Pemerintah Bangun Tambak Garam Modern di Sabu Raijua, Dukung Swasembada Garam Nasional

Proyek tersebut dibiayai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan total nilai mencapai Rp2 triliun.

Kupang, Ekorantt.com – Pemerintah pusat resmi menghentikan impor garam konsumsi per 1 Januari 2025. Sebagai langkah strategis menuju swasembada garam nasional, pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan membangun tambak garam modern di Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pembangunan ini akan menggunakan skema modeling tambak garam seluas 2.000 hektare dan ditargetkan rampung pada akhir 2025.

Proyek tersebut dibiayai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan total nilai mencapai Rp2 triliun.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi (Bapperida) Provinsi NTT, Alfonsus Theodorus, mengatakan, proyeknya sudah dalam tahap perencanaan dan akan memulai proses groundbreaking tahun ini.

“Ini adalah skema dari Bapak Presiden dan pembangunannya akan dilakukan di Sabu,” ujar Alfons di Kupang, Selasa, 6 Mei 2025.

Kabupaten Sabu Raijua dipilih karena memiliki potensi besar dalam memproduksi garam berkualitas tinggi dengan kadar NaCl hampir 100 persen.

Wilayah Sabu juga memiliki musim kemarau yang panjang hingga tujuh bulan dan iklim yang mirip dengan Australia, negara produsen garam terbesar keenam di dunia.

Pemerintah Provinsi NTT telah berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten untuk kesiapan lahan, baik milik pemerintah maupun masyarakat.

Total luas lahan yang disiapkan mencapai lebih dari 10.000 hektare, dengan estimasi investasi keseluruhan sebesar Rp2,4 triliun.

Selain Sabu Raijua, pengembangan tambak dan industri garam juga akan dilakukan di Kabupaten Kupang, Nagekeo, dan beberapa wilayah lain di NTT.

Proyek ini merupakan bagian dari visi hilirisasi ekonomi yang diusung oleh Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena dan Johni Asadoma.

Tak hanya fokus pada garam, pemerintah juga mendorong pengembangan sektor perikanan lainnya. Di Waingapu, Sumba Timur, telah disiapkan lahan dan anggaran sebesar Rp8 triliun untuk pengembangan budi daya udang dan industri pengolahannya. Sementara itu, pengembangan rumput laut akan difokuskan di Kabupaten Kupang dan Sabu Raijua.

“Target kita adalah tidak hanya menjual bahan mentah, tapi mengolahnya menjadi produk industri sebelum dikirim keluar daerah,” tambah Alfons.

Rencana besar ini mendapat dukungan dari DPRD NTT. Sekretaris Komisi IV, Ana Waha Kolin, menyatakan apresiasinya terhadap langkah pemerintah dalam mengoptimalkan potensi lokal.

“Gagasan ‘Ayo Bangun NTT’ dari Gubernur Melki Laka Lena mulai menunjukkan titik terang menuju NTT yang sejahtera. Ini akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat, pengurangan pengangguran, dan penambahan lapangan kerja,” ungkap Ana.

Namun, ia mengingatkan agar program ini tidak sekadar menjadi janji, melainkan harus diwujudkan dalam tindakan nyata.

“Dewan mendukung penuh rencana ini karena merupakan langkah strategis dan visioner dari pemerintah,” tegasnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut KKP, Victor Gustaf Manoppo, menjelaskan bahwa pembangunan modeling tambak garam mencakup transformasi sistem produksi dari metode konvensional ke mekanisme modern.

“Program ini ditargetkan selesai tahun ini dan sepenuhnya dibiayai oleh APBN,” kata Victor seperti yang dilansir Tempo.co.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA