikologi.

“Jangan lupa menjaga kesehatan, sempatkan waktu untuk berolahraga, karena setelah tahap ini apabila adik-adik lulus akan ada tes kesehatan yang akan dihadapi oleh adik-adik,” tutur Galih.

Galih juga berpesan pada para peserta agar tidak mudah menyerah ketika dihadapkan dengan tantangan.

“PLN NTT terus berkomitmen untuk bisa membawa terang di seluruh pelosok Nusa Tenggara Timur. Untuk itu selain membantu kami lewat doa, perjuangan adik-adik untuk masuk ke PLN juga merupakan salah satu bentuk campur tangan adik-adik untuk membangun daerah kita,” jelas Galih.

“Apabila belum berhasil, jangan putus asa, kecewa, dan patah semangat. Coba lagi, belajar lebih giat, dan persiapkan diri lebih maksimal untuk rekrutmen-rekrutmen berikutnya karena keberadaan adik-adik semua sangatlah membantu.”

Salah seorang peserta rekrutmen, Lidya Stefani Fanggidae asal Kupang ketika diwawancara mengaku, memilih PLN sebagai tempat melamar pekerjaan karena kesempatan berkarir di PLN yang terbuka luas.

“ Harapan saya untuk dapat lulus dan bergabung bersama keluarga besar PLN, serta bersama-sama berjuang meningkatkan rasio elektrifikasi di NTT,” imbuh Lidya.

Tidak hanya itu, PLN juga mengenalkan aplikasi PLN Mobile, Media sosial PLN NTT . PLN mengimbau untuk waspada penipuan rekrutmen PLN tidak memungut biaya segala informasi dan pengumuman semua ada di rekrutmen.pln.co.id selain daripada itu hoaks.

Ihwal Pengabdian Tulus Anak-Anak Muda Simpasio Institute

0

Surabaya, Ekorantt.com – Dalam kegiatan Workshop Evaluasi dan Pengembangan Gerakan Indonesia Membaca (GIM) dan Kampung Literasi (KL) di Surabaya awal Oktober lalu, SimpaSio Institute sebagai salah satu pelaksana program Kampung Literasi 2019 juga mendapat kesempatan berbagi pengalaman.

Saat berbagi pengalaman, pengelola program SimpaSio Institute Magdalena Oa Eda Tukan menarasikan semua hal yang telah dilakukan selama ini, ihwal merintis dan mengembangkan Kampung Literasi Kosaro di Kabupaten Flores Timur.

Di luar dugaan peserta kegiatan, narasi yang disampaikan Oa Eda memberi inspirasi dan motivasi bagi peserta yang lain.

Banyak yang penasaran untuk menggali informasi lebih banyak lagi dari Oa Eda, karena apa yang dibuatnya itu terkesan telah menjawabi maksud dan tujuan program Kampung Literasi.

Ucapan proficiat dan apresiasi pun dialamatkan kepada SimpaSio Institute.

Peserta lain, narasumber, dan pihak Direktorat menilai bahwa SimpaSio Institute mengembangkan Kampung Literasi lewat banyak dan beragamnya kegiatan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan menjangkau banyak kelompok pengguna manfaat dan responsif terhadap kebutuhan mereka.

Hebatnya lagi, kegiatan SimpaSio Institute difasilitasi kaum muda yang memiliki keprihatinan dan kepedulian pada anak-anak. Mereka ikhlas memberi waktu dan tenaga di sela-sela kesibukan pekerjaan pokok.

Soal dana, SimpaSio Institute sejauh ini dapat menyelenggarakan beragam kegiatan yang cukup besar biayanya dengan sedikit dana. Sokongan dana juga diperoleh lewat berjualan hasil pengolahan pangan lokal dan kaos berlabel SimpaSio.

SimpaSio juga merajut kerja sama dengan komunitas-komunitas literasi yang ada di Larantuka. Tentu saja pemerintah setempat dan masyarakat sangat mendukungnya.

