Ruteng, Ekorantt.com – Universitas Katolik Indonesia St. Paulus-Ruteng, program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) menyelenggarakan Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia (KDMI) 2019.
Kompetisi ini dilaksanakan selama dua hari, dari hari Senin-Selasa (9-10/9/2019). Kegiatan hari pertama berlangsung di gedung Eduardus 04 dan di ruangan Eduardus 07 pada hari kedua. Seluruh rangkaian kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Mikael Nardi, M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.
Dalam sambutannya, Nardi menjelaskan bahwa lomba ini bertujuan untuk menghasilkan tenaga pendidik, peneliti, serta praktisi yang unggul, profesional dan kompeten.
“Kegiatan ini bertujuan untuk melatih pribadi kita menjadi pribadi yang memiliki daya saing yang tinggi dan mampu berkompetisi”, ungkap Pendamping KDMI itu kepada segenap mahasiswa peserta lomba dan semua yang hadir di tempat penyelenggaraan acara.
Para peserta kegiatan ini nantinya juga disiapkan untuk mengikuti perlombaan di jenjang yang lebih tinggi.
“Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan mahasiswa yang unggul sehingga bisa dipersiapkan mengikuti debat tingkat fakultas, tingkat universitas, dan menentukan siapa yang bisa terpilih untuk mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa dan Pelajar (PIMPEL) yang akan dilaksanakan di Yogyakarta”, ujar Nardi.
Mantan ketua Senat (2006-2007) itu menjelaskan bahwa penyelenggaraan Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia tersebut juga dilaksanakan dalam rangka merayakan HUT ke-60 PGSD.
Ketika ditemui terpisah oleh EKORA NTT, Marselinus Robe, M.Pd selaku Ketua Panitia sekaligus juri kegiatan ini menyatakan bahwa KDMI menuntut mahasiswa untuk mengembangkan wawasan yang luas, kemampuan berbahasa Indonesia yang baik, dan kemampuan berargumentasi yang tajam, terutama ketika harus mematahkan argumentasi oposisi dengan dalil-dalil yang kuat.
“Lomba ini adalah ajang untuk mengasah kemampuan intelektual mahasiswa”, ujar Robe.
KDMI kali ini diikuti oleh 48 peserta dari 16 tim. Setiap tim terdiri dari 3 anggota. Peserta lomba berasal dari berbagai tingkat yakni tingkat 1 sebanyak 6 tim, tingkat 2 sebanyak 4 tim dan tingkat 3 sebanyak 6 tim.
Debat hari pertama berlangsung seru dan penuh dengan nuansa akademik. Adu argumen terjadi silih berganti. Baik para peserta maupun penonton terlihat sangat antusias.
“Momentum ini merupakan wahana yang dapat menambah wawasan dan melatih kami untuk menjadi pribadi yang berdaya saing dan siap berkompetisi di dunia yang lebih luas.” ungkap Margareta Suryanti Luju salah satu peserta lomba, kepada EKORA NTT.
Yanti juga berharap agar event ini diadakan setiap tahun akademik. Menurutnya, event ini bisa digunakan sebagai ajang untuk menyeleksi para peserta yang akan disertakan dalam perlombaan di tingkat-tingkat yang lebih tinggi.
Kontributor: Selvianus Hadun