Nihil Kasus ASF, Distan Manggarai Prioritaskan Langkah Pencegahan

Ruteng, Ekorantt.com – Kasus ASF (African Swine Fever) atau demam babi Afrika di Kabupaten Manggarai masih nihil hingga Januari 2023. Pemerintah tetap memprioritaskan upaya pencegahan dalam penanganan penyakit ini.

“Terkait virus ASF di Kabupaten Manggarai untuk tahun 2023 sampai dengan akhir Januari  belum ada dilaporkan kasus penyakit ternak babi. Saat ini kita masih nol kasus,” kata Kabid Keswan dan Kesmava Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai, Imelda Bai kepada Ekora NTT, Selasa, 31 Januari 2023.

Kata Imelda, memang ada penyakit pada ternak babi yang menimbulkan kematian. Akan tetapi, setelah dilakukan observasi oleh petugas lapangan, babi-babi tersebut mati bukan karena ASF.

Namun, pihaknya terus melakukan upaya pencegahan seperti: sosialisasi atau KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) baik kepada masyarakat umum maupun kepada peternak.

Diakuinya bahwa belum ada obat atau vaksin khusus untuk memberantas wabah ASF.

“Sampai sekarang belum ditemukan obat dengan vaksin,” terangnya.

Instruksi Bupati Manggarai Nomor 33 Tahun 2021, lanjut dia, tetap mengizinkan babi-babi dari luar untuk masuk ke wilayah Manggarai, tetapi ada syaratnya, yakni surat kesehatan hewan.

“Di samping surat kesehatan hewan, ada hasil uji laboratorium yang menerangkan bahwa dia bebas dari ASF,” jelasnya.

Imelda bilang, pihaknya belum mengadakan pos untuk melakukan pengawasan di perbatasan. Selain karena keterbatasan tenaga, itu belum bisa dilakukan karena tidak ada anggaran khusus.

“Karena menempatkan orang satu kali 24 jam di situ tidak terlepas dari biaya operasional,” ucapnya.

Akan tetapi, dalam melakukan sosialisasi, pihaknya selalu meminta peternak untuk membatasi orang keluar masuk ke kandang, memberikan pakan yang baik, dan rutin membersihkan kandang.

“Kami juga menganjurkan agar dalam satu minggu dua kali melakukan disinfeksi pada kandang-kandang ternak,” ujarnya.

Hal tersebut dilakukan mengingat sedang terjadi peralihan musim. Kalau sanitasi diabaikan, ternak babi akan mudah terkena penyakit seperti diare, parasit, dan infeksi bakteri.

“Selama ini, jika ada yang lapor, petugas kami langsung melakukan pengobatan. Ada juga kunjungan aktif yang dilakukan oleh petugas. Mereka memang punya jadwal untuk turun ke desa-desa,” kata Imelda.

Sebelumnya, Anggota DPRD Kabupaten Manggarai, Yoakim Jehati meminta Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai agar sedini mungkin melakukan tindakan pencegahan terhadap penyakit ASF yang sekarang telah masuk ke wilayah Flores bagian timur.

“Tindakan preventif secepatnya adalah melarang ternak babi dari luar daerah masuk ke Manggarai dengan mengaktifkan posko di perbatasan dan tempat-tempat yang diduga sebagai pintu masuk ternak dari luar,” kata Yoakim.

Pemerintah, kata dia, mesti segera mengambil langkah-langkah yang tepat. Dengan begitu, penyakit ASF tidak masuk dan menyerang hewan peliharaan masyarakat Manggarai.

Menurutnya, kejadian pada tahun sebelumnya sempat membuat masyarakat trauma untuk mengembangkan lagi usaha ternak babi.

“Dampaknya pun sangat terasa, dengan sedikitnya ternak di Manggarai membuat harga melambung dan mencekik leher,” tegas Ketua Fraksi Golkar itu.

“Mumpung ASF masih ada di wilayah bagian timur Flores dan di Kupang, kita di bagian barat Flores masih punya waktu untuk menertibkan dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar bisa melawan virus ini dengan pengetahuan yang mumpuni,” tutupnya.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA