Ende, Ekorantt.com – SMPK St. Ursula Ende yang terletak di Jln. Wirajaya, Kelurahan Onekore, Kecamatan Ende Tengah akhirnya menyelenggarakan Ujian Integrasi (Integrated Projects Presentastion) dari tanggal 25-29 April 2022.
Marsianus Tonda, Koordinator Ujian mengatakan, Integrated Project merupakan sebuah proyek integrasi di mana muatan semua mata pelajaran dipadukan dalam satu proyek.
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), kata Marsianus, bertujuan untuk mengembangkan karakter, komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis dan kreatifitas peserta didik.
“Program ini bersinergi dengan spiritualitas hidup Santa Angela yang selama ini selalu dijalankan dan dikembangkan di lembaga pendidikan SMPK St. Ursula Ende,” terangnya.
Pada tahun ajaran 2021/2022 ini, terang Marsi lebih jauh, Ujian Integrasi adalah ujian praktik yang menjadi salah satu syarat kelulusan bagi semua peserta didik.
Sejalan dengan paradigma baru, Marsianus mengatakan, SMPK St. Ursula memandang bahwa kegiatan praktik sangatlah penting dan menjadi implementasi pengetahuan (teori) yang diperoleh di kelas.
“Ketika peserta didik mampu mempraktikkan sesuatu (menghasilkan sesuatu), itu berarti peserta didik sudah pasti memahami pengetahuan (teori) yang ia pelajari,” ungkap Marsianus.
Ujian Bertema “Ramah Lingkungan”
Terkait proses ujian, Marsianus menambahkan, peserta didik kelas IX dibagi menjadi 21 kelompok secara random dengan tujuan supaya peserta didik saling bekerja sama dalam tim dan kelompoknya.
“Di sinilah, peran teman sebaya, di mana mereka saling kerja sama berkolaborasi memecahkan sebuah masalah dan menghasilkan produk,” katanya.
Kepala SMPK St. Ursula-Ende, Sr. Maria Goreti Lopa, OSU mengatakan kepada Ekora NTT, Sabtu (30/4/2021), keseluruhan proses ujian berjalan lancar dan memiliki dampak.
“Semua anak berproses dalam kelompok selama 3 bulan, ada nilai-nilai serviam yang bertumbuh dan berkembang dalam diri peserta didik, seperti peduli, saling menghargai, jujur, disiplin, berani dan totalitas,” kata Suster Maria.
Tak hanya itu, Suster Maria juga mengatakan bahwa ujian tersebut membawa dampak yang baik bagi anak-anak karena mereka melahirkan karya-karya yang mengagumkan.
“Dampaknya, siswa-siswi mampu melahirkan karya-karya yang mengagumkan seperti produk sabun dari kulit jeruk, keripik dari kulit pisang, biopori, pupuk organik cair dan padat, kerajinan dari koran dan plastik bekas seperti vas bunga, lampu hias, lampu taman, dompet dan tas,” jelasnya.
Suster Maria menambahkan, produk yang dihasilkan menjadi satu segmentasi ramah lingkungan karena diproses dari sampah dan tema ujian kali ini tentang “Ramah Lingkungan”.
Menurut Suster Maria, hal ini bisa berjalan lancar karena masing-masing guru mapel memberikan Kompetensi Dasar (KD), kemudian peserta didik berproses dalam kelompok, dikolaborasikan dengan mata pelajaran lain untuk menghasilkan sebuah produk.
Sementara itu, Willy Siga, Wakasek Kurikulum mengatakan, sesuai tuntutan Kurikulum 2013 ke Kurikulum Merdeka, maka SMPK St. Ursula mencari model terbaik dalam pendampingan anak secara lebih kreatif, kolaboratif, dan inovatif.
“Pembelajaran Integrasi yang seharusnya terjadi pada Tahun Ajaran 2022/2023 sudah dimulai SMPK St. Ursula. Ini berkat kerja keras dari para guru, yayasan, lembaga, dan semua pihak terkait,” kata Willy.
Willy yakin bahwa gerakan pembelajaran kali ini memungkinkan anak untuk siap menghadapi Kurikulum Merdeka.
“Untuk tahun ini, kelas 7 dan 8, kegiatan ujian akan terjadi dua kali yaitu Ujian Pengetahuan dan Ujian Integrasi, sementara kelas 9 Ujian Integritas sudah berjalan saat ini,” jelasnya.
“Ini merupakan angkatan pertama yang menjalankan Ujian Integrasi ini dan pada tahun-tahun yang akan datang, Ujian Integrasi menjadi program rutin yang akan dijalankan oleh setiap peserta didik,” sambung Willy.
Untuk semua proses yang dijalankan, Koordinator Ujian Integrasi, Marsianus menilai, Ujian Integrasi bersifat sangat humanis, dalam arti mendidik manusia-manusia muda menjadi lebih manusiawi.
“Kami mendidik generasi serviam yang disebut sebagai Serviamors yang otak, hati dan tangan (tingkah laku) berjalan bersama. Good Head, Good Heart, Good Hand,” tambahnya.
Ketika anak-anak mampu menciptakan sebuah produk, menurut Marsianus, anak-anak sudah mengerti teori-teori yang sudah mereka pelajari.
“Karena untuk menghasilkan sesuatu, pada titik yang paling awal mereka harus mengerti teori dahulu,” tutupnya.