Nggolonio Jadi Sentra Sorgum untuk Nagekeo

Mbay, Ekorantt.com – Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do menyebut Desa Nggolonio dapat menjadi pusat pengembangan sorgum ke depan. Dari Nggolonio, tanaman sorgum dapat dikembangkan ke wilayah lain di kabupaten itu.

“Sehingga Nggolonio ini menjadi sentra sorgum,” ujar Bupati Don saat panen sorgum di Desa Nggolonio, Kecamatan Aesesa, Nagekeo, belum lama ini.

Kelompok Tani Mitra Mandiri-Desa Nggolonio menyiapkan lahan penangkaran benih sorgum seluas 13 ha untuk pengembangan. Sorgum varitas suri 4 label ungu (benih pokok) di atas lahan seluas 12 ha, sedangkan untuk varitas super 1 label kuning (benih penjenis) disiapkan lahan 1 ha.

Rencananya, sorgum tersebut akan dijadikan sumber benih untuk pengembangan baik di desa itu maupun wilayah lain yang membutuhkan.

Bupati Do berharap bibit sorgum tersebut dapat dikembangkan di Mbay Kanan pada Mei mendatang.

iklan

“Sehingga kita punya cadangan pangan dan ini juga income bagi masyarakat kita,” tutur Bupati Don.

Kadis Pertanian Nagekeo, Olivia Monika Mogi, menuturkan secara agroklimat Nggolonio sangat cocok untuk pengembangan sorgum. Sorgum disebut sebagai tanaman yang bandel terhadap iklim ekstrem.

Bupati Nagekeo sedang berpose bersama Mama Sorgum Maria Loreta dan Kadis Pertanian Nagekeo saat panen sorgum di Nggolonio (Foto: Humas Pemkab Nagekeo/HO)

“Tahun depan kami sedang mempersiapkan 100 ha untuk Desa Nggolonio ini. Nanti dibagi menjadi dua yakni pertanian dan pengembangan,” kata Oliva.

Upaya itu untuk menjadikan Nggolonio sebagai daerah penyulpai sorgum ke provinsi dan kabupaten lain di Flores.

“Para petani sudah membangun kemitraan dengan offtaker dan akan dilakukan pada musim tanam berikutnya,” ujar Oliva.

Berkesinambungan

Panen perdana sorgum di Nggolonio diikuti Tenaga Ahli Yapensel Keuskupan Larantuka, Maria Loreta. Penyandang predikat Mama Sorgum ini setidaknya sejak tahun 2009 telah mengembangkan makanan pokok itu di wilayah Flores Timur.

Ia menyatakan Kabupaten Nagekeo memiliki lahan tidur yang luas dan sangat potensial. Karena itu ia berharap program ini berkesinambungan.

“Sorgum bergizi, sorgum berduit,” katanya.

Maria menambahkan sorgum bisa menjadi pilihan pengganti beras dalam penanganan masalah stunting. Ia juga ingatkan agar beras sorgum yang dihasilkan tidak habis untuk dijual tapi juga untuk dikonsumsi karena banyak kandungan gizinya.

“Kalau Flores Timur 80% bisa mengumpulkan sorgum-sorgum untuk gerakan gempur stunting. Maka Nagakeo pun harus bias, apalagi didukung dengan struktur tanah yang cocok untuk tanaman sorgum,” kata Maria.

TERKINI
BACA JUGA