Jangan Lagi Bilang Petani Kelapa Mati Gaya

Maumere, Ekorantt.com – Manajer PCP Rotat, Berno Letepung punya cerita unik tentang para petani kelapa. Dalam beberapa kesempatan, ia memperhatikan gerak gerik para petani saat mengantar minyak kelapa untuk dijual dan saat mereka pulang membawa uang.

Langkah kaki petani, cerita Berno, saat mengantar minyak kelapa nampak bergegas dan berat tapi tergambar harapan untuk meraih sesuatu. Berbeda saat pulang, langkah kaki bergerak ringan.

Pengalaman serupa dialami Petrus Lebi Kilok, seorang petani dan juga seorang tenaga lapangan/field officer PCP Rotat Indonesia. Hari itu, Rabu, 9 September 2020, Petrus dengan semangat berkisah tentang kebanggaan para petani kelapa di masa pandemi Covid-19.

“Sekalipun Covid no (sebutan untuk anak laki-laki dalam bahasa Nagi/Larantuka), tapi coba cek beberapa petani kelapa yang antar minyak kelapa ke Boru (baca, Kantor KSP Pintu Air Cabang Boru), mereka pulang itu lenggangnya gembira sekali. Karena apa? Ya karena pegang uang to. Itu baru namanya hebat ketika orang lain susah payah pikir mau dapat uang para petani kelapa manfaatkan buah kelapa dari kebun sendiri. Masak jadi minyak lalu dijual ke Boru,” tutur Petrus dengan penuh semangat sambil mengaduk-aduk minyak kelapa dengan sebuah sendok goreng pada sebuah kuali berukuran besar.

Tim PCP Rotat hadir bersama para petani kelapa di Boru. Bahasa para field officer hari itu adalah gerebek produksi minyak kelapa mentah dengan Standar Operasional Prosedur yang baik dan benar kepada petani kelapa.

“Saya juga sudah buat pendekatan kepada dua pastor paroki. Pastor paroki Hokeng dan pastor paroki Watobuku untuk ikut mengajak warga membuat minyak kelapa mentah dan dijual ke kantor Pintu Air terdekat,” urai Petrus lebih jauh

Petrus bercerita, sebelum pandemi, ia gencar memberikan sosialisasi saat doa komunitas basi. Tapi untuk beberapa bulan belakangan tidak lagi ada doa karena corona.

Sebagai seorang staf lapangan, Petrus memang telah lama berkutat pada pengolahan kelapa. Hadirnya PT Pintu Air Asia dengan unit khusus produk pengelolaan minyak kelapa Pintu Air  mengantarkan Petrus bergabung bersama sembilan staf lapangan (FO) di berbagai kabupaten di Flores (Kabupaten Flores Timur, Sikka, Ende, Nagekeo dan Ngada) untuk bekerja dari hulu bersama para petani kelapa.

Petrus tidak bergerak sendiri, bersama tim pengurus dan manajemen Pintu Air Cabang Boru telah mendampingi sejumlah kelompok petani kelapa yang tersebar di Desa Boru, Hokeng Jaya, Nobo, Konga, Tenawahang, Pante Oa, Sukutukang, Dulipali, Lato, dan Duli Jaya.

Kristina Gale, staf KSP Kopdit Pintu Air Cabang Boru mengakui bahwa sektor riil sungguh sebuah terobosan yang istimewa.

“Sebagai staf yang menerima para petani yang datang membawa minyak kelapa mentah ada perubahan penuh harapan dari petani. Langkah kaki mereka saat terima uang dari hasil jerih lelah masak minyak kelapa mentah terasa ringan sekali pak,” ujar Kristina.

Yosefus Lambarai, salah seorang petani yang setia mengantarkan minyak kelapa mentah mengaku pandemi Covid-19 memang membawa pukulan telak bagi ekonomi rumah tangganya. Namun ia bersyukur karena punya peluang untuk bisa bertahan.

“Saya masak minyak kelapa sebulan itu bisa antar sampai tiga kali. Saya hanya mau bilang Pintu Air beli minyak kelapa mentah dari kami ini sangat membantu kami sekali,” ujar Yosef.

Lain kisah Yosef dan Petrus Lebi Kilok, lain lagi kisah dari Kepala Desa Mbuliwaralau Utara, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende, Abdulah Mustanto. Saat mendengar bahwa Pintu Air melalui PCP Rotat bergerak pada sektor riil minyak kelapa mentah, dirinya terpanggil untuk memotivasi petani kelapa di desanya untuk masak minyak kelapa mentah.

“Waktu tim gerebek produksi CCO dari PCP Rotat Indonesia datang untuk melatih warga memproduksi minyak kelapa mentah itu semua warga desa antusias. Saya paksakan dengan edukasi yang baik pada warga bahwa yang kita kerjakan ini pembelinya sudah jelas yakni KSP Kopdit Pintu Air – PCP Rotat Indonesia. Apa lagi lembaga ini kan kantor cabangnya ada di dekat sini,” tuturnya penuh semangat ketika berbincang dengan Ekora NTT di Kantor Desa 2 Oktober 2020 lalu.

Mustanto mengatakan, Bumdes milik Desa Mbuliwaralau Utara akan fokus pada pengembangan minyak kelapa mentah untuk selanjutnya dijual ke PCP Rotat.

“Kami yakin bahwa sudah cukup lama harga kelapa ini sangat kurang ajar, tidak ada harga apa-apa, tetapi dengan KSP Kopdit Pintu Air Rotat – PCP Rotat pasti nasib kami para petani kelapa ini dimuliakan,” begitu jelas Mustanto menambah.

Impian Mustanto, menurut Maria Petronela Simprosa Rice, Ketua Komite KSP Kopdit Pintu Air Cabang Wolowaru adalah sebuah komitmen yang membanggakan.

“Bersama teman-teman manajemen kami di Cabang Wolowaru memang sudah dari awal bersepakat untuk membangun jejaring dengan desa-desa di sekitar kami. Dan yang luar biasa adalah bapak desa ini langsung respon baik dan mengundang tim dari PCP Rotat Indonesia untuk melatih warga pembuatan minyak kelapa mentah yang berkualitas,” ujar Maria.

Senada dengan Maria, Manager KSP Kopdit Pintu Air Cabang Wolowaru, Yanuarius Dodi M. Baga dan Manager Cabang Ndona, Agustinus Wawo  mengemukakan bahwa sektor riil minyak kelapa yang dikerjakan adalah bukti sinergisitas antara pengurus, manajemen dan tim lapangan atau field officer untuk rajin ‘turba’ (baca turun ke anggota terlebih para petani kelapa) untuk memotivasi mereka bekerja bersama dalam kerja jaringan usaha sektor riil ini.

“Pada rapat bulanan kami selalu ajak anggota untuk terlibat dalam usaha sektor riil dan ikut dalam mengajak keluarga yang belum jadi anggota untuk bergabung dalam KSP Kopdit Pintu Air agar bisa ikut membuat minyak kelapa yang kemudian dipasarkan ke kita. Syaratnya ya wajib jadi anggota,” demikian tutur Yanuarius Dody.

Sementara itu Agustinus Wawo menambahkan, ketika berada bersama para anggota ada permintaan agar ketika bekerja untuk sektor riil mereka diberi kelunakan dalam hal bunga pinjaman.

Diakuinya bahwa saran ini tentunya menjadi masukan berharga untuk dibawa kepada pertemuan bersama di tingkat jajaran pengurus dan manajemen KSP Kopdit Pintu Air.

Di KSP Kopdit Air Cabang Ndona ada lagi sekelompok petani kelapa yang sukses memasak minyak kelapa mentah kemudian diantar ke kantor cabang Ndona. Di bawah koordinasi Krisantus O. Rangga selaku field officer, ada cerita menarik dari para petani kelapa.

Adalah Tarsisus Wae yang mengumpulkan para ibu rumah tangga untuk bersama dalam membuat minyak kelapa mentah. Memulai usaha memasak minyak pada April 2019, Tarsi bahkan hampir setiap bulan menjual minyak kelapa mentah/CCO sampai dengan 200 kilogram.

Kini, saat pandemi Covid-19, produksinya menurun dan hanya sekitar 50-60-an kilogram minyak kelapa mentah yang dijual.

“Saya balik dari Malaysia tahun 2018 tanpa bawa apa-apa. Benar-benar kerja hanya untuk dapat tiket pulang. Saya berpikir sudah saatnya rezeki itu dicari di kampung halaman istri saya yakni di Ndona sini,” kenangnya.

Dirinya mulai tertarik dengan Pintu Air ketika melihat ada rapat bulanan di sekitar rumah. Ia berpikir kalau orang hadir dalam pertemuan ini mencapai 100 orang lebih berarti harus masuk Pintu Air.

“Syukur sekali karena mulai dengan menjadi anggota dan memasak minyak ini saya bisa ajukan pinjaman untuk beli mesin parut sendiri. Istri dan anak juga sudah jadi anggota Pintu Air jadi saya rasa di Pintu Air hidup kami sekeluarga menjadi lebih teratur. Anak sudah SMA siap kuliah jadi kami harus kerja baik-baik dalam usaha masak minyak ini,” imbuhTarsisius.

