Kondisi Gelora Samador yang Bersejarah itu, Semrawut

Maumere, Ekorantt.com – Keberadaan Gelanggang Olahraga (Gelora) Samador di Kota Maumere sungguh memprihatinkan.

Berdasarkan pantauan Ekora NTT, Kamis (27/6/2019) lalu, kondisi bagian dalam gelora penuh dengan rumput dan semak belukar. Belum lagi sampah, baik di dalam maupun di luar.

Letaknya yang persis di jantung kota ini sepertinya luput dari Perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka.

Beberapa warga yang ditemui ketika sedang mengitari Gelora ini untuk berolahraga jalan sehat, mengaku prihatin dengan kondisi stadion olahraga ini.

Dua bangunan kecil  dengan plang di depannya yang bertuliskan “KONI SIKKA” tampak tak terurus. Ada pula kaca jendela yang pecah.

Kepada Ekora NTT, Ferdinandus Juang Parera (71), mengemukakan, dirinya merupakan satu-satunya penjaga stadion ini sejak tahun 1965 hingga 2018. Saat ini, Ferdinandus sudah berhenti menjadi penjaga karena faktor usia.

“Tempat ini bersejarah sekali untuk Kabupaten Sikka karena di sini bukan hanya sekadar orang datang dan berolahraga tetapi di sini pernah terlaksana beberapa peristiwa besar, seperti kunjungan Paus Yohanes Paulus II dan merayakan ekaristi di sini.”

Lebih lanjut menurut Ferdinandus, pengelolaan gelora Samador kini berada dalam tanggung jawab Dinas Pendapatan Daerah.

Anton Juang, salah seorang warga kota Maumere mengemukakan, pada tahun 1988, Gelora Samador Maumere menjadi perhatian seluruh dunia karena perayaan Tahun Maria yang dipimpin langsung oleh mendiang Paus Yohanes Paulus II.

“Tempat ini harus juga jadi tempat bersejarah. Kalau saya tidak salah ingat dulu pernah ada pembicaraan di Gedung DPRD Sikka untuk pembangunan Katedral di sini tetapi setelah itu tidak terdengar lagi.”

Anton juga berharap, kondisi di stadion mesti dibenahi, terutama soal kebersihan.

Untuk diketahui, stadion itu sendiri mulai dikerjakan pada masa Bupati Paulus Samador da Cunha. Atas jasanya menginisiasi pembangunan stadion ini, dia diberi penghormatan yang mana namanya dipakai sebagai nama gelanggang olahraga tersebut.

Di Gelora Samador, selain pernah terjadi perayaan Tahun Maria yang dipimpin oleh Paus Yohanes Paulus II, ada juga acara pentahbisan uskup Maumere pertama Mgr. Vincentius Potokota, Pr dan uskup ketiga Keuskupan Maumere, Mgr. Martinus Ewaldus Sedu, Pr. (Yuven Fernandez)

Budidaya Kelor Cegah “Stunting” di Ende

0

Ende, Ekorantt.com – Stunting atau lambatnya pertumbuhkembangan anak menjadi isu sentral dalam upaya revolusi Kesehatan Ibu dan Anak.

Kini, Pemerintah terus mendorong berbagai pihak melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Ende untuk mendorong para petani membudidayakan kelor sebagai upaya Revolusi Hijau termasuk dijadikan sebagai sayuran keseharian.

Hal ini demi menjawabi program Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Program Revolusi Hijau dengan  mengembangkan kelor sebagai komoditas unggulan lokal untuk mengatasi masalah gizi buruk dan stunting.

“Gizi buruk harus diperangi bersama, tidak hanya pemerintah namun terutama mendorong masyarakat untuk mengonsumsi kelor. Kita mesti serius karena masalah gizi dan stunting sangat berbahaya terhadap pertumbuhan anak,” ungkap Plt.Bupati Ende H.Djafar H Achmad  di hadapan peserta sosialisasi Kampanye dan Pemanfaatan Pekarangan Dalam Rangka Penurunan Angka Stunting, di Aula Wisma Emaus Jalan Ponegoro, Ende, Selasa (28/6/19).

Plt. Bupati Ende juga meminta kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Ende untuk melakukan pendataan secara akurat terkait  jumlah penderita stunting di wilayah Kabupaten Ende.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Ende, Muna Fatma, menyampaikan bahwa saat ini Dinas Kesehatan telah bekerja sama dengan pihak dari kecamatan dan puskesmas untuk melakukan sosilisasi kepada mesayarakat ihwal pentingnya Revolusi Hijau melalui pengembangan kelor sebagai komoditas unggulan lokal.

Dan diharapkan juga kepada masyarakat untuk dapat menggunakan pekarangan rumah sebagai lahan pengembangan tanaman hijau untuk mengatasi masalah gizi buruk dan penyakit stunting.

“Yang paling penting adalah masalah membangun kesadaran masyarakat,” ungkap Kadis Fatma.

Menurutnya, ibu-ibu harus diberi dorongan untuk memanfaatkan pekarangan rumah dengan tanaman holtikultura, termasuk kelor. Kelor itu nilai gizinya sangat tinggi dan tepat untuk mencegah stunting, demikian tambahnya.

Hadir juga dalam kegiatan sosialisasi  Kampanye dan Pemanfaatan Pekarangan Dalam Rangka Penurunan Angka Stunting di Kabupaten Ende, antara lain utusan Puskesmas, Bapeda, DPPKB, serta para pendamping kesehatan seluruh Kabupaten Ende.

Marianus Virgo Lakukan Pencabulan Terhadap Anak di Bawah Umur

Doreng, Ekorantt.com – Marianus Virgo alias Virgo (33) melakukan kasus pencabulan terhadap anak di bawah umur, berinisial MNS (15), di Kampung Wukak Toeng, Doreng, Kabupaten Sikka.

Berdasarkan laporan polisi yang diterima Ekora NTT beberapa waktu lalu dari Kepolisian Sektor Bola, bernomor LP/10/VI/2019/NTT/RES. SIKKA/ SEK. BOLA, aksi bejat Virgo pertama kali dilaporkan oleh ayah kandung MNS, Geradus, pada Senin (24/6/2019), pukul 23.00 Wita.

Merujuk pada kronologi kejadian, Virgo melakukan tindakan itu pada hari Minggu (23/6/2019), sekitar pukul 20.00 Wita tepatnya di semak-semak kebun dekat rumah pelaku.

Sebelum kejadian, pada pukul 14.00 Wita, orangtua korban pergi ke Kampung Wololora, Desa Umauta, Kecamatan Bola untuk melayat anggota keluarga yang meninggal dan MNS tinggal sendirian di rumah.

Sekitar pukul 19.00 Wita, Geradus pun sempat menelepon minta tolong kepada Virgo untuk pergi menyampaikan informasi kepada Mama Besar MNS supaya datang menjemput korban yang lagi tinggal sendiri di rumah supaya pergi bermalam dulu di rumah Mama Besar tersebut.

Namun, rupanya pelaku berpikiran buruk dan malah pergi langsung menuju rumah pelapor/korban dan menyampaikan kepada MNS sambil berkata, “Bapakmu ada telepon saya suruh saya jemput kamu antar di rumah Mama Besarmu.”

Sehingga korban pun langsung bergegas untuk pergi bersama-sama Virgo menuju ke rumah rumah Mama Besarnya.

Sampai di tengah jalan, tepatnya di lorong yang ada kebun dan semak-semak, Marianus Virgo pun langsung menutup mulut korban dengan menggunakan tangannya dan kemudian melakukan aksi tidak senonoh pada bagian dada dan alat vital.

Dan setelah melakukan aksi keji itu, Marianus Virgo berjanji akan memberikan uang kepada korban dan mengancam untuk memukulnya kalau dia memberitahukan/melaporkan kejadian tersebut kepada orang tuanya.

Akibat perbuatan cabul yang dilakukan oleh Virgo tersebut, MNS pun merasa sakit di bagian dada dan alat vital.

Namun, MNS tak mau tinggal diam dan menginformasikan itu kepada keluarganya sehingga pelaporan pun terjadi.

Atas laporan kasus pencabulan terhadap anak di bawah umur dimaksud, anggota Polsek Bola pun langsung melakukan tindakan kepolisian, yakni menerima laporan, mencatat identitas pelapor, korban, pelaku dan para saksi, melakukan baket kronologi kejadian, melakukan penangkapan terhadap pelaku dan membuatkan laporan polisi  guna proses hukum selanjutnya.

Benarkah Ekora NTT Tidak Konfirmasi Kadis Sada Nenu?

Maumere, Ekorantt.com – Pada Jumat, 28 Juni 2019, Redaksi Ekora NTT menerima rilis hak jawab dari Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda Sikka Ferdinand Evensius Edomeko, S.Fil terkait berita yang diturunkan Surat Kabar Ekora NTT masing-masing berjudul “DIDUGA DINKES SIKKA TILEP UANG TENAGA KESEHATAN” versi online pada 26 Juni 2019 dan dan “DINKES SIKKA TILEP UANG TENAGA KESEHATAN?” versi cetak pada 25 Juni 2019.

Rilis hak jawab dengan cap Setda Kabupaten Sikka tersebut ditandatangani oleh Ferdinand Evensius Edomeko, S.Fil dalam kapasitasnya sebagai Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda Sikka.

Pada bagian awal surat, tertulis waktu dikeluarkannya rilis hak jawab tersebut, yakni Kamis, 27 Juni 2019.

Berikut klarifikasi Ekora NTT terkait hak jawab dari Bagian Humas dan Protokol Setda Sikka tersebut, terlepas dari pertanyaan publik, apakah Bagian Humas Protokol Setda Sikka memiliki wewenang memberi hak jawab terhadap persoalan pada suatu instansi teknis atau Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Pertama, pada bagian pengantar surat tertulis, “Berita yang diterbitkan, diedarkan ke masyarakat, disebarluaskan di media sosial, dan mendapat komentar negatif dari netizen itu TANPA KONFIRMASI dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka sebagai SKPD yang ditugaskan oleh Bupati Sikka untuk mengelola dana non-kapitasi tersebut.”

Pertama, tidak benar jika dikatakan Ekora NTT menulis berita tersebut di atas TANPA KONFIRMASI dengan Kepala Kesehatan Kabupaten Sikka dr. Maria Bernadina Sada Nenu, M.P.H.

Ekora NTT sudah berulang kali mengkonfirmasi Kadis Sada Nenu baik dengan cara mendatangi langsung Kantor Dinkes Kabupaten Sikka di Jalan El Tari Maumere pada Jumat, 24 Mei 2019 maupun dengan mengirim pesan via WhatsApp.

Akan tetapi, Kadis Sada Nenu berulang kali tidak menanggapi konfirmasi dari Ekora NTT. Ekora NTT baru berhasil menemui dan mewawancarai Kadis Sada Nenu di kantornya pada Selasa, 25 Juni 2019.

Sebenarnya, Redaksi EKORA NTT sudah mendiskusikan isu pemotongan dana non kapitasi tenaga kesehatan ini sejak April 2019.

Sejak itu, Ekora NTT sudah mulai mengumpulkan data dari berbagai sumber dan narasumber terkait isu tersebut.

Akan tetapi, Ekora NTT memutuskan menunda memuat berita tersebut karena selalu gagal menemui dan mengkonfirmasi Kadis Sada Nenu.

Berikut Ekora NTT lampirkan kronologi usaha mengkonfirmasi Kadis Sada Nenu. 

Upaya Menemui Kadis Sada Nenu

No. Waktu Komunikasi
  1.April 2019 Redaksi Ekora NTT mengendus isu pemotongan dana non kapitasi tenaga kesehatan di Kabupaten Sikka.
  2. Jumat, 24 Mei 2019 Ekora NTT berkunjung ke Kantor Dinkes Sikka.
Namun, seorang staf perempuan di sana mengatakan,
Kadis Sada Nenu sedang melakukan dinas luar.
  3. Jumat, 7 Juni 2019 Ekora NTT mengirim pesan via WhatsApp kepada
Kadis Sada Nenu. Dia beralasan, Handphone-nya rusak.
  4. Kamis, 13 Juni 2019 Ekora NTT mengirim lagi pesan via WhatsApp kepada
Kadis Sada Nenu, tetapi tidak ditanggapi.
5.   Selasa, 25 Juni 2019 Ekora NTT baru bisa menemui dan mewawancarai Kadis Sada Nenu di ruang kerjanya.

Kedua, tidak benar jika dikatakan berita Ekora NTT tersebut di atas “mendapat komentar negatif dari netizen.” Sebab, tidak semua netizen memberi komentar negatif atas pemberitaan tersebut.

Misalnya, akun “Mardy da Gomez” pada bagian komentar di postingan akun “Humas-Protokol Sikka” berjudul “DANA NON KAPITASI TIDAK DITILEP SIAPAPUN” pada tanggal Kamis, 27 Juni 2019 menulis “sy setuju dgn EKORA ketimbang pembelaan ini. Satu dua bidan mengadu jgn disepelekan oleh siapapun atau lembaga manapun. Mereka itu bidan yg bekerja membatu kelahiran dan kejadian itu semenjak 2017.”

Satu pernyataan positif netizen ini sudah cukup meruntuhkan argumen dari Bagian Humas Setda Sikka di atas.

Bagian Humas Setda Sikka menggeneralisasi sikap pembaca Ekora NTT seolah-olah semua memiliki komentar negatif atas berita tersebut. Generalisasi adalah salah satu bentuk sesat pikir atau logical fallacy.

Kedua, menurut Kabag Evensius Edomeko, “Dana non-kapitasi TIDAK DIPOTONG melainkan DIBAGI, dengan dasar hukum: SK Bupati Sikka Nomor 287/HK/2014 tentang Alokasi Dana Non Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Puskesmas Dalam Wilayah Kabupaten Sikka, yang merupakan turunan dari Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 59/2014.”

Pertanyaannya, mengapa Kadis Sada Nenu tidak mau memperlihatkan SK Bupati tersebut kepada Ekora NTT?

Ketika Ekora NTT menanyakan nomor SK tersebut, Sang Kadis menjawab, “Kamu cukup dapat penjelasannya saja. Yang jelasnya ada di Puskesmas masing-masing.”

Demikian klarifikasi Ekora NTT untuk dimaklumi oleh sidang pembaca yang budiman.

Dana Non Kapitasi Tidak Ditilep Siapa Pun

Maumere, Ekorantt.com – Surat Kabar Ekora NTT versi online edisi 26/6/2019 menurunkan berita berjudul “DIDUGA DINKES SIKKA TILEP UANG TENAGA KESEHATAN” dan versi cetak edisi 25 Juni 2019 dengan judul “DINKES SIKKA TILEP UANG TENAGA KESEHATAN?”, memuat berita tentang keluhan, dugaan, dan pertanyaan dari beberapa petugas kesehatan dari Kecamatan Alok Barat dan Talibura terhadap belum dibayarnya hak mereka yakni uang non-kapitasi, sejak Juni 2017 hingga Juni 2019 kini.

Berita yang diterbitkan, diedarkan ke masyarakat, disebarluaskan di media sosial, dan mendapat komentar negatif dari netizen itu TANPA KONFIRMASI dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka sebagai SKPD yang ditugaskan oleh Bupati Sikka untuk mengelola dana non-kapitasi tersebut.

Maka kami menggunakan HAK JAWAB untuk memberikan klarifikasi atas berita tersebut, untuk memenuhi hak asasi masyarakat untuk memperoleh berita yang berimbang, objektif, dan proporsional.

Pertama, Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka TIDAK TILEP dana jasa pelayanan non-kapitasi untuk tenaga kesehatan sebagaimana diduga oleh beberapa petugas medis dan disebarluaskan oleh Ekora NTT.

YANG BENAR adalah jasa pelayanan non-kapitasi JKN (persalinan dan rawat inap) selama Juli 2017 sampai dengan Juni 2019 belum dibayarkan karena:

(1) Terlambatnya Puskesmas mengajukan klaim pelayanan persalinan dan rawat inap ke BPJS Kabupaten Sikka, sehingga BPJS (yang butuh waktu untuk memverifikasi klaim-klaim tersebut) juga ikut terlambat membayarkan klaim dana non-kapitasi tersebut ke Rekening Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka.

(2)  Pembayaran dana non-kapitasi dan jasa umum oleh BPJS yang tertunda pada tahun anggaran sebelumnya harus dianggarkan ulang melalui mekanisme perencanaan & penganggaran APBD, yaitu Perubahan APBD.

(3)  Saat ini, Dinas Kesehatan telah menganggarkan kembali dana non-kapitasi JKN tersebut melalui mekanisme Mendahului Perubahan APBD 2019, sembari mengajukan klaim dana tersebut ke pihak terkait.

(4)  Pembayaran dana non-kapitasi harus melalui mekanisme APBD karena 60% dari dana tersebut merupakan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Kedua, terhadap pertanyaan para petugas medis Kecamatan Alok Barat dan Kecamatan Talibura tentang keabsahan pemotongan dana non-kapitasi, siapa-siapa yang bersepakat untuk pemotongan dan kapan disosialisasikan, dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Dana non-kapitasi TIDAK DIPOTONG melainkan DIBAGI, dengan dasar hukum: SK Bupati Sikka Nomor 287/HK/2014 tentang Alokasi Dana Non Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Puskesmas Dalam Wilayah Kabupaten Sikka, yang merupakan turunan dari Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 59/2014.

(2) Menurut ketentuan tersebut, besaran pembagian dana non-kapitasi adalah 60% untuk PAD (Pendapatan Asli Daerah), 35% untuk Jasa Pelayanan Puskesmas, dan 5% untuk Manajemen Dinkes bagi operasional pengelolaan program kesehatan masyarakat yang tidak dibiayai dalam APBD.

(3) 60% diperuntukkan bagi PAD karena semua prasarana dan sarana yang digunakan di setiap Puskesmas adalah milik pemerintah. Petugas kesehatan selaku ASN sudah memperoleh gaji ASN, sehingga alokasi 35% dari dana non-kapitasi program JKN & KIS adalah penghargaan atas jasa pelayanan pada program tersebut.

(4) Sosialisasi atas SK Bupati Sikka Nomor 287/HK/2014 sudah dilakukan sejak ditetapkan pada tahun 2014.

Ketiga, terima kasih atas kritik-kritik konstruktif, saran-saran solutif dan penyebarluasan berita kegiatan pembangunan dan pelayanan masyarakat oleh Pemda Sikka selama ini di Ekora NTT.

Semoga ke depan kita lebih tingkatkan lagi kerja sama kita dalam mendidik daya kritis masyarakat seraya menghormati hak asasi setiap warga untuk memperoleh informasi yang berimbang, utuh, objektif, dan proporsional. Tetaplah kritis. Tuhan memberkati.

Sekian HAK JAWAB kami untuk dimuat pada kesempatan pertama penerbitan surat kabar Ekora NTT edisi cetak dan edisi online berikutnya, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Terima kasih.

Demikian rilis hak jawab yang diterima Redaksi Ekora NTT dari Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda Sikka Ferdinand Evensius Edomeko, S.Fil Jumat, 28 Juni 2019.

Hari Kedua Pencarian, Nelayan Hilang di Nobo Belum Ditemukan

0

Flores Timur, Ekorantt.com – Fandi Tukan (31), salah seorang nelayan asal Desa Lewolaga, KecamatanTitehena, Kabupaten Flores Timur, yang hilang saat melaut pada Senin (1/7/2019) dini hari, belum juga ditemukan.

Sampai saat ini upaya pencarian masih terus dilakukan oleh Tim gabungan dari Basarnas Maumere dengan menyisir di daerah sekitar lokasi korban melaut, yakni di wilayah perairan Nobo, hingga diperluas ke perairan Rita Ebang, Kecamatan Solor Barat dan perairan Pulau Tiga di Selat Lewotobi.

“Pencarian di hari kedua tim mencari di lokasi sesuai dengan area yang digambarkan oleh tim swat. Hingga saat ini upaya pencarian yang dilakukan hasilnya masih nihil,” ungkap Isran, Kasiob Basarnas Maumere.

Meski tim sudah melakukan penyisiran di sekitar lokasi hilangnya korban dan memperlebar titik pencarian di tiga lokasi yang ditentukan ini namun korban, Fandi juga belum ditemukan.

Operasi pencarian pada hari kedua ini tim Sar Gabungan melibatkan 8 unit Bagan/Kelong milik warga, 1 unit Skoci karet dari Sar Maumere, 1 unit Perahu Jolor dan 1 unit rider boat dari Dinas Perikanan Flores Timur.

Pencarian di hari kedua ini melibatkan 6 orang personil Basarnas Maumere, 4 personil dari unsur kepolisian yakni 2 anggota Babinkantibmas dan 2 anggota Polsek Ilebura. Dari unsur TNI sebanyak 5 personil yang terdiri dari 3 personil Babinsa dan 2 personil dari Pos Pengamat Laut (Posmat) TNI AL wilayah Flores Timur.

38 orang warga desa setempat juga turut terlibat dalam upaya pencarian di hari kedua ini.

Sebelumnya, diinformasikan, Fandi Tukan yang hilang di wilayah perairan Nobo, tepatnya di are TPI Nurabelen, Kec. Ilebura. Ia, pergi melaut bersama 7 rekannya Anak Buah Kapal (ABK) Kapal Pencari Ikan (Bagan/Kelong) dan diketahui menghilang pada, Senin (1/7) dini hari.


Nelayan di Flotim Hilang Saat Melaut

0

Flores Timur, Ekorantt.com – Salah seorang nelayan dilaporkan hilang saat melaut di perairan Desa Nurabelen, Kecamatan Ilebura, Kabupaten Flores Timur atau tepatnya di sekitar lokasi TPI Nurabelen.

Identitas korban diketahui bernama Fandi Tukan, berjenis kelamin Laki-laki (31), warga Desa Lewolaga, KecamatanTitehena, Kabupaten Flores Timur.

Kabar orang hilang ini dibenarkan oleh Bhabinkamtibnas Desa Lewolaga, Brigadir Polisi (Brigpol) Bari Bria. Fandi diketahui menghilang pada Selasa, (2/7) pukul 08.30 Wita. 

Brigpol, Bari Bria yang dikonfirmasi Ekora NTT pada Selasa, (2/7) siang menuturkan, pada hari Senin, 1 Juni 2019, sekitar jam 18.00 Wita, Fandi Tukan diketahui membawa bagan (kapal pencari ikan) milik Pepo Maran (juragan kapal) untuk mencari ikan.

Ia kemudian berlabuh di depan TPI Nurabelen, Desa Nurabelen.

Pada saat berlabuh, semua ABK kapal sibuk memancing hingga sekitar jam 01.00 Wita dini hari. Saat itu baru diketahui kalau Fandi sudah tidak berada diatas bagan. Mereka pun langsung melakukan pencarian.  

Hingga Selasa (2/7) pagi, lanjutnya, upaya pencarian masih dilakukan oleh para ABK kapal namun tidak berhasil menemukan korban.

Kemudian mereka memutuskan untuk kembali dan menginformasikan kepada bagan-bagan lain guna membantu melakukan pencarian.

Menurut pengakuan beberapa temannya, Fandi memiliki riwayat penyakit epilepsi.

Hingga berita ini diturunkan, tim SAR dari Maumere, anggota gabungan dari Polsek Titehena dan Polsek Wulanggitang dibantu dengan masyarakat terus melakukan upaya pencarian di seputaran perairan Desa Nobo dan desa Nurabelen, Kecamatan Ilebura.

Siswi SMPN 1 Ende Sabet Medali Emas di POPDA NTT

0

Ende, Ekora NTT – Maria Khatarina S. Jati (15), siswi SMPN 1 Ende, berhasil mengharumkan nama Kabupaten Ende pada Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) tingkat Provinsi NTT yang diselenggarakan di Gedung Olahraga Oepoi Kupang.  

Marini, demikian dia disapa,  merupakan atlet kempo yang berhasil menyabet satu medali emas dari nomor Solo Embu Putri dan satu medali Perunggu dari nomor Randori per orangan putri 50 kg. 

“Saya bangga dan sekaligus terharu karena ini satu-satunya medali Emas yang diraih kontingen Kabupaten Ende. Prestasi ini adalah berkat bimbingan pelatih dan terutama dukungan sekolah dan orangtua,” ungkap putri dari Bapak Yoseph Frans R dan Ibu Renya Rosari ini.

Marini yang ditemui Ekora NTT sesaat setelah turun dari kapal feri di Pelabuhan Ende, Sabtu ( 29/6/2019) mengungkapkan kelegahan setelah mengikuti turnamen POPDA yang digelar selama sepekan, dari 22 juni hingga 28 juni 2019 di Kupang. 

Dirinya juga berharap, perhatian terhadap olahraga kempo di Kabupaten Ende terus ditingkatkan. 

Sementara itu, Ketua Kontingen Ende Khatarina L. Mari yang juga Pelatih Kempo Kabupaten Ende kepada Ekora NTT mengatakan, prestasi yang diraih atlet Marini adalah buah dari kerja keras semua pihak.

Dirinya berharap perhatian pemerintah terhadap pengembangan olahraga anak usia dini mesti ditingkatkan apalagi Ende memiliki bibit bibit atlet yang punya potensi berprestasi.

“Mesti sesering mungkin ada pertandingan di daerah sehingga mengasa teknik dan kemampuan tanding anak-anak,” ungkap Khatarina.

Anne Heintz dan Beberapa Kejadian Tak Terduga

Pada Selasa, 25 Juni 2019, sebelum matahari siang betul-betul menyengat Kota Maumere, Anne Heintz berkunjung ke SMAS John Paul II.

Mahasiswi asal negeri “Kincir Angin” Belanda ini diajak oleh kawannya untuk menyaksikan latihan pementasan kelompok Teater Refrain di sekolah tersebut.

Dan dia terperangah. Dia kira, ajakan itu hanya sebuah jalan-jalan biasa atau  semacam aktivitas formal laiknya orang asing bertamu ke muka tuan rumah.

Toh yang dia dapatkan adalah sebuah tontonan latihan serius dan sekelumit informasi bahwa Teater Refrain akan pentas di Bandung pada bulan Juli mendatang.

Namun, itu hanyalah pengantar saja. Dan kita sekalian boleh jadi menanti bagaimana kelanjutan pertemuan itu. Mungkin reaksi panjang lebar dari Nona Heintz tadi, ataukah penjelasan kenapa Teater Refrain bisa pentas di luar daerahnya.  

Dua opsi tersebut bakal diteruskan, apabila dan hanya apabila, sebuah pemahaman berikut telah terbersit dalam kepala kita.

Bahwasanya  di tengah ingar-bingar persoalan politik di Indonesia, juga menyeruaknya beragam kasus dugaan korupsi di Kabupaten Sikka, rupanya terdapat sekelompok anak sekolahan di Kota Maumere yang sedang menggelutkan diri di bidang kesenian dan akan mengharumkan nama daerah ini pada level nasional.

Ini memberikan pertanda bahwa Sikka atau Nusa Tenggara Timur sejatinya punya masa depan dan harapan yang baik di tangan generasi muda.

Meskipun percakapan-percakapan generasi muda itu tak selamanya berkutat seputar politik dan hanyalah laku kreativitas biasa secara kasat mata.

Hanya saja, jangan pernah menganggap remeh pada anak muda. Apalagi mereka yang coba menggeluti jalan hidup yang dianggap aneh oleh masyarakat kebanyakan, seperti kesenian tadi.

Kita tahu bahwa zaman selalu bergerak tanpa tebakan dan anak-anak muda tentu punya kecakapan untuk memberi tafsir atasnya. Dengan imajinasi dan kreativitas yang dimiliki.   

Sekarang, kita kembali ke cerita soal Anne Heintz tadi.

Setelah memerhatikan latihan sejenak, dia yang memang belajar khusus soal teater dan penyutradaraan itu pun mencoba membaurkan diri. Dia menyesuaikan diri dengan apa yang telah menjadi modal dasar latihan Teater Refrain selama ini.

Beberapa jurus dasar berteater dia praktikkan, seperti mengatur langkah, tempo dan bentukan pola-pola gerakan tertentu. Raut wajahnya semringah dan dia tampak bersemangat.

“Saya senang sekali karena di kota kecil seperti ini ada anak-anak muda yang bergerak di bidang kesenian. Saya terkejut dan tak pernah berpikir sebelumnya,” bicaranya.

Tentu dalam bahasa Inggris dan komunikasi yang terjalin sedari tadi juga menggunakan bahasa internasional tersebut. Dia tak bisa berbahasa Indonesia. Sama sekali tak bisa.

Dia kemudian bercerita sedikit mengenai kehidupan anak muda di Belanda yang memang mendapat banyak ruang untuk menunjukkan kebebasan berekspresi mereka. Dia bilang, di sana anak-anak muda bisa memilih komunitas mana saja.

“Yang terpenting adalah pengembangan diri sebagai manusia.”

Menurutnya, kesenian, semisal teater, punya dampak untuk membentuk karakter manusia. Di situ refleksi dapat tertangkupkan. Sebagaimana manusia mengolah emosi, membentuk sikap peka dan menjadi makhuk yang mawas diri.

“Saya sangat mendukung aktivitas seperti ini dan harus tetap konsisten,” tambahnya.

Hanya saja, penggalan kalimat tersebut, yakni “…harus tetap konsisten…” dapat dibaca dalam banyak hal. Yang bisa jadi munculkan pemikiran lanjutan ataupun membikin orang tercenung-cenung menatap diri mereka sendiri.  

Itu bakalan jadi sangat panjang dan syukur saja sebelum dilanjutkan, datanglah seorang perempuan muda ke kompleks sekolah.

Dia bilang namanya Berlin dan segera melibatkan diri ke kelompok itu.

Barangkali karena melihat Anne, dia lantas katakan bahwa dia bisa bahasa Inggris dan sempat menjadi dosen di Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur dan mengajar hampir seluruh mata kuliah.

“Saya ini bisa apa saja. Semua hal sudah saya buat,” kata dia.

Setelah itu, Berlin omong panjang lebar soal kisah-kisah dia selama ini. Mulai dari masa SMA-nya yang dihabiskan di 2 sekolah, pengalaman sebagai suster selama beberapa tahun, temuannya soal obat HIV dan AIDS, dan kedekatannya dengan para biarawan/wati  di Maumere.

“Semua orang ini kenal saya. Hanya kalian saja yang tidak tahu,” cerocosnya.

Kali ini Anne kembali terkejut. Tapi, dia berusaha untuk menyamankan diri. Mencoba mengajak pemudi itu bicara dan suasana terjalin cukup akrab. Meskipun Berlin bicara dalam bahasa Indonesia dan Anne, seperti yang sudah kita ketahui, meresponsnya memakai bahasa Inggris.

Hari itu menjadi hari yang menarik bagi Anne. Kepada saya yang juga berusaha memahami tutur kata bahasa asingnya, Anne bilang bahwa kejadian-kejadian tak terduga itu merupakan konsekuensi yang dia pilih  karena putuskan untuk datang ke Maumere seorang diri.

Bahkan, kawan yang membawa dia tadi juga baru dikenalnya ketika tiba di sini.

“Anne, kamu belum punya rencana untuk pergi dari kota ini?” tanya saya.

“Saya kurang tahu. Tapi orang-orang di sini sangat menyenangkan,” jawab dia sambil merangkul Berlin.

AMOR Telah Diluncurkan, Inilah Beberapa Kegunaannya

Maumere, Ekorantt.com – KSP Kopdit Obor Mas telah meluncurkan penggunaan  sistem  Eletronik  Data Capture (EDC) atau yang dikenal dengan nama Aplikasi Mobile KSP Kopdit Obor Mas (AMOR) 16 Mei 2019 lalu.

Hal ini merupakan langkah KSP Kopdit Obor Mas untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi

Setelah diluncurkan, AMOR mulai digunakan oleh staf lapangan KSP Kopdit Obor Mas saat berkunjung ke rumah anggota.

Lalu, apa saja kegunaan dari benda atau perangkat bernama AMOR ini?

General Manajer KSP Kopdit Obor Mas, Leonardus Fredyanto Moat Lering menjelaskan, untuk tahap pertama AMOR memiliki beberapa manfaat atau kegunaan.

Pertama, melayani setoran angsuran pinjaman maupun simpanan, baik dari anggota maupun calon anggota seperti para pelajar yang menabung di tabungan pelajar.

“Anggota bisa setor angsuran pinjamannya dan juga simpanan baik simpanan saham dan simpanan non saham. Kecuali, simpanan pokok karena dia belum punya nomor anggota,” kata Fredyanto.

“Karena itu, ia harus ke kantor. Daftarkan diri jadi anggota dan dapat nomor anggota, baru bisa mendapatkan pelayanan dengan aplikasi AMOR,” tambah Fredyanto.

Fredyanto pun mengimbau anggota agar tidak perlu ragu. Uang pasti akan masuk ke kantor karena data langsung terekam di server Obor Mas.

“Hal ini memudahkan anggota. Anggota tidak perlu datang ke kantor. Tinggal tunggu di rumah, staf Loan Officier kita akan datang dan melayani,” tandasnya.

Kedua, mengecek saldo simpanan (simpanan saham maupun non saham) dan pinjaman anggota.

“Misalnya para guru, mereka bisa cek angsuran pinjaman lewat AMOR” jelas Fredyanto.

Fredyanto menambahkan, kedepan perangkat AMOR dikembangkan untuk pelayanan keuangan lainnya seperti penarikan uang anggota.

Anggota bisa melakukan penarikan uang melalui AMOR tanpa harus ke kantor Obor Mas.

“Misalnya anggota yang memiliki ATM bisa gesek di benda ini untuk mengambil uang. Petugas lapangan bisa melayaninya. Rencananya tahun ini bisa dilaunching  juga,” kata Fredyanto.

Selain itu, perangkat AMOR  juga akan dikembangkan untuk menjadi sarana transaksi jual beli pada saat anggota membeli barang di pusat perbelanjaan seperti toko dan swalayan.

“AMOR akan ditaruh di toko-toko. Untuk anggota yang mau berbelanja, cukup bawa ATM saja, gesek dan uang untuk bayar barang diambil. Ini beberapa tambahan pelayanannya dan itu kita targetkan juga tahun ini bisa dilaunching. Tim kita di Inkopdit sementara mengerjakannya,” jelas Fredyanto.

Hal menarik yang sedang direncanakan juga oleh manajemen Obor Mas, kata Fredyanto adalah ATM bersama. Menurutnya, ini adalah pekerjaan rumah yang sementara digodok sehingga ATM Obor Mas bisa masuk dalam ATM bersama bank-bank.

Sejauh ini, perjuangan terus dilakukan dengan melakukan pembicaraan dengan berbagai pihak.