Kemah Literasi Sains di Larantuka: “Kapan Lagi Kita Berkemah?”

Larantuka, Ekorantt.com –  SimpaSio Institute menyelenggarakan Kemah Literasi Sains bagi anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah pertama pada 14-15 September 2019 lalu. Ini yang kedua kalinya.

Sebagaimana pada Kemah Literasi Sains yang pertama, kali ini anak-anak sangat antusias. Mereka sangat bergairah. Demikian juga, anak-anak muda yang tergabung dalam Tim Kreatif SimpaSio Institute punya nyali dan bersemangat .  

Anak-anak muda yang rela dan peduli anak-anak ini mempersiapkan lokasi perkemahan dengan segala hal yang diperlukan sejak awal.

Ikhlas dan tulus, itulah modal yang membuat mereka tak pernah lelah membimbing anak-anak.

Pukul 15.00 Wita, hari Sabtu itu, anak-anak mulai berdatangan. Mereka tampak ceria menanti berbagai acara yang akan digelar. Registrasi mulai dibuat, dan nametag atau tanda pengenal diberikan.

Bagi orang dewasa, mungkin hal itu tidak penting, namun bagi anak-anak hal kecil itu sangat berarti. Mereka bangga mengenakannya sebagai tanda resmi peserta kemah.

Mengawali rangakaian kegiatan, kepada anak-anak dibagikan kertas dan pensil. Mereka diminta menulis harapan dari kegiatan itu.

Tak diduga, terungkap harapan mereka untuk bisa mendapat teman baru, ingin punya pengalaman baru, mau belajar mandiri, mau menjelajahi alam dan belajar dari lingkungan.

Setelahnya, dibuat acara pembukaan yang tentu saja tanpa protokoler a la pemerintah. Acara dimulai dengan permainan edukatif dan membuat herbarium.

Acara ini difasilitasi Monika Bataona, sarjana Biologi Murni lulusan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Dilanjutkan dengan tayangan film kartun tentang merawat lingkungan, dan tanya jawab pendalaman usai pemutaran film.

Tak terhenti di situ, setelahnya berlangsung kuis ilmu pengetahuan alam, dan tanya jawab yang bermakna.

Yang bikin berkesan, anak-anak tetap bersemangat walau malam semakin larut. Mereka masih ingin “bermain”. Mariatmo Lein dari Tim Kreatif SimpaSio Institute memandu kegiatan “Gambar Bercerita” yang membantu anak-anak untuk menghubungkan sebab dan akibat masalah lingkungan.

Mereka membentuk kelompok, mempresentasikan hasil kerja kelompok dan membangun debat argumentatif. Luar biasanya, logika mereka jalan bila diberi ruang.

Namanya kemah, belum lengkap kalau tidak ada acara api unggun. Berdiri melingkar bertudung langit, nyala api simbol terang memecah kelam. Ada suasana haru yang tentunya akan membekas.

Acara ini didukung dengan renungan yang dibawakan Fr. Anselmus Laangowujo yang sedang menjalani tahun orientasi pastoral di paroki Reinha Rosasri, Larantuka.

Renungan itu mengakhiri rangkaian kegiatan hari pertama. Anak-anak masuk ke kemah dan melewati malam hingga tiba hari baru.

Minggu, pukul 06.00 Wita. Anak-anak memulai aktivitas. Mereka berjalan kaki ke Emaus, kebun milik kongregasi Frater Bunda Hati Kudus, di Weri, sekitar 3 kilometer dari lokasi perkemahan.

Di kebun ini mereka menjelajahi lingkungan, melaksanakan outbond untuk mengasah kemampuan kerja sama dalam kelompok, belajar mencari harta karun dan tentunya untuk menemukan beragam tanaman di kebun itu.

Rasa ingin tahu anak-anak itu membuat mereka asyik bergiat.

Lelah pun mulai terasa saat hari sudah beranjak larut siang. Dari Emaus, mereka bergegas ke pantai Asam Satu, tempat berekreasi di Kelurahan Weri.

Di tempat ini juga, sambil menikmati pesona laut mereka menghias kartu pos. Tiba waktunya kegiatan itu berakhir. Anak-anak itu spontan bertanya, “Kapan lagi kita berkemah ?”

Eda Tukan, Tim Kreatif SimpaSio Institute-Larantuka

Belajarlah dari Desa Waturaka, Desa Wisata di Ende

0

Ende, Ekorantt.com – Tahun 2017 lalu, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi memilih 10 Desa Wisata Terbaik dari ribuan desa wisata di Indonesia.

Sepuluh desa menjuarainya sesuai dengan kategori yang ditentukan karena mampu mengembangkan potensinya hingga menarik minat wisatawan baik domestik maupun manca negara.

Program pengembangan desa wisata digagas oleh dua kementerian sekaligus yakni Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Kementerian Pariwisata.

Tujuannya menciptakan kemajuan sosial-ekonomi bagi masyarakat di pedesaan dengan menggeliatnya pariwisata desa.

Salah satu desa yang meraih juara adalah Desa Waturaka di Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende. Desa yang terletak di kaki Gunung Kelimutu ini didapuk sebagai Desa Wisata Alam Terbaik tahun 2017.

Hal ini sangat wajar mengingat Daya tarik Desa Waturaka sungguh memesona. Alamnya yang indah membuat pengunjung betah dan nyaman.

Tidak hanya itu, ada hal paling menarik yang bisa didapatkan pengunjung di Waturaka. Dengan konsep ekowisata, para pengujung diajak untuk hidup bersama dan mengalami keseharian orang-orang di sana.

Untuk diketahui, ekowisata memiliki prinsip bahwa setiap pengunjung diajak untuk menjadi bagian dari ekosistem yang ada di daerah tersebut dan tidak merasa diri sebagai orang luar yang masuk ke dalam sebuah sistem.

Hal ini bisa terlihat dari aktivitas pengujungnya; tinggal di penginapan yang disediakan masyarakat, bertani ke sawah, menumbuk padi dan bercengkrama dengan masyarakat sambil menikmati keindahan alam sekitar yang aduhai.

Tidak heran kalau berkunjung ke sana, kita mendapati tamu-tamu manca negara ikut mencangkul di sawah, ikut kerja bakti atau mengajar bahasa Inggris di sekolah-sekolah.

Belajar dari Watukara

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat mengapreasi konsep pariwisata yang dikembangkan di Desa Watukara. Dalam acara Pati Ka Ata Mata Du’a Bupu di Danau Kelimutu, pertengahan Agustus 2019 lalu, Gubernur Laiskodat meminta pelaku pariwisata dari daerah atau desa lain untuk belajar di Watukara.

“Kita akan kirim orang belajar di Waturaka, lalu kembali dan diterapkan. Belajar desa pariwisata hanya ke Waturaka,” tandasnya saat itu.

Bagi Laiskodat, apa yang ditunjukkan oleh masyarakat Desa Watukara memberikan kontribusi baru dalam pengembangan pariwisata kedepan. Dari hanya sebagai penyangga destinasi wisata Danau Kelimutu, kini menjadi desa pariwisata yang terkenal dan diminati banyak wisatawan.

Bahwa, kata Laiskodat, pengembangan pariwisata itu harus melibatkan masyarakat (community based tourism). Masyarakat harus jadi pelaku dan bukan jadi penonton.

Menpar Ajak Kaum Milenial Yogyakarta Promosikan Daerahnya Secara Digital

0

Yogyakarta, Ekorantt.com – Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengajak kaum milenial di Yogyakarta memanfaatkan kemajuan teknologi berupa platform digital untuk mempromosikan destinasi wisata di daerahnya.

Menpar Arief Yahya saat acara Millennial Tourism Corner (MTC) di Upnormal Coffee Roaster Yogyakarta, beberapa waktu lalu, mengatakan pariwisata saat ini menjadi salah satu penghasil devisa terbesar di Indonesia dengan kontribusi pada 2018 mencapai 19,2 miliar dolar AS. Untuk itu anak muda harus memanfaatkan pariwisata bukan hanya sebagai penikmat saja.

“Dalam hal pariwisata. Kalian harus bangga, karena pariwisata telah memberi dampak nyata bagi perkembangan Indonesia. Dengan digital mari promosikan pariwisata,” kata Menpar Arief Yahya.

Untuk itu, lanjut Menpar Arief, mengajak kaum milenial untuk membantu program pemerintah, melakukan promosi secara masif melalui platform digital.

“Wisatawan milenial memiliki ‘power’ karena mereka besar dan aktif di dunia maya. Tapi, kondisinya belum terlayani dengan baik. Inilah yang akan dilakukan Kemenpar yakni memfasilitasi kesediaan pariwisata terbaik bagi kaum milenial,” katanya.

Menurutnya, zaman sekarang perilaku wisatawan sudah sangat digital. Sekitar 70 persen travellers melakukan ‘search dan share’ melalui platform digital sehingga, lebih dari 50 persen inbound travellers yang datang ke Indonesia adalah kaum milenial.

“Milenial adalah masa depan pariwisata Indonesia. Who Wins the Future, Wins The Game. Ini adalah implementasi kebijakan Kementerian Pariwisata yang serba digital melalui Tourism 4.0,” katanya.

Dalam rangkaian Road and Talkshow ke-4 MTC di Yogyakarta hadir pula Executive Director Grab Indonesia Ongki Kurniawan yang bicara mengenai besarnya peluang dan kesempatan dalam industri pariwisata.

Lalu, ada Asisten Manager of Sponsorship Relation Ismaya Group, Rizka Maulita. Pada kesempatan ini, ia menjelaskan mengenai bukti potensial atraksi dalam perkembangan dunia pariwisata. Ada pula Founder Musisi Jogja Project Firmansyah Zakariya. Di sini, ia bicara dari sudut pandang pelaku pendukung atraksi pariwisata.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Tim Millennial Tourism, Gabriella Patricia Mandolang mengatakan, kegiatan ini mendapat antusiasme yang luar biasa dari para audience. Terlebih, rangkaian acara dipusatkan di Upnormal Coffee Roaster Kaliurang, Sleman. Tentu sangat menarik, karena selama ini tempat tersebut memang dikenal sebagai lokasi nongkrong anak muda Yogyakarta.

“MTC memiliki beberapa tujuan penting. Antara lain mendukung upaya pemerintah dalam pemberdayaan SDM, dan menjadikan generasi milenial sebagai perpanjangan tangan pemerintah. Khususnya dalam mempromosikan pariwisata melalui media digital,” katanya.

Sebelumnya, Millennial Tourism Corner telah lebih dulu menyambangi Jakarta, Bandung, dan Tomohon. Setelah kegiatan di Yogyakarta ini, rencananya Denpasar dipilih menjadi kota berikutnya.

Seminar “Pembangunan Pertanian Menuju Indonesia Maju dan Sejahtera” Tekankan Transfer Pengetahuan

0

Yogyakarta, Ekorantt.com – Sebuah seminar membahas isu pertanian berlangsung di Auditorium Hardjono Danoesastro, Fakultas Pertanian UGM, Sabtu (21/9/2019). Seminar yang merupakan bagian dari Hasil Penelitian Pertanian IX itu mengangkat tema “Pembangunan Pertanian Menuju Indonesia Maju dan Sejahtera”. Adapun yang tampil sebagai pembicara kunci ialah Dr. Husnain, MSc. (Kepala Balai Penelitian Tanah, Kementerian Pertanian) dan Dr. Jamhari, S.P., M.p,  (Dekan Fakultas Pertanian UGM).

Pada kesempatan itu, Jamhari menyebutkan bahwa seminar yang diselenggarakan dapat menjadi wadah para peneliti dan akademisi untuk saling berbagi informasi terkini terkait bidang pertanian. Menurutnya, sering ditemukan adanya gap antara akademisi dalam kampus dengan peneliti di luar. Hal tersebut menyebabkan keterlambatan informasi kemajuan pertanian terkini pada masing-masing instansi. Selain itu, Jamhari juga menyoroti gap antara hasil temuan dengan aplikasi di lapangan.

“Diharapkan seminar ini dapat memangkas gap antara akademisi dan peneliti agar tidak saling tumpang tindih sehingga penelitian yang dilakukan dapat memajukan pertanian Indonesia,” tegas Jamhari.

Sementara itu, Husnain menyampaikan materinya yang berfokus pada optimalisasi sumber daya pertanian dalam kaitannya menuju kedaulatan pangan. Sebagai Kepala Balai Penelitian Tanah, Kementerian Pertanian ia menyinggung soal karakteristik lahan yang ada.  Ia menjelaskan bahwa meski memiliki luasan lahan yang luas, akan tetapi masih banyak lahan yang ada adalah lahan marjinal atau suboptimal. Menurutnya, tantangan itu makin diperburuk dengan adanya perubahan iklim dan hama serta penyakit tanaman.

Soil Health menjadi salah satu tema yang sedang diperbincangkan dunia, bahkan sampai di G20 sekalipun, ini menjadi tantangan para ahli mikroibiologi Indonesia,” jelasnya.

Husnain menjelaskan pulau Jawa yang luasnya hanya sekitar 6.7 persen dari Indonesia harus menanggung beban berbagai kebutuhan pangan untuk seluruh negara. Ia beranggapan bahwa hal tersebut hanya bisa diatasi dengan pembuatan lumbung pangan di luar Jawa. Namun, sebagian besar lahan yang ada di luar Jawa tergolong lahan suboptimal sehingga membutuhkan usaha yang tidak singkat untuk memaksimalkannya. Mayoritas lahan suboptimal memiliki tingkat keasaman yang tinggi, termasuk airnya.

“Perlu dilakukan transfer pengetahuan yang tepat dan mudah untuk dilakukan petani di luar Jawa sehingga mudah untuk dikendalikan oleh pemerintah daerah setempat,” urainya.

RLC Ngada Angkat Masalah Krisis Ekologi dalam Diskusi Publik

Bajawa, Ekorantt.com – Rumah Literasi Cermat (RLC) Ngada adakan diskusi publik dan sayembara menulis dengan tema “Kaum Milenial di Tengah Krisis Ekologi”. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Kantor Desa Nginamanu, Kecamatan Wolomeze, Kabupaten Ngada, pada Sabtu (21/09/2019).

Pada kegiatan tersebut hadir empat narasumber, yaitu P. Thobias Harman, OFM, Reinard L. Meo, S. Fil, Dr. Nao Remond, dan Paskalis W. Bai, SP. 

Hadir pula para pelajar dari berbagai tingkat pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA, hingga Mahasiswa STKIP Citra Bakti dan Pengurus Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Ngada.

Emanuel Djomba, dalam laporan panitia menyampaikan, saat ini, kerusakan lingkungan baik secara global maupun lokal terlihat semakin mengkhawatirkan. Hal ini menjadi perhatian dunia karena dari hari ke hari, bumi makin jauh dari nyaman untuk didiami. 

Empat tahun lalu, isu lingkungan menjadi perhatian serius Paus Fransiskus. Melalui ensiklik Laudato Si, Paus mengajak segenap umat Katolik membuka mata terhadap kerusakan bumi,  mencari sebab-sebabnya serta mengusahakan adanya solusi sebelum semua terlambat.

“Di sekitar kita, air dan tanah pertanian tercemar akibat penggunaan pupuk dan pestisida. Sampah berserakan hingga lahan pertanian, pembakaran liar, kebakaran hutan yang mengakibatkan rusaknya ekosistem, dan punahnya spesies hewan serta keringnya banyak sumber mata air” papar Emanuel.

Kebakaran hutan dan pembalakan liar yang sudah berlangsung puluhan tahun disebabkan oleh manusia-manusia yang rakus dan mengambil dari alam lebih dari yang diperlukannya. Hasil hutan dieksploitasi habis demi melayani nafsu serakah.

“Menyikapi hal itu dan sebagai upaya untuk mengembalikan alam ciptaan sebagai sahabat dan ibu, kita mesti terpanggil untuk ikut ambil bagian dalam mengartikulasikan isu-isu aktual, selanjutnya mewujudkannya dalam aksi nyata”  tuturnya.

Lebih jauh Emanuel menjelaskan, upaya itu sudah sering dilakukan melalui literasi ekologi yang dipelopori oleh Rumah Literasi Cermat (RLC). Literasi ekologi bertujuan memberi edukasi kepada publik, khususnya generasi muda agar semakin melek ekologi, yang diharapkan dapat membawa manfaat bagi kehidupan nyata.

Di sekolah-sekolah, guru memberi pemahaman secara berkelanjutan kepada masyarakat. Perlu upaya terus-menerus dalam memberi informasi dan edukasi termasuk melalui kegiatan nyata, sebagai kiat untuk mengobati bumi (alam) yang sedang sakit. 

Hari Ozon yang jatuh pada tanggal 16 September setiap tahun oleh banyak pihak dinilai sebagai salah satu momen yang mengingatkan manusia bahwa bumi sedang berada dalam keadaan bahaya sehingga manusia perlu terus berupaya melestarikannya sebagai rumah bersama.

“Kegiatan diskusi publik memang jarang dilakukan di desa, seperti hari ini. Namun, pemilihan tempat kegiatan seperti ini sebenarnya bermaksud praktis, mengarahkan kita untuk fokus melihat dari dekat berbagai situasi kerusakan lingkungan yang kian parah dari tahun ke tahun, seperti bencana kebakaran hutan, atau pembakaran liar yang menyebabkan rusaknya ekosistem dan mengeringnya sejumlah mata air” jelasnya.

Emanuel menjelaskan, kasus kebakaran hutan dan kerusakan lingkungan nyaris tak pernah absen di Kecamatan Wolomeze dan beberapa tempat lain di kabupaten Ngada. Terkait hal tersebut, lembaga RLC bekerja sama dengan Komunitas OFM Paroki Kurubhoko, Yayasan Puge Figo dan Pemerintah Desa Nginamanu menggelar diskusi publik. Kegiatan ini juga merupakan upaya menggemakan tema bulan kitab suci nasional tahun 2019, yaitu “Mewartakan Kabar Gembira dalam Krisis Lingkungan Hidup”. Kegiatan semacam ini adalah kiat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan.

Kepala Desa Nginamanu, Yohanes Don Bosko Lemba, dalam sambutannya menyampaikan, sebagai Kepala Desa Nginamanu, dirinya memberikan apresiasi kepada Yayasan Puge Figo atas inisiatifnya melakukan diskusi krisis ekologi.

“Sebagai kalangan muda, kita pasti merasa prihatin dengan aksi-aksi tidak terpuji, misalnya pembakaran hutan” kata Yohanes.

Ia berharap, diskusi tersebut dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat agar tidak mengulangi perbuatan membakar hutan dan memutus mata rantai masalah tersebut.

Adeputra Moses

Breaking News: Kantor Dinas PPO Ngada Ludes Dilahap Si Jago Merah

0

Bajawa, Ekorantt.com – Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ngada, yang terletak di Jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Ngedukelu, Kecamatan Bajawa, ludes dilahap api pada Minggu (22/09/2019).

Kobaran api yang menghanguskan kantor tersebut bahkan merembes hingga ke Gedung Sekolah SMA Negeri I Bajawa.

Paur Humas Polres Ngada, AIPDA Bintaran saat dihubungi EKORA NTT menyampaikan, warga dan mobil pemadam kebakaran hanya mampu menyelamatkan gedung SMA Negeri I Bajawa. Sementara gedung Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga tak seluruhnya tertolong.

AIPDA Bintaran menjelaskan, Fabianus Pesek sekretaris Dinas PMDP3A  merupakan orang pertama yang datang ke TKP pada pukul 11.30 WITA. Ia melihat ada kepulan asap hitam lalu berusaha mencari sumber asap tersebut.

“Pada pukul 11.40 WITA, saksi menemukan sumber asap tersebut berasal dari kantin Dinas PPO Kabupaten Ngada, yang letaknya berada tepat di belakang gedung kantor tersebut. Pada saat dia datang, api sudah menghanguskan kantin tersebut dan mulai menjalar ke bangunan utama kantor Dinas PPO Ngada” terang AIPDA Bintaran.

Pada saat yang bersamaan, masyarakat banyak telah berkumpul di sekitar kantor Dinas PPO Ngada untuk membantu memadamkan api tersebut dengan peralatan seadanya.

“Sekitar pukul 12.00 WITA, kendaraan pemadam kebakaran milik Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Ngada tiba di TKP guna memadamkan api. Upaya pemadaman berlangsung hingga pukul 13.05 WITA hingga api dapat dipadamkan” jelas AIPDA Bintaran.

Ia juga menerangkan bahwa meski telah diketahui berasal dari kantin kantor Dinas PPO Ngada, belum dapat dipastikan apakah api tersebut berasal dari kompor yang meledak atau hubungan arus pendek pada meteran listrik di kantor tersebut.

Perlu diadakan penyelidikan lebih lanjut terkait penyebab terjadinya kebakaran.

Sampai dengan saat kejadian ini dilaporkan situasi di sekitar TKP berada dalam keadaan kondusif.

“Kerugian yang timbul akibat kebakaran tersebut ditaksir mencapai Rp.2.000.000.000 ( dua milyar rupiah ) dan saat ini pihak Polres Ngada melakukan pengamanan di TKP” tutupnya.

Berdasarkan pantauan Ekorantt.com di TKP, hingga pukul 17.00 WITA asap api masih mengepul dalam gedung yang terbakar dan beberapa tim dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Ngada sedang mendirikan tenda.

Adeputra Moses

GAMASANDO Lantik 35 Anggota Baru

0

Ruteng, Ekorantt.com – Organisasi Gabungan Mahasiswa Sano Nggoang Mbeliling Boleng Komodo (GAMASANDO) menggelar acara penerimaan anggota baru untuk tahun 2019/2020.

Acara itu dilaksanakan di halaman rumah Bapak Ismail Nasar, RT/RW: 10/02 Kelurahan Tenda. Penggunaan halaman rumah Bapak Ismail adalah salah satu bentuk dukungan beliau terhadap organisasi GAMASANDO.

Feliks Hatam membuka acara itu secara resmi pada  pukul 19.00 WITA, Sabtu (21/9/2019). Dalam sambutannya beliau menegaskan pentingnya mengedepankan semangat persaudaraan dan kekeluargaan dalam berorganisasi.

“Dalam organisasi itu tidak ada yang hebat. Kita sama-sama berjuang untuk hebat” ujar Hatam.

Untuk diketahui, GAMASANDO dibentuk pada 26 Januari 2006 atas inisiatif Drs. Eliterius Sennen dan kawan-kawan.

Saat ini, GAMASANDO memasuki usia 13 tahun. Dalam usia remaja tersebut, GASAMANDO tetap exist dan penuh semangat dalam menjalankan kegiatan organisasinya. 

Struktur kepengurusan organisasi itu meliputi Pelindung/Penasehat: Eliterius Sennen, Ketua Pembina: Fransiskus Da Gomes, Ketua Umum: Petrus Parmus Kardus, Wakil Ketua: Guido E. Da Costa, dan Sekjen: Ignasius R. Cianto. 

“Tujuan pembentukan organisasi ini adalah untuk membina mahasiswa/i GAMASANDO dengan semangat persaudaraan dan kekeluargaan sebagaimana terungkap dalam falsafah kami ine cama tau, ame cama tau,” terang Eliterius Sennen kepada EKORA NTT via pesan whatsapp pada (21/9/2019).

Dalam sambutan singkatnya Kanisius Supardi mengatakan bahwa salah satu tujuan organisasi ini dibentuk adalah untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya situasi yang merugikan mahasiswa di lembaga pendidikan. 

“Begitu banyak fenomena putus kuliah yang terjadi di antara saudara/i kita yang berasal dari Manggarai Barat. Oleh karena itu, GAMASANDO dibangun sebagai wadah untuk saling mendukung, memotivasi, serta membina semangat persaudaraan agar fenomena sosial yang dialami sebelumnya tidak terulang lagi pada era kita,” lanjut Kanisius. 

Selanjutnya dalam acara itu Dewan Pembina memperkenalkan diri kepada mahasiswa/i baru yang hendak bergabung dalam GAMASANDO. Dewan Pembina yang hadir pada acara itu adalah Florianus Dus Arifian, Wigbertus G. Utama, Ismail Nasar, Kanisius Supardi, dan Fransiskus Da Gomes (Ketua Pembina).

Sekitar 35 mahasiswa/i baru GAMASANDO pada acara itu dilantik sebagai anggota organisasi. Sementara anggota lama organisasi itu berjumlah sekitar 40 orang. Dengan demikian, hingga saat ini jumlah seluruh anggota organisasi itu menjadi 75 orang. 

Acara pelantikan anggota barus GAMASANDO itu diakhiri dengan foto dan makan minum bersama. 

Selvianus Hadun, Kontributor

Ketua PRIMMA Raya Ngada Periode 2019-2020 Resmi Terpilih

0

Bajawa, Ekorantt.com – Yohanes Debrito Ndaung dan Koleta Koja  terpilih menjadi Ketua dan Wakil Ketua Umum organisasi Perhimpunan Mahasiswa Manggarai Raya (PRIMMA Raya) periode 2019-2020.

Pemilihan pengurus PRIMMA Raya dilakukan dalam Rapat Umum Anggota (RUA) yang berlangsung di Kampus Citra Bakti, Jumat, (20/09/2019) malam.

Usai terpilih, Yohanes Debrito yang juga merupakan ketua mandataris RUA itu menyampaikan bahwa ia sebagai ketua dan wakilnya tentu tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya kerjasama yang baik dengan segenap anggota. Ia mengajak semua anggota PRIMMA Raya untuk tetap konsisten membangun organisasi.

“Saya mengharapkan adanya kerjasama dari kita semua” tegasnya.

Marselinus Akurniadi mewakili para senior di organisasi itu mengatakan, tugas yang kini diembang Ketua dan Wakil Ketua terpilih adalah tantang bagi keduanya. Kiranya segala sesuatu yang menjadi harapan oleh segenap anggota bisa diwujudnyatakan bersama.

“Semoga ketua dan wakil yang terpilih bisa mengemban tugas yang sudah dipercayakan dengan baik ” imbuhnya.

Marselinus juga berharap, agar semua anggota yang tergabung dalam PRIMMA Raya terus mengikuti proses yang ada dalam tubuh organisasi itu.

Sementara itu, Fransiskus Avendi, Ketua  PRIMMA Raya Periode 2018/2019 mengatakan,  semua anggota diharapkan tetap menjaga kekompakan agar semua program yang direncanakan bersama bisa dijalankan secara baik.

Putra kelahiran Poco Ranaka itu juga menyampaikan permohonan maaf jika selama satu periode ia menjabat, masih banyak program kerja yang belum berhasil dilaksanakan. 

“Saya menyampaikan permohonan maaf jika masih ada program kerja yang tidak dijalankan” katanya.

Pendamping Primma Raya, Senobius Mbasu, menyampaikan ucapan terima kasih kepada pengurus yang lama yang terus membawa dan mengembangkan PRIMMA Raya hingga sekarang. 

“Diperlukan dukungan dari setiap anggota untuk ketua yang baru saja terpilih” katanya.

Ketua PMKRI itu menganalogikan dukungan setiap anggota organisasi layaknya sebuah lidi yang tidak mampu membawa sampah jika ia hanyalah sebatang. Namun, jika sebuah lidi itu digabungkan dengan lidi yang lain, maka akan terbentuk sebuah sapu lidi yang bisa membawa dan membersihkan sampah-sampah.

Adeputra Moses

PGSD UNIKA St. Paulus Ruteng Adakan Pembekalan bagi Mahasiswa Magang II

Ruteng, EKORA NTT – Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Katolik Indonesia (UNIKA) St. Paulus Ruteng melaksanakan pembekalan dan pelepasan mahasiswa magang tahap II.

Acara itu dilaksanakan pada Sabtu (21/9/2019) di Aula gedung utama kampus UNIKA St. Paulus Ruteng dan dibuka secara resmi oleh Dr. Maksimus Regus, S.Fil., M.Si.

Dalam sambutannya, Dr. Regus memaparkan beberapa hal penting mengenai pelaksanaan magang bagi para mahasiswa. 

Hal-hal penting itu antara lain 1) magang menjadi momentum dan  fase bagi calon-calon guru untuk menaikan level dan kemampuan mereka sebagai calon pendidik, 2) magang menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar menjembatani aspek-aspek teknis dan aspek-aspek humanistik dalam pengelolaan pendidikan/pengajaran. 

 “Magang menjadi fase bagi para mahasiswa untuk bermisi di sekolah-sekolah sambil mengasah kekayaan pribadi mereka sebagai calon pendidik. Peserta magang juga mesti memperhatikan aspek-aspek etika dalam bermagang di sekolah-sekolah” tutur  Dekan FKIP UNIKA St. Paulus itu. 

Dalam kegiatan pembekalan ini, para mahasiswa mendapatkan refleksi dan pengetahuan dari beberapa pemateri yang membahas topik-topik penting berkaitan dengan aktivitas magang.

Mikael Nardi dalam pemaparan materinya mengatakan bahwa Magang II menuntut peserta magang untuk kreatif, inovatif dan produktif dalam menjalankan tugas sebagai peserta magang.  

Selanjutnya, Drs. Eliterius Sennen, M.Pd., menegaskan, peserta magang perlu dibekali dengan Higher Order Thinking Skill (HOTS). HOTS bisa menjadi modal dasar atau landasan yang mesti dimiliki peserta magang pada saat praktik di lapangan nanti. 

Kegiatan itu dihadiri oleh 260 peserta magang yang adalah mahasiswa PGSD semester 7 tingkat IV. Para mahasiswa ini akan tersebar di 66 kecamatan di tiga wilayah kabupaten yakni Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat. 

Stefan Divan, M.Pd. Ketua Panitia Magang II mengkonfirmasi bahwa proses magang itu akan berlangsung selama sekitar satu setengah bulan yakni dari 23 September sampai 16 November 2019. 

Turut hadir dalam kegiatan itu beberapa dosen dan narasumber, antara lain Heronimus E.A. Wejang, S.Fil., M.Pd., Alfonsus Sam, M.Pd., Arnoldus Helmon, M.Pd., Fransiskus Laka Lazar, S.Fil.,M.A., Stefanus Divan, M.Pd., Asterius Juano, M.Pd., Yosef Firman Narut, S.Si.,M.Pd. (sebagai moderator), Dewi Rofita, M.Pd., Yohanes Marryonno Jamun, S.T.,MM. Yohanes W. Dasor, S.Fil.,M.Si. dan Zephisius R.E. Ntelok, M.Pd. 

Selvianus Hadun, Kontributor UNIKA St. Paulus

Selvianus Hadun

Mahasiswa UNIKA St. Paulus Ruteng Gelar LKMM

0

Borong, Ekorantt.com – Mahasiswa UNIKA St. Paulus Ruteng menggelar kegiatan Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM).

LKMM UNIKA St. Paulus kali ini mengusung tema “Maju Dalam Manajemen Organisasi Kampus untuk Membentuk Diri Menjadi Mahasiswa Mandiri dan Bertanggung Jawab”. 

Kegiatan tersebut dilaksanakan di ruangan pertemuan Wisma Arnoldus Yansen Seminari Kisol pada 20-21 September 2019. 

Yanto Asman, S.Fil, mewakili Wakil Rektor III UNIKA Indonesia St. Paulus Ruteng membuka kegiatan itu secara resmi.

Dalam sambutannya, Yanto menegaskan pentingnya kegiatan LKMM. Dia juga menginformasikan tata tertib yang harus dipatuhi peserta selama kegiatan LKMM berlangsung.

“Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan manajemen berorganisasi dan membahas atau merancang kegiatan-kegiatan mahasiswa selama satu tahun akademik,” ungkap pegawai Warek III UNIKA St. Paulus Ruteng itu.

Ditemui terpisah, Florensius Paur Gun, Wakil BEM UNIKA St. Paulus Ruteng mengatakan, kegiatan  LKMM sangat bermanfaat bagi dirinya dan teman-teman.

“Melalui kegiatan ini saya mampu memahami perihal hidup berorganisasi, mulai dari struktur hingga tata cara berorganisasi. Dalam berorganisasi, kerjasama merupakan aspek yang paling krusial untuk mewujudkan persatuan dalam menempuh tujuan bersama atau visi misi organisasi” ungkap mahasiswa Pendidikan Guru PAUD itu. 

Kegiatan LKKM ini diikuti oleh 130 orang, perwakilan dari 10 program studi. 130 orang itu adalah pengurus inti BEM, BEM FKIP, BEM FIKP, Jajaran pengurus HMPS/EDSA/HMJ dan pengurus UKM UNIKA Indonesia St. Paulus Ruteng.

Selvianus Hadun, Kontributor UNIKA St. Paulus