Menurut Oa Eda, semua itu mungkin karena ketulusan mengabdi dan kecintaan pada anak-anak.

“SimpaSio tidak punya dana untuk membayar jerih payah kalian. Tapi jika hendak menyalurkan kasih, SimpaSio dapat menjadi wadahnya,” kata Oa Eda.

Menurutnya, banyak generasi muda itu ingin mengabdi dengan tulus. Terbukti antusias anak-anak muda yang setia berkarya bersama SimpaSio Institute.

“Tinggal saja diberi ruang dan peluang sebagai hal yang menyenangkan dan berguna,” kata Oa Eda.

Untuk diketahui, Workshop Evaluasi dan Pengembangan Gerakan Indonesia Membaca (GIM) dan Kampung Literasi (KL) diselenggarakan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kegiatan ini melibatkan 15 penerima program Kampung Literasi (KL), 7 penerima program Gerakan Indonesia Membaca (GIM) 2019, 4 penerima program KL tahun 2018, 4 penerima program GIM 2018, seorang penerima program TBM 2019, 2 penerima program implementasi enam literasi dasar, 3 utusan perguruan tinggi, 2 perwakilan dunia usaha dan dunia industri, 7 penggiat literasi, dan 2 dari Dit. Bindiktara.

Workshop tersebut bertujuan; pertama, menyamakan persepsi tentang Gerakan Indonesia Membaca dan Kampung Literasi. Kedua, mengevaluasi penyelenggaraan Gerakan Indoensia Membaca (GIM) dan KL tahun 2019. Ketiga, merancang pengembangan GIM dan KL tahun 2020, dan keempat, praktik baik GIM dan KL.

Polres Flotim Tetapkan 2 Tersangka Kasus Korupsi Talud Ekasapta

1

Larantuka, Ekorantt.com – Polres Flores Timur menetapkan 2 tersangka kasus Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) dalam proyek Pembangunan Talud Pengaman Pantai dan Timbunan di Kelurahan Ekasapta, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur tahun 2018.  

Keduanya yakni Lazarus Krisbene Makin, Kuasa Direktur PT Sumber Griya Permai Kupang dan Atonius Benny Far Johanes, Kepala Bidang Pengairan merangkap sebagai Penjabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas PUPR Kabupaten Flores Timur.

“Kemarin kita lakukan penyelidikan dengan saksi ahli Akuntan Publik Malang. Dalam RAP pengerjaan itu, sesuai dengan keterangan saksi, dari uang muka yang sudah dicairkan untuk realisasi pengerjaan sebesar 21 persen, namun fisik yang ditemukan di lapangan hanya 14,5 persen,” jelas Kepala Unit Tipikor Polres Flores Timur, Aipda Jimmy Arief, di ruang kerjanya, Selasa (22/10/2019).

“Akhirnya kita menetapkan 2 tersangka kasus tindak pidana korupsi dalam proyek tersebut.”   

Jimmy menyebutkan, dalam kasus ini ada indikasi kerugian negara sebesar Rp816.177.2017,13. Besaran kerugian negara ini didapat dari kekurangan volume pekerjaan yang tidak sesuai dengan realisasi anggaran dan denda keterlambatan.

“Indikasi kerugian negara ini diketahui melalui besaran anggaran yang sudah direalisasi sebanyak 21 persen namun pengerjaan fisik di lapangan masih mencapai 16 persen dan ditambah dengan denda keterlambatan,” urai Jimmy.    

“Kedua tersangka mendapat ancaman kurungan seumur hidup, paling singkat 4 tahun paling lama 30 tahun.”

Ketika dikonfirmasi terkait adanya potensi penambahan tersangka baru, Jimmy menegaskan, tidak menutup kemungkinan adanya tersangka baru sebab proses penyelidikan masih terus dikembangkan.

“Hari ini pemeriksaan tersangka kontraktor untuk BAP tambahan.  Tidak menutup kemungkinan akan ada penambahan tersangka, namun masih terus dikembangkan penyidikan kedepan,” jelas Jimmy.  

Untuk diketahui, Proyek Pembangunan Taluk Ekasapta merupakan proyek Tahun Anggaran (TA) 2018 dengan mengggunakan anggaran APBD sebesar Rp3.195.000.00. Pengerjaan dimulai pada bulan Juli 2018 dengan batas akhir masa kontrak pada 31 Desember 2018. Namun hingga Oktober 2019 (10 bulan dari akhir masa kontrak) proyek ini tak kunjung selesai dikerjakan.

Bangun Tambatan Perahu di Ekoreko, Pemkab Ende Kucurkan Rp1,6 M

0

Ende, Ekorantt.com – Pemerintah Kabupaten Ende mengalokasikan dana 1,6 miliar rupiah untuk pembangunan tambatan perahu di desa Ekoreko, Kecamatan Pulau Ende.

Tambatan perahu dibangun untuk memenuhi kebutuhan nelayan dan pengusaha jasa angkutan laut yang ada di Pulau Ende.

Selama ini, nelayan dan kapal-kapal penumpang di wilayah Pulau Ende kesulitan menyandarkan perahu dan kapal milik mereka karena ketiadaan pelabuhan.

Kepala Bidang Perhubungan Laut, Dinas Perhubungan Kabupeten Ende Dismas Demu menjelaskan, pembangunan tambatan perahu di Desa Ekoreko dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan warga nelayan transportasi laut.

Pada tahun 2019, Pemkab Ende melalui Dana Alokasi Khusus bidang perhubungan Laut membangun tiga unit dermaga mini berupa konstruksi tambatan perahu di Desa Ekoreko-Kecamatan Pulau Ende, Desa Raporendu-Kecamatan Nangapanda, dan satu unit di Kecamatan Maurole.

Kepala Bidang Perhubungan Laut, Dinas Perhubungan Kabupeten Ende Dismas Demu

“Tahun depan, kita akan bangun satu unit lagi di Aejeti. Selama ini warga Aejeti sangat kesulitan. Yang di pulau Ende itu dananya 1,6 miliar,” kata Dismas.

Sejauh ini, pembangunan tambatan perahu di Desa Ekoreko tengah berlangsung.

Para pekerja sedang melakukan pemancangan tiang dermaga. Sebagian dari mereka melakukan finishing pada item pekerjaan terminal labuh.

“Kami usahakan pekerjaan ini diselesaikan tepat waktu sesuai tanggal kontrak sejak 11 juli 2019. Alokasi waktunya 150 hari kalender,” ujar Aidin, Kuasa Direktur CV Teguh Karya.

“Miu Mai”: Karya Seni Mencari Jalannya Sendiri

Maumere, Ekorantt.com – Miu Mai. Film pendek ini disutradarai oleh sutradara muda asal Maumere, Eka Putra Nggalu.

Film pendek tersebut berhasil meraih penghargaan kategori Best Short Form Content dari Indonesia di Asian Academy Creative Award 2019 yang diselenggarakan di Singapura.

Karya film pendek bertema Urban Legend ini mengambil Tung Piong sebagai ide cerita.  

Piong bagi orang Krowe merupakan ritual penghormatan arwah leluhur dengan memberi makan kepada mereka yang telah meninggal dunia.

Biasanya, ritual ini ditempatkan di sudut rumah dengan menaruh sedikit makanan dan minuman.

Masyarakat percaya bahwa makanan tersebut akan secara tak kasat mata dimakan oleh arwah leluhur.

Selain sebagai momen peringatan, Piong adalah cara untuk memohon perlindungan dari para leluhur.

Pendekatan dalam film ini adalah realisme magis di mana praktik Piong sebenarnya syarat akan aura magis ketika memberi makan orang yang telah meninggal.

Namun, Piong dilakukan sebagai ritual yang tidak ribet di tengah arus globalisasi yang sangat kuat saat ini.

Hal ini menjadi warisan budaya yang turun temurun dan masif dilakukan, bahkan oleh masyarakat modern di Maumere.

Proses garapan film ini terbilang cepat, mulai dari workshop sampai produksi hanya dilakukan dalam sepuluh hari pada Desember 2018 lalu dengan dimentori langsung oleh pegiat teater Tulik dan Bani Nasution.

Tika Solapung, artis dalam film “Miu Mai”, sedang memerankan salah satu adegan dalam film yang disutradarai oleh Sineas Muda Eka Putra Nggalu. Foto: youtube.com

Eka yakin betul, secara teknis, garapan mereka akan sangat sulit mengalahkan film-film Hollywood dengan segala kecanggihannya.

Namun, beruntung, modal emas anak muda Maumere ini adalah budaya itu sendiri.

Itulah mengapa nominasi best content pantas disematkan untuk karya Miu Mai.

Dengan torehan prestasi yang anti mainstream ini, anak muda Maumere ingin mengatakan bahwa NTT (Nanti Tuhan Tolong) sangat bisa menolong dirinya sendiri.

Dari keterbatasan ruang ekspresi, finansial, dan banyak lagi hal lain yang mengekang gerak maju, anak muda membuktikan mereka bisa, kita bisa. 

Maumere dengan kekayaan budaya yang melimpah bisa berkontribusi secara pemikiran dan gagasan dalam percakapan budaya tingkat nasional bahkan internasional.

Kerja seni teater dan film tidak lepas dari pemikiran dan kerja tim.

Karya seni film pendek Miu Mai dibuat dengan melibatkan banyak anak muda di Maumere baik dari lingkungan kampus, komunitas, maupun pegiat seni.

Prestasi dan pelibatan ini menunjukkan, sudah saatnya pemerintah mengambil langkah yang lebih progresif terkait kebudayaan.

Sangat disayangkan ketika pemerintah memfokuskan kebudayaan hanya pada hitung-hitungan profit, sementara pada dasarnya kebudayaan itu soal benefit atau manfaat bagi subjek yang melekat, yaitu pembangunan SDM, pengembangan kualitas, dan profesionalitas.

Eka berharap agar pemerintah serius menjaga kebudayaan.

“Saya berharap, Kabupaten Sikka punya Dewan Kesenian atau platform yang menghimpun dan menghasilkan kebijakan kebudayaan, transparansi distribusi anggaran kebudayaan, dan sebagai akses bagi siapa pun untuk menawarkan program atau kegiatan mereka berhubungan dengan kebudayaan,” ucapnya.

Miu Mai, yang bersinar di kancah internasional, tentu akan memantik semangat anak muda untuk berkarya di tengah keterbatasan.

Aty Kartikawati

29-30 Oktober, Festival Riung dan Permainan Rakyat Digelar di Riung

Bajawa, Ekorantt.com – Berada di bagian utara Pulau Flores, Riung menyimpan sejumlah keindahan alam yang luar biasa.

Selain Taman 17 Pulau Riung, daerah di Kabupaten Ngada tersebut juga menyimpan sejuta keindahan laut, savana, dan permainan rakyat.

Berangkat dari potensi tersebut, Pemerintah Kabupaten Ngada akan menggelar Festival Riung dan permainan rakyat.

Tujuannya adalah mengangkat kekayaan alam dan potensi pariwisata di sana.

Kadis Pariwisata Ngada Methodius Reo Maghi

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Ngada Methodius Reo Maghi kepada kepada wartawan di ruang kerjanya, Jumat (18/10/2019) menjelaskan, pihaknya akan menyelenggarakan kegiatan Festival Riung dan Permainan Rakyat Riung yang akan diselenggarakan di Riung pada tanggal 29 dan 30 Oktober 2019.

Menurut Methodius, kegiatan itu disebut festival rakyat karena merupakan buah ide masyarakat yang didukung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Ngada.

“Pada dasarnya, kami ingin mengangkat semua potensi pariwisata dan budaya yang ada di Riung. Apalagi Riung sudah dikenal dengan keindahan 17 Pulau Riung dan permainan rakyat. Kita berharap, melalui kegiatan ini, bisa memperkenalkan Riung di mata dunia,” ujarnya.

Menurut Methodius, sumber daya manusia dalam mengelola semua potensi pariwisata dapat dilakukan melalui pelatihan, sosialisasi, dan penciptaan ruang pengembangan daya kreativitas masyarakat pemilik objek wisata.

Salah satu ruang itu adalah dengan menyelenggarakan even atau festival.

“Keterlibatan masyarakat sangat penting sehingga dapat mengetahui seberapa besar minatnya dalam mengangkat potensi pariwisata yang dimilikinya serta ada sebuah program berkelanjutan. Aspek promosi menjadi poin penting. Untuk itu, perlu ada sinergisitas semua elemen,” ujarnya.

Methodus menjelaskan, masyarakat Riung memiliki budaya yang sangat heterogen.

Keberagaman budaya itu merupakan akibat asimilasi budaya yang sangat lama.

Masyarakat pendatang di Riung berasal dari Bugis, Selayar, dan Pulau Buton.

Mereka membawa budayanya sendiri antara lain seni tari angin mamiri, olahraga bela diri pencak silat, serta agama Islam.

Mereka hidup berdampingan sejak lama dan rata-rata menempati daerah pesisir.

Kelompok masyarakat yang lain juga melestarikan budaya asli Riung seperti adat istiadat dan kesenian daerah di Riung.

Methodius menjelaskan, kegiatan tersebut akan melibatkan komunitas budaya dari desa-desa di Kecamatan Riung, sekolah-sekolah mulai dari tingkat SD, SLTP, dan SLTA se-Kota Riung dan sekitarnya, para pelaku pariwisata, dan ASN se-Kecamatan Riung.

Selain itu, menurutnya, Festival Riung juga akan menampilkan kain tenun Riung.

Komunitas Tenun Ruki, Komunitas Tenun Latung, Komunitas Tenun Lengkosambi, dan komunitas tenun lainnya yang belum teridentifikasi akan tampil dalam festival ini.

“Kain Tenun Riung memiliki corak tenun yang sangat berwarna serta mudah untuk diingat. Di Kecamatan Riung sendiri terdapat beberapa area tenun ikat antara lain Komunitas Tenun Sambinasi,” ungkapnya.

Kegiatan lain yang akan digelar adalah fashion show.

Semua kelompok atau organisasi orang muda di Riung akan dilibatkan. 

Menurut Methodius, pada kesempatan tersebut, akan disediakan juga kuliner tradisional Riung.

Kaum wanita di Riung, melalui koordinator setiap komunitas, dilibatkan untuk mempromosikan makanan Riung serta menyiapkan referensi berupa resep-resep makanan Riung.

Pada puncak acara, akan digelar Mbeling, yakni sebuah atraksi seni budaya pada malam hari menjelang larik pada tanggal 30 Oktober 2019. Belmin Radho

Sangat Tidak Memuaskan, Warga Kota Mbay Keluhkan Pelayanan BLUD-SPAM Nagekeo

1

Mbay, Ekorantt.com – Hampir dua minggu terahkir, masyarakat Kota Mbay, Kabupaten Nagekeo keluhkan pelayanan air bersih yang dilakukan pihak Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kabupaten Nagekeo.

Pasalnya, distribusi air bersih kepada para pelanggan dalam kota sepanjang dua minggu terakhir dinilai sangat tidak memuaskan.

Air tidak keluar di rumah warga selama dua minggu terakhir.

Hendrikus Dhalu, warga Kelurahan Danga, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo kepada Ekorantt.com di kediamannya menjelaskan, berdasarkan jadwal, seharusnya, warga di wilayah tersebut mendapatkan pelayanan air bersih dari pihak BLUD-SPAM pada hari Senin, Rabu, Sabtu, dan Minggu dalam seminggu.

Namun, selama dua minggu terakhir, distribusi air tidak dilakukan sebagaimana biasanya.

Bahkan, air keluar dalam debit yang sangat kecil.

“Dalam seminggu biasa empat kali air keluar, Pak. Tapi, akhir-akhir ini, air sudah tidak keluar sesuai jadwalnya. Kalau pun keluar, kecil sekali. Untuk bisa penuh satu jerigen lima liter, bisa berjam-jam, Pak,” ungkapnya.

Menurut Hendrikus, akibat dari kondisi tersebut, warga terpaksa membeli air di mobil berukuran 1.100 liter dengan harga per/fiber mencapai Rp50.000,00.

“Kami ini bingung, Pak. Di saat air keluar tidak lancar atau debit kecil, tetapi tagihan bulanan naik dratis. Bulan kemarin saja, saya bayar Rp120.000,00. Padahal, biasa hanya 25.000,00 saja per/bulan. Kami tidak tahu apa masalahnya,” katanya.

Hal senada disampaikan oleh Romina Meza.

Menurut Romina, sudah hampir dua minggu terakhir, air di rumahnya tidak mengalir.

Kalau pun mengalir, debit air sangat kecil.

“Saya terpaksa bergadang malam-malam, Pak, untuk tadah air. Karena airnya mengalir kecil sekali, satu malam, saya hanya bisa dapat 1 ember bak dan beberapa liter air untuk jerigen,” ujarnya.

Romina berharap, pemerintah, khususnya pihak BLUD-SPAM, segera mencari solusi terkait persoalan yang sedang dihadapi sejumlah pelanggan BLUD-SPAM saat ini.  

Ember milik warga kosong melompong akibat air yang tidak keluar selama dua minggu terakhir.

Terpisah, Anggota DPRD Kabupaten Nagekeo Antonius Moti berharap, pihak BLUD-SPAM Kabupaten Nagekeo segera mengevaluasi keluhan masyarakat.

“Intinya, pelanggan harus diberi pelayanan yang maksimal. Apalagi mereka bayar kewajiban mereka tiap bulan. Saya pikir, keluhan seperti ini baik sehingga pemerintah maupun pihak BLUD-SPAM bisa melakukan evaluasi,” katanya.

Sementara itu, Kepala BLUD-SPAM Nagekeo Menang Kornelis ketika dikonfirmasi media ini di ruang kerjanya menjelaskan, saat ini, pihaknya sedang melakukan pembenahan jaringan air bersih di sejumlah tempat yang dilalui pipa BLUD-SPAM.

Hal ini mengakibatkan pendistribusian air ke pelanggan sedikit terganggu.

Menurutnya, kendala lain yang dialami pihaknya adalah pembongkaran pipa oleh eksavator sehingga menyebabkan jaringan air menjadi rusak.

“Kita sudah sampaikan untuk koordinasi dengan kita. Tapi, ini seolah-olah jalan lebih penting dari pada air bersih. Belum lagi kebiasaan masyarakat yang bakar sana-sini. Bahkan, ada yang kasih rusak pipa,” ujar Menang.

Menurut Menang, suplai air untuk wilayah Kota Mbay berasal dari dua mata air, yaitu Wugha-Wugha di Kecamatan Aesesa dan Lowomeli di Kecamatan Boawae.

“Kalau soal iuran yang naik dratis itu akibat ketika masyarakat buka kran air saat air tidak keluar dan lupa tutup lagi, udara masuk sehingga meteran berputar dan otomatis biayanya naik,” ujarnya.

Menang mengimbau para pelanggan selalu mematikan kran air ketika tidak sedang dipakai agar tidak terjadi pembengkakan biaya saat pembayaran.

Belmin Radho