Maumere, Ekorantt.com – Efek pandemi masih terasa begitu mencekam bagi banyak orang, terutama yang menderita sakit, miskin, dan tak berdaya. Hal serupa dirasakan oleh keluarga-keluarga pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan keluarga tak mampu asuhan Seminari St. Kamilus Maumere.
Rektor Seminari St. Kamilus Maumere, Romo Cyrelus Suparman Andi, MI kepada Ekora NTT Rabu (7/4/2021) mengatakan, Kamilian menggelar program 100 Paket Ceria Paskah 2021 di tengah pandemi Covid-19. Hal ini dilakukan dengan membagikan paket sembako kepada 100 keluarga pasien ODGJ dan keluarga tak mampu yang diasuh Seminari St. Kamilus Maumere pada 06 April 2021.
Romo Andi menuturkan, pembagian paket sebenarnya dilaksanakan usai perayaan Minggu Paskah O4 April 2021 tetapi karena cuaca yang tidak bersahabat, acara itu dilaksanakan pada 06 April 2021.
“Demi menjauhi kerumunan dan mematuhi Prokes, para Frater Kamilian membagi paket ceria paskah door to door,” ujar Romo Andi.
Paket ini, lanjut Romo Andi, terdiri dari beras 20 kilogram, satu dus mie instan, dua liter minyak goreng, dan dua kilogram gula pasir.
“Program ini dimaksud untuk membantu perekonomian keluarga pasien dan tak mampu sekaligus memberikan kegembiraan Paskah 2021 kepada mereka walaupun dihantam kesedihan akan pandemi Covid-19,” ujar Romo Andi.
Sejak tahun 2016, Seminari St. Kamilus Maumere juga fokus membangun rumah bebas pasung ODGJ di Kabupaten Sikka. Tahun 2021, rumah bebas pasung dibangun di Manggarai Raya dan Keuskupan Agung Ende.
Hal ini tidak terlepas dari Spiritualitas pendiri Ordo Kamilian Santo Kamilus da Lellis yang merupakan pelayan orang sakit. Kepada para anggota ordo religius ini, Kamilus selalu berpesan untuk mewariskan spiritualitas yakni menjadi Kristus bagi orang sakit dan melayani Kristus dalam diri orang sakit.
Catatan Ekora NTT, sejak tahun 2016- 2020, Kamilian telah membangun 51 rumah bebas pasung bagi ODGJ di Kabupaten Sikka. Pada bulan Januari 2021, Kamilian membangun rumah bebas pasung ke 52 di Manggarai Timur. Selang dua bulan, pada Maret 2021, rumah bebas pasung pertama dibangun di Keuskupan Agung Ende.
Yuven Fernandez