Untuk mendukung usaha minyak yang digelutinya, Tarsi juga beternak babi. Menurutnya ampas kelapa sangat bagus jadi pakan ternak ketika dicampur dengan campuran lain misalnya ubi kayu dan batang pisang cincang. Tarsi mengakui bahwa 12 ekor babi yang kini ada di kandang adalah investasi yang ikut mendukung ekonomi rumah tangga dan pendidikan anak-anaknya.

Sektor Riil Bergerak dari Hulu

Manajer PCP Rotat Indonesia, Berno Letepung mengakui bahwa keterlibatan Pintu Air dalam sektor riil tidak asal-asal saja.

“Kita kerja ini mulai dari hulu, jadi ada ikatan secara emosional dan dengan spirit yang sama bahwa gerakan berkoperasi itu tidak melulu hanya soal simpan pinjam tapi mindsetnya harus diubah bahwa dengan sektor rill yang gerakannya mulai dari petani yang punya kelapa kita membangun kedekatan bahwa kerja kita ini untuk keberlanjutan,” demikian jelas Berno.

Berno melanjutkan bahwa dari hulu sampai ke hilir itu para petani pasti punya ikatan secara emosional untuk tidak dengan mudah menjual minyak atau pun kelapa gelondong ke pihak lain.

Contoh paling nyata ada pada warga Desa Mbuliwaralau Utara yang melalui intervensi kepala desa berkomitmen bersama Pintu Air untuk pengembangan Bumdes

Berno lebih jauh menegaskan bahwa nilai beli oleh PCP Rotat Indonesia merupakan harga premium yang tentunya akan selalu dapat berubah sesuai dengan perkembangan dan kekinian ekononomi dewasa ini.

Harga premium itu adalah Rp 14.500 per kilogram.  Harga ini tentunya jika dikalkulasikan dengan beberapa nilai/margin dari sisa hasil produksi berupa ampas kelapa, air hasil fermentasi, batok kelapa, air kelapa, sudah tentu dapat memberikan keuntungan yang baik dan dapat diterima petani.

Menurut Berno, tidaklah strategis jika analisis dan edukasi warga petani kelapa hanya dijabarkan pada hasil yang diperoleh dari penjualan minyak kelapa mentah semata. Melainkan juga dengan memastikan sejumlah kebutuhan pasar local atas ampas kelapa, air kelapa, air sisa fermentasi dan batok kelapa. Semuanya memiliki nilai ekonomis bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan ekonomi keluarga petani kelapa.

Pintar CCO  Production Rotat Indonesia juga bersiap lakukan pengembangan strategi keberlanjutan pengolahan buah kelapa secara terpadu yakni dibangunnya sebuah wadah pengolahan kelapa terpadu dengan nama Coconut Training Center (CTC).

Harapannya adalah PCP Rotat Indonesia akan selalu berusaha menjaga keberlanjutan usaha produksi ini pada jaminan dan ketersediaan bahan baku produksi.

“Semoga kedepannya PCP Rotat Indonesia dapat menjawab sejumlah kebutuhan pasar lokal atas buah kelapa gelondong. Jika memang ada produski dan pengolahan tanaman kelapa di Flores Maumere Kabupaten Sikka, mengapa harus dijual keluar Flores NTT?” tanyanya retoris.

Pernyataan kritis atas langkah strategi warga petani kelapa dalam menjaga dan menjamin kualitas buah kelapa Flores dapat diolah dan diproduksi di Flores.

“Jadi melulu kita tidak beli dari warga minyak kelapa mentah saja tapi kita juga siapkan untuk olah lagi sendiri dari minyak mentah yang kemudian masuk menjadi minyak murni dan sejumlah produk turunan kelapa lainnya,” lanjut Berno.

Yakobus Jano, Ketua KSP Kopdit Pintu Air mengakui bahwa kerja dengan pendekatan hulu-hilir yang holistik dalam kerja sektor riil adalah bagian dari gerakan nyata Pintu Air untuk terus ada dan memuliakan orang-orang kecil terlebih para petani kelapa.

“Para petani kelapa pada gilirannya juga bisa bergaya karena harga yang kita beli layak dan pantas. Jadi kalau petani cengkeh dan vanili berjaya, sudah saatnya juga sektor riil kita ini membuat petani kelapa itu berjaya juga,” ujar Yakobus Jano

Diakui bahwa tentang kisah para petani kelapa, terbetik kisah miris yang harus dihadapi bahwa kelapa pernah punya harga yang sangat ‘kurang ajar’, maksudnya tak ada harga apa-apa. Di depan petani cengkeh dan petani vanili misalnya saja, petani kelapa selalu mati gaya. Ikrar Pintu Air tak lain adalah menjadikan petani kelapa berdaya.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA