Asam Timor Primadona Ekonomi Orang Desa Noemuti

0

Ekorantt.com – Bagi petani di daratan Timor, bulan Agustus sampai Oktober adalah musim di mana mereka sibuk memetik asam, mengupas dan menimbangnya untuk memperoleh rupiah demi menambah pundi- pundi untuk belanja kebutuhan sehari-hari dan juga biaya pendidikan anak. Bagi warga, asam dapat menjadi penopang hidup.

Di Timor Tengah Utara (TTU), asam punya prospek cerah untuk hidup ekonomi keluarga. Warga tak sungkan-sungkan memburu asam di hutan karena tidak punya pemilik dan bebas memetik atau memungut buah yang jatuh. Asam sungguh-sungguh jadi primadona.

Pantauan Ekora NTT, akhir Agustus 2019 lalu, mama Anas warga desa Noemuti begitu semangat menyungkil asam atau dalam bahasa Dawan, boe kiu. Menurut mama Anas  bukan soal uang tetapi lebih dari itu untuk mengisi masa tua dengan hal kreatif-rekreatif.

“Saya bersama anak di malam hari kupas asam untuk kembali mengenang kebiasaan kami di masa kecil yang selalu rajin membantu orang tua untuk mengumpulkan asam. Kami jual dan membeli sendiri buku tulis dan perlengkapan sekolah lainnya. Termasuk juga membeli baju dan seragam sekolah. Kami sangat mandiri dalam kerja dan mengakrabi dunia pasar pada tahun 1973-1983,” cerita mama Anas.

Soal  harga asam,Wempi Fernandez  warga dusun Sikbeul- Noemuti mengatakan asam yang hanya dikupas dagingnya dijual tanpa dicungkil seharga Rp. 5000/kg sedangkan yang dicungkil seharga Rp 7000 hingga Rp 8000/kg.

“Saya biasa cungkil asam dan kumpul dalam jumlah banyak sambil menunggu harga pasar bagus baru ditimbang. Kalau harga tidak pas saya belum bisa jual ke pengepul,” ungkap Wempi.

 Prospek dan potensi asam yang lumayan menurut Wempi seharusnya pemerintah bisa memikirkan untuk melipatgandakan fungsi asam sehingga lebih berdaya guna karena bukan hanya daging buahnya yang bermanfaat tetapi biji asam juga dicari untuk diolah menjadi zat pewarna untuk industri tekstil.

Sejumlah warga desa Noemuti lainnya yang ditemui Ekora NTT mengatakan sebenarnya asam ini satu potensi ekonomi rakyat yang perlu dikembangkan karena asam bertahan tumbuh di daerah kering dan manfaatnya banyak.

“Yang jadi persoalan harga asam ini dipermainkan oleh pedagang lokal. Perlu ada kebijakan dari pemerintah supaya harganya naik dan perlu budidaya pohon asam karena pohon asam yang sekarang sudah berusia di atas 30-an tahun,” ujar warga.

Mereka lebih lanjut mengatakan harga asam masih mengikuti logika pasar bebas yang sangat kuat dikendalikan oleh pedagang. Petani asam sebagai penjual atau pemasok sulit untuk bersatu karena kepentingan sesaat.

“Semoga tercipta ekosistem bisnis yang sehat sehingga semua unsur dalam mata rantai memberikan kesejahtraan bagi seluruh pelaku. Gubernur NTT bisa juga menggalakkan kelor sebagai emas hijau dan garam sebagai emas putih juga asam sebagai emas coklat. Demikian harapan dari Upeng Nandes, salah satu tokoh warga.

John Tafaib, Kepala Sekolah SMKN Pertanian Polen Timor Tengah Selatan ( TTS) yang berada pada perbatasan TTU dan TTS mengatakan pihak sekolah giat membudidayakan asam dan mendampingi masyarakat dalam pengolahan hasil pertanian tanaman umur pendek dan panjang termasuk asam.

“Kami sudah punya data hasil survei tentang hubungan pengolahan asam oleh masyarakat pedesaan secara tradisional dengan peningkatan ekonomi masyarakat Polen,” ujar John.

Menurut John asam sangat menjanjikan karena warga TTU setelah panen padi di sawah salah satu alternatif kegiatan yang dapat menghasilkan uang adalah menjual asam.

Putra Noemuti ini juga mengatakan perlu budidaya asam karena asam yang ada ini sudah berusia tua sehingga produksinya berkurang. Untuk itu Pemda TTU tambah John tidak hanya fokus pada daun kelor dan garam tetapi juga harus memberi perhatian pula pada asam.

Yuven Fernandez

Warga Kecewa, Proyek Penyulingan Air Laut 14 Miliar di Pulau Ende Mubazir

0

Ende, Ekorantt.com – Pemerintah pusat tidak tanggung-tanggung mengalokasikan dana senilai 14 miliar rupiah untuk pembangunan Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) di Pulau Ende, Kabupaten Ende pada tahun 2015 silam.

Proyek yang didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ini ibarat pemuas dahaga bagi masyarakat Pulau Ende yang sudah bertahun-tahun merindukan air bersih.

Nahasnya, SWRO ini hanya beroperasi satu tahun. Setelahnya mubazir.

Mubazirnya mesin penyulingan air laut tentu saja bikin masyarakat Pulau Ende kecewa. Harapan akan air bersih sirna kembali menguap begitu saja.

“Kami sudah lama sekali butuh air bersih. Kami sudah senang dengan hadirnya proyek penyulingan air. Ya, om bisa lihat kan. Kami dibuat sedih,” tutur  warga Pulau Ende, Ibrahim Waja Uje.   

Hasan mengakui pada awalnya mereka membayar 500 ribu rupiah untuk biaya sambungan rumah. Namun hanya satu tahun berjalan air sudah tidak keluar.

Hal yang sama dituturkan warga Pulau Ende lainnya, Hasan Runu. Ia tak bisa menyembunyikan rasa kesalnya dengan proyek mangkrak ini.

“Kami ini orang kecil. Kami minta pemerintah bisa atasi masalah kami ini,” tuturnya polos. 

Gedung SWRO Pulau Ende (Foto: Ansel Kaise)

Hanya satu tahun beroperasi, alat penyulingan air lalut menjadi air tawar tidak lagi beroperasi karena rusak. Tidak hanya alat penyulingan, beberapa sambungan rumah dan instalasi perpipaan sudah tidak berfungsi bahkan karat. Diperkirakan aksesoris instalasi perpipaan ini tidak bisa digunakan lagi.

“Dulu awalnya macet karena listrik. Genset juga rusak. Komponen yang ada juga rusak di membran. Macetnya setelah digunakan satu tahun,” ungkap Dul, operator yang ditemui di kantor SWRO di Desa Rendo Rate Rua, Pulau Ende, Rabu (16/10/2019).

Mesin SWRO (Foto: Ansel Kaise)

“Ini bisa operasi lagi. Dulu itu awalnya 1 detik bisa dapat 5 liter. Setelah 1 membranya rusak hanya bisa hasilkan 2 liter. Tapi sekarang sudah tidak bisa operasi kalau pasang surut,” tambahnya.

Informasi yang dihimpun Ekora NTT, sejak dibangun, proyek ini belum diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Ende karena sedang dalam tahap optimalisasi atau pemeliharaan.

Waspada Longsor, Warga Minta Bangun TPT di Jalan Tengah Pulau Ende

0

Ende, Ekorantt.com – Warga Desa Paderape, Kecamatan Pulau Ende, Kabupaten Ende meminta Pemerintah Kabupaten Ende untuk mengalokasikan anggaran peningkatan jalan tengah Pulau Ende yang tahun ini telah dibangun.

Tokoh muda Pulau Ende, Muslimin D. Debroto menjelaskan, pembangunan jalan tengah yang menghubungkan desa-desa di Pulau Ende telah memberikan harapan baru bagi masyarakat.

Akses ke kantong-kantong produksi dimudahkan. Lebih dari itu, dibukanya akses jalan tengah membuka peluang bagi pengembangan pemukiman di kiri-kanan jalan.

Namun ia menyaksikan, jalan tengah ini dibangun dengan konstruksi galian tanah tanpa saluran. Ini bisa berakibat fatal jika musim hujan datang.  

“Struktur tanah di sini sangat rapuh dan rentan longsor. Masyarakat sudah bebaskan lahannya dengan gratis. Jangan kecewakan masyarakat,” kata Muslimin di Kantor Desa Paderape, Rabu (16/10/2019).

Alangkah baiknya, kata Muslimin, jika jalan tengah di pulau seluas 63,03 kilomer persegi ini ditingkatkan dan ditambah dengan pembangunan Tembok Penahan Tanah (TPT).

“Kita minta pemerintah harus bangun TPT di badan jalan. Kalau tidak dibangun maka jalan ini pasti putus. Pak mereka liat sendiri kan kondisi tanahnya berpasir jadi rawan Longsor dan Erosi,” ujar Muslimin.

“Kita juga minta pemerintah untuk gusur lagi. Itu kemarin hanya 4,5 kilometer.  Jadi masih sekitar 3 kilometer lagi baru sampai ke Ekoreko terus cabang ke Aejeti,” tambahnya.

Seperti yang disaksikan Ekora NTT, proyek pembangunan jalan tengah Pulau Ende telah dilakukan 100 %.  Proyek ini dikerjakan oleh CV  Surya Putra dan menelan dan 971 juta rupiahyang bersumber dari APBD Kabupaten Ende tahun 2019.

Sementara itu anggota DPRD Ende, Samsudin berpendapat , usulan masyarakat itu adalah realitas yang mesti ditanggapi serius oleh pemerintah.

Sebagai wakil rakyat, dirinya berharap Dinas PU Kabupaten Ende dapat memasukkan usulan itu pada tahun 2020 sehingga akses jalan dimaksud tidak  mubazir.

“Saya harap itu ditanggapi serius oleh pemerintah daerah. Kalau Tembok Penahan Tanah tidak dibangun maka jalan itu pasti tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat,” ungkap anggota DPRD asal Pulau Ende ini.

Kepala Bidang Bina Marga Dinas PU Kabupaten Ende, Nasrul A. Madjid kepada wartawan mengatakan, pembangunan jalan tengah Pulau Ende telah menjadi prioritas dan masuk dalam rencana strategis Dinas PU Kabupaten Ende. 

“Itu sudah masuk Renstra. Jadi tahun depan kita belum terima hasil pembahasan final jadi kita belum bisa umumkan. Intinya kita akan bangun TPT agar jalan itu tidak rusak,” tegas Nasrul.

HUT Partai Golkar di Ende, Heri Wadhi: Kami Siap Gandeng Kaum Milenial

0

Ende, Ekorantt.com – Hari Ulang Tahun Partai Golkar ke-55 di Kabupaten Ende ditandai dengan refleksi bahwa partai berlambang pohon beringin ini mesti merangkul anak-anak muda atau kaum milenial.

Ketua DPD II Golkar Kabupaten Ende, Herman Yoseph Wadhi meyakini, Golkar menjadi rumah yang nyaman bagi kaum milenial.

Hal ini ditunjukkan dengan komitmen Partai Golkar Ende memberikan tempat bagi orang muda dalam kepengurusan partai. 50 persen kepengurusan partai akan dihuni kaum milenial demi regenerasi yang sistematis.  

“Masuknya kader muda juga bertujuan untuk memberikan kepercayaan kepada kelompok milenial agar tidak skeptis terhadap partai politik,” jelas Wadhi kepada dalam konferensi pers di Kantor DPD II Golkar, Rabu (16/10/2019).

Menurutnya, Golkar melihat kelompok milenial sebagai basis dukungan Partai Golkar mengingat 60 persen pemilih dalam pemilihan umum tahun 2024 adalah kaum muda.

Wadhi tak memungkiri bahwa  pada tahun 2019, Partai Golkar di Ende mengalami kemunduran karena hanya mampu menempati tiga kursi di DPRD Kabupaten Ende. Bahkan harus kehilangan kursi Ketua DPRD Ende.

“Namun kita optimis semua pengurus akan bekerja keras untuk memenangi hati rakyat di Pemilu 2024,” tegasnya.

“Sekarang kami butuh sentuhan untuk menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat kepada Partai Golkar serta membangun soliditas kader-kader Partai Golkar,” tambah mantan ketua DPRD Ende ini.

Menjawab pertanyaan wartawan terkait nama kader yang diusung Partai Golkar untuk mengisi kursi wakil Bupati Ende, Wadhi menuturkan, Golkar akan hadir sebagai partai pengusung dan memediasi proses pengusulan figur calon wakil bupati Ende.

“Golkar di tingkat II tidak memiliki kewenangan untuk menentukan figur. Kita hanya mengusulkan kepada DPD I untuk diteruskan ke DPP,” jelasnya.

“Kita hingga kini usulkan empat nama. Rekan-rekan wartawan harus yakin bahwa pada ujungnya, Golkar akan punya satu nama,” tambahnya.

Sementara Ketua Panitia HUT Partai Golkar Ende, Intan Viane Dange menjelaskan, berbagai kegiatan akan dikemas dalam rangka menyosong HUT Partai Golkar yang ke-55 pada 20 Oktober mendatang.

Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain; lawatan ke makam tokoh-tokoh Golkar di Ende, bakti sosial, pengobatan gratis, donor darah, kunjungan ke panti asuhan dan kunjungan ke PAC sebagai bentuk Konsolidasi.

Intan Dange berharap, masyarakat dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial menyongsong hari ulang tahun Partai Golkar ini.

Forum Jurnalis Lembata Minta Kontraktor Serius Bangun Infrasrtuktur

Lewoleba, Ekorantt.com – Forum Jurnalis Lembata (FJL) meminta para kontraktor yang terlibat dalam penanganan sejumlah proyek infrastruktur di kabupaten Lembata agar tidak main-main dalam proses pengerjaan jalan dan jembatan.

Permintaan ini terangkum dalam rekomendasi dari diskusi yang digelar oleh Forum Jurnalis Lembata pada Selasa, 15 Oktober 2019 lalu. Diskusi bertajuk, Potret Infrastrukur Lembata di Tengah Gencarnya  Promosi Pariwisata digelar dalam rangka ulang tahun ke-20 otonomi kabupaten Lembata sejak terpisah dari kabupaten Flores Timur.

Alexander Paulus Taum, Ketua Forum Jurnalis Lembata mengemukakan adanya forum ini bermaksud menjembatani tersedianya ruang diskusi yang tampan. 

“Di dalamnya, kami ingin mempertemukan para tokoh dari banyak elemen. Forum ini percaya para tokoh yang diundang secara langsung dan tidak langsung turut menyumbang pikiran, tenaga dan energi untuk masyarakat Lembata. Dalam semangat ‘taan tou’ dan spirit keberpihakan pada masyarakat, ruang ini kami harapkan jadi secuil inspirasi bagi semua yang memiliki niat baik berjuang untuk kesejahteraan masyarakat Lembata,” terangnya.

Menurut Taum, pada masa kepemimpinan Bupati Eliaser Yenji Sunur dan wakil bupati Thomas Ola Langoday sudah ada banyak kemajuan terutama karena ada perubahan status jalan negara yang diperoleh kabupaten Lembata akan tetapi harus diakui bahwa persoalan infrastrukur di kabupaten Lembata belum membaik karena prioritas APBD masih tersedot ke sektor pariwisata.

“Saat ini rakyat maunya cepat karena desakan kebutuhan akan jalan sangat diperlukan. Perlu ada keseriusan pemerintah menggenjot infrastruktur ke kantong produksi memaksimalkan dana provinisi dan dari pusat  bahkan dengan pola pinjaman daerah. Kita dukung langkah pemerintah yang mulai membuka kebijakan infrastruktur ke wilayah Selatan kabupaten ini. Kita berharap pemerintah tegas mengawasi pelaksanaan proyek itu. Kontraktor pelaksana jangan main-main karena rakyat sudah lelah dengan buruknya infrastruktur”, demikian jelas Taum.

Emanuel Dile Bataona, jurnalis Viva Timur mengapresiasi kegiatan yang diinisiasi oleh dirinya bersama rekan-rekan media.

“Hari ini kami tidak turun meliput tapi kami ciptakan forum urun rembuk bersama sebagai tanda bahwa jurnalis juga peduli dengan situasi di sekitar. Para jurnalis musti juga merasa tidak nyaman dengan situasi semisal infrastrukur yang belum diperhatikan sungguh. Beberapa catatan dari rekomendasi dari forum hari ini kiranya bisa merubah wajah infrastrukur di kabupaten ini,” ujar Eman.

Diskusi Publik yang digelar Forum Jurnalis Lembata menghadirkan beberapa narasumber yakni Ketua DPRD Lembata Petrus Gero, Tokoh Otonomi Lembata Payong Pukan Martinus, Kepala Dinas PUPRP Lembata Paskalis Tapobali, dan sejumlah tokoh lainnya. 

Martin Lamak

Sertu Laudewik Mengajar dan Bermain Bersama Anak-Anak di Desa Bowali

Bajawa, Ekorantt.com – Sejak dibuka dengan resmi oleh Bupati Ngada Paulus Soliwoa pada Rabu (02/10/2019) lalu di lapangan Desa Bela kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, kegiatan Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) di lima desa/kelurahan yaitu Desa Bela, Desa Pape, Desa Bomari, Desa Langa dan Kelurahan Tanalodu di Kecamatan Bajawa menciptakan sejumlah cerita menarik bagi masyarakat dan anggota TNI Kodim 1625/Ngada. 

Salah satu cerita menarik datang dari Sertu Laudewik Payong Hurek asal Kodim 1625/Ngada.

Di tengah padatnya aktivitas di desa-desa TMMD, Sertu Laudewik tetap menyempatkan diri untuk mengajar anak-anak di salah satu desa sekitar lokasi TMMD, Desa Bowali.

Menurutnya, mengajar dan memberi motivasi kepada anak-anak mempunyai nilai dan semangat tersendiri buatnya selama berada di tempat kegiatan TMMD.

“Saya bangga bisa bermain bersama anak-anak Desa Bowali sambil bercerita tentang pentingnya belajar. Keluguan dan keceriaan anak-anak memberi semangat tersendiri buat saya. Bermain bersama anak-anak adalah pembangkit semangat serta menghilangkan lelah,” ujarnya.

Menurutnya tujuan dari kemanunggalan TNI bersama rakyat adalah agar TNI menjadi kuat, karena TNI lahir, tumbuh dan berkembang bersama rakyat. Rakyat, termasuk anak-anak adalah ibu kandung dari TNI itu sendiri.

Untuk diketahui, kegiatan TMMD ke-106 dimulai sejak 2 sampai 31 Oktober 2019, dengan sasaran pembangunan sarana fisik dan non fisik.

Kegiatan tersebut merupakan kerja sama kodim 1625/Ngada dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Nagekeo untuk pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan sistem swakelola.

Sasaran fisik berupa pembangunan rumah layak huni swakelola berjumlah 57 unit, tersebar di beberapa desa yakni Desa Bela 30 unit, Desa Pape 2 unit, Desa Bomari 10 unit, Desa Langa 10 unit dan Kelurahan Tanalodu 5 unit. 

Sedangkan sasaran non fisik terdiri dari penyuluhan bela negara atau wawasan kebangsaan, pelayanan kesehatan, sosialisasi pertanian, penyuluhan ekonomi kreatif dan sosialisasi perikanan/peternakan.

Belmin Radho

Gugurkan Kandungan, Tenaga Honorer di Flotim Ungkap Perselingkuhannya dengan Oknum Pimpinan DPRD Flotim

1

Larantuka, Ekorantt.com – Beberapa waktu lalu, media daring Bentara Net memberitakan skandal moral antara MWE, oknum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Flores Timur, dan seorang janda (Ona Mia, bukan nama sebenarnya).

Diberitakan, saat itu, Ona Mia mendatangi Kantor DPRD Flotim dengan membawa sebilah pisau untuk mengancam MWE.

Ona Mia mendesak MWE bertanggungjawab atas janin hasil hubungan intim mereka.

Sekarang, masyarakat Flores Timur kembali dikejutkan lagi dengan beredarnya sebuah video pengakuan dari seorang wanita yang juga mengaku merupakan wanita simpanan dari MWE. 

Dalam video berdurasi 04.56 menit tersebut, wanita itu mengaku menjalin hubungan asmara dengan oknum MWE sejak 3 tahun silam, tepatnya pada 2 Februari 2016.

Menurut pengakuan wanita dalam video tersebut, hubungan asmara mereka telah menyebabkan dirinya hamil.

Namun, janin tak berdosa ini hanya berumur 5 bulan dalam perut wanita tersebut.

Sebab, oknum anggota DPRD tersebut memaksa wanita itu menggugurkan janin dalam kandungannya. 

Pengakuan wanita ini tentu saja bikin publik Flores Timur heboh.

Pasalnya, MWE kini menduduki posisi penting sebagai Wakil Ketua DPRD Flores Timur sekaligus Ketua DPC Partai Gerindra Flores Timur.

MWE adalah orang yang sama yang diancam Ona Mia dengan sebilah pisau di Aula Utama Gedung Balai Gelekat Lewotana saat pelantikan Pimpinan DPRD Flotim periode 2019-2024, Rabu (2/10/2019).

Pada Senin (9/10/2019) malam, EKORA NTT berhasil menemui wanita ini.

Wanita berinisial DNA mengaku, dirinya adalah tenaga honorer di Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Holtikultura Flores Timur.

Dia berasal dari Nita, Maumere, Flores.     

DNA mengisahkan, hubungan gelap antara dirinya dan MWE dimulai pada bulan Februari 2016 silam.

Hubungan gelap itu kemudian menyebabkan DNA hamil.

Kehamilan DNA merupakan permintaan MWE yang ingin mendapatkan anak laki-laki.

Namun, berdasarkan pertimbangan posisi dan status sosial MWE di gelanggang politik, MWE mendesak DNA menggugurkan janin berusia 5 bulan dalam kandungan itu.

MWE mengiming-imingi DNA untuk menanggung semua biaya hidupnya agar DNA setuju melakukan pengguguran.

DNA pun menuruti permintaan MWE.

“Dia memperlakukan saya seperti istrinya. Dia yang minta saya beri dia anak laki-laki karena isterinya tak mampu beri dia anak laki-laki. Pada awal kehamilan, saya disuruh jaga baik-baik janin dalam rahim saya. Tapi, setelah berumur 5 bulan, saya disuruh menggugurkan bayinya karena dia ingin maju Caleg lagi,” jelas wanita ini dengan bercucuran air mata.     

DNA mengaku, hubungan mereka diketahui oleh para penghuni Bale Gelekat, mulai dari tukang sapu, sopir, anggota DPRD, hingga Mantan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Holtikultura berinisial YM.   

DNA mengisahkan, hubungan asmara antgara dirinya dan MWE mulai diwarnai dengan perkelahian sejak hadirnya wanita idaman lain berinisial IA.

IA adalah seorang kontraktor yang berasal dari Bajawa.

DNA juga mengungkapkan bahwa MWE tidak hanya menjalin hubungan asmara dengan IA, tetapi juga dengan seorang wanita dari Waibalun berinisial NYA.

“Saya tahu dia berhubungan dengan seorang kontraktor wanita asal Bajawa. Saya tahu semua karena HP-nya dia, saya sita sampai satu minggu. Jadi, saya tahu siapa saja yang telepon dan SMS dia. Jadi, tiap kali bertemu, kami bertengkar. Di ruang kerjanya di DPRD Flotim, kami juga bertengkar. Sampai MWE menginjak-injak HP saya bagi dua. Tidak hanya itu, sekarang, dia menjalin hubungan dengan perempuan (NYA) orang Waibalun itu. Sejak itu, saya sudah putus asa,” jelas DNA.      

DNA berharap, MWE dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Ia juga meminta MWE mengembalikan semua uang pinjaman yang ia tanggung akibat permintaan MWE menggugurkan kandungannya.

“Saya sudah habis banyak. Saya hutang sana-sini karena berusaha menggugurkan. Dia yang minta saya gugurkan. Dia suruh saya usaha dulu. Pinjam dulu, nanti proyek baru, dia ganti. Tapi, sampai sekarang, tidak. Mulai dari obat kampung hingga obat dokter, saya konsumsi. Total seluruhnya bisa mencapai Rp59 Juta. Saya tidak tahu harus ke mana lagi. Banyak cibiran dan caci maki yang terarah pada saya gara-gara dia. Hidup saya sudah tidak tenang. Mulut manisnya buat saya sekarang sengsara, dikejar hutang kiri-kanan,” tuturnya sambil berurai air mata.

Hingga berita ini ditulis, MWE belum berhasil dikonfirmasi. Dua nomor Handphone MWE yang dihubungi oleh Ekora NTT tidak aktif.

Di Balik Euforia Soeratin Cup, Magdalena Azi Menjual Makanan Ringan demi Manyambung Hidup

0

Ende, Ekorantt.com – Di bawah sorot lampu Stadion Marilonga Ende, wanita paruh baya itu hilir mudik di tribun. Ia seolah-olah tak menghiraukan euforia penonton yang sedang mendukung tim kebanggaan mereka.

Keranjang jualan terpacak di bagian perutnya dengan tali yang menggantung di leher. Tas hitam kusam menempel silang dari bahu kanan ke sisi kiri badannya.

Di dalam keranjang ada rokok, keripik pisang, biskuit, kacang tanah, air mineral dan beberapa plastik kecil berisi jagung manis.

Ia naik turun tribun dan nenawarkan barang jualannya kepada penonton yang tengah menyaksikan pertandingan. Saat lelah, ia duduk. Memilih untuk istirahat sejenak. Tapi pandangannya tetap berkeliaran kemana-mana.

Tatapannya tajam dengan bola bata yang agak tenggelam ke dalam. Hanya beberapa saat saja, ia bangkit. Berdiri. Berjalan lagi dengan langkah yang ringkih.

“Mau rokok ka. Atau air minum,” dengan lihai ia menawarkan barang jualan kepada kami yang baru saja meletakkan pantat di lantai tribun penonton Stadion Marilonga, 12 Oktober lalu.

Ia nampak jeri saat kami memintanya untuk memperkenal diri. Ia malu. Tapi kemudian ia berbincang lepas dengan kami.

“Magdalena Azi,” demikian ia menyebut namanya.

Ia menuturkan, sejak bergulirnya Soeratin Cup di Ende, dirinya dan beberapa penjual keliling yang lain mencari peruntungan di tengah hiruk pikuk dan meriahnya turnamen yang mempertemukan tim sepak sepak bola U 17 dari 15 kabupaten/kota di NTT ini.

“Sejak pembukaan kami sudah jual di sini. Setiap sore, saya datang dari Ipi,” katanya.

Ia rela berjalan kaki dari kediamannya di daerah Pelabuhan Ipi menuju ke Stadion Marilonga. Bagi orang kebanyakan mungkin rutinitas ini cukup melelahkan. Namun tidak bagi Mama Magdalena. Ia harus pergi ke Marilonga. Sejumput rezeki telah menantinya di sana.

Sesampai di stadion, ia menjajahkan barang dagangan, berharap ada yang membeli.

Soal pendapatan, tergantung jumlah penonton yang hadir di stadion. Ia bisa memperoleh pendapatan 300 ribu rupiah sehari. Paling rendah 50 puluh ribu rupiah.

“Kalau Perse yang main pasti penonton banyak sekali. Pasti kami bisa dapatkan hasil yang besar. Tapi hari-hari lain, kalau Perse tidak main, penonton sedikit saja. Yang laku juga sedikit saja,” ungkapnya.

Usai pertandingan terakhir setiap malam, ia tidak lekas pulang. Bersama penjual yang lain, ia membersihkan sampah yang bertebaran di tribun penonton.

Mereka harus membersihkan tribun stadion sebagai bentuk kompensasi karena diizinkan untuk berjualan di dalam stadion.

Sehari-hari, ibu enam anak ini berjualan makanan ringan di kapal. Bersama para penjual yang lain, ia menjajahkan barang dagangannya saat kapal sandar di Pelabuhan Ipi dan Pelabuhan Ende.

Sudah hampir 25 tahun ia menekuni pekerjaan ini. Darinya, ia bisa menafkai keluarganya yang menetap di Ipi, Kelurahan Tetendara, Kecamatan Ende Selatan.

Bahkan, beban hidup keluarga ada pada pundak perempuan kelahiran 59 tahun silam ini. Suaminya, Yohanes Lana, 57 tahun, tak bisa bekerja karena sakit.

“Saya tulang punggung keluarga. Saya cari uang untuk makan minum, sekolah anak-anak dan cucu. Saya cari juga uang jajan untuk mereka,” tuturnya polos.

Pasang surut dalam usaha menjadi sesuatu yang tak bisa dielakkan. Besar kecilnya keuntungan tergantung pada ramai tidaknya penumpang kapal.

Ia bilang, kalau ramai ia bisa meraup pemasukan 600 ribu rupiah per hari. Kalau sepi, syukur-syukur kalau dapatkan pemasukan sebesar 200 ribu rupiah.

“Kalau untung besar, saya dapatkan saat musim libur. Penumpang pasti banyak. Kalau datang sepinya, kita hanya dapat untung sedikit,” urai Mama Magdalena.

Kapal tidak sandar setiap hari di Pelabuhan Ipi dan Pelabuhan Ende. Karena itu, saat kapal belum sandar, ia memanfaatkan waktu untuk berjualan keliling di Pasar Ende.

Ia bisa bernafas lega manakala barang dagangannya terjual habis. Kadang-kadang ia tertunduk lesuh bisa pendapatan tak sesuai dengan yang diharapkan.

“Saya putus asa juga. Tapi mau bilang apa. Saya pasrah saja. Saya berserah pada Tuhan saja,” ujarnya.

Untuk memperlancar usaha, Ia meminjam uang di koperasi. Hal itu sedikit membantunya.

“Ya, tapi harus gali lubang, tutup lubang,” ujarnya singkat, menggambarkan caranya berutang untuk menutup utang yang lain.

Ia juga pernah diminta untuk menyiapkan berkas sebagai persyaratan untuk mendapatkan bantuan dari salah satu program pemerintah. Entah karena alasan apa, bantuan tidak pernah datang-datang.

“Saya ngamuk. Orang lain yang mampu dapat tapi kami tidak,” ujarnya singkat.

Mau bilang apa. Toh, ia tetap ngotot bekerja. Selain menafkai keluarga, ia juga membiayai pendidikan anak-anaknya. Seorang anaknya telah menjadi guru, seorang lagi sedang mengenyam pendidikan di universitas dan yang satu lagi masih di bangku sekolah menengah atas. Demi mereka, ia tetap berjuang hingga detik ini.

Tahun 2019, Polres Ngada Tangani Dua Kasus Korupsi Dana Desa

Bajawa, Ekoratt.com – Penyidik Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Polres Ngada tengah menyelesaikan berkas pemeriksaan dua kasus korupsi dana desa yang terjadi di kabupaten Ngada tahun 2019.

Hal tersebut disampaikan Kasat Reskrim Polres Ngada, Iptu Anggoro C Wibowo, S.I.K, melalui Kanit Tipikor Polres Ngada, Ipda Anselmus Leza, SH pada Senin (14/10/2019) di ruang kerjanya.

Kedua desa tersebut adalah Desa Nggoranale dan Desa Wawowae. Keduanya masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Bajawa. 

Kasus korupsi dana desa di dua desa tersebut saat ini berstatus penyidikan.

Ipda Leza menyampaikan, untuk Desa Nggoranale, pihaknya sudah menetapkan tiga tersangka yaitu kepala desa, sekretaris desa dan bendahara. Sedangkan untuk Desa Wawowae, yang sudah ditetapkan sebagai tersangka adalah kepala desa periode 2011-2017, sekretaris desa 2011- 2017 dan bendahara desa periode yang sama.

“Untuk Desa Nggoranale, berkasnya sudah dikirim ke kejaksaan dan saat ini kita sedang lengkapi petunjuk jaksa. Sedangkan Desa Wawowae, dalam waktu dekat, kita akan kirim berkasnya,” ujar Ipda Leza.

Menurutnya, total kerugian negara yang diakibatkan oleh korupsi di kedua desa tersebut masing-masing bernilai 300 juta lebih untuk desa Nggoranale dan 400 juta lebih untuk desa Wawowae.

Belmin Radho

Lembaga Pendidikan Bertugas Melahirkan Generasi Unggul

  • Perayaan HUT ke-50 SDK St. Theresia Ruteng V

Ruteng, Ekorantt.com – Sekolah Dasar Katolik (SDK) St. Theresia Ruteng V telah memasuki usia emas. Perayaan puncak 50 tahun lembaga pendidikan ini berlangsung pada Sabtu (12/10/ 2019). Perayaan ekaristi meriah dilangsungkan di SDK Ruteng V, Kelurahan Bangka Nekang, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.

Hadir dalam perayaan tersebut Wakil Bupati Manggarai, Drs. Victor Madur  bersama sejumlah mantan kepala sekolah, mantan guru, para undangan dan seluruh keluarga besar SDK St. Theresia Ruteng V. 

Pada kesempatan itu, Wakil Bupati Manggarai, Drs. Victor Madur dalam sambutannya menyatakan apresiasinya  terhadap seluruh rangkaian kegiatan Pesta Emas yang telah berjalan dengan lancar.

 “Aneka kegiatan yang telah diselenggarakan dalam memeriahkan perayaan ini, diharapkan menjadi penanda lahirnya SDM-SDM Unggul,” tutur Madur.

Untuk diketahui, dalam rangka memeriahkan HUT ke-50 lembaga pendidikan ini, panitia bersama para alumni menyelenggarakan berbagai kegiatan. 

Selain perlombaan internal di sekolah, panitia juga melaksanakan lomba cerdas cermat yang melibatkan sekolah-sekolah lain di Kecamatan Langke Rembong.

“Sementara itu, untuk para alumni, beberapa kegiatan yang diselenggarakan antara lain Temu Alumni dan Jalan Sehat,” tuturnya.

Menurut Wakil Bupati Manggarai itu, selama 50 tahun, SDK Ruteng V telah berkontribusi besar bagi terciptanya SDM-SDM unggul di Kabupaten Manggarai.

Ditambahkannya, tugas tersebut harus terus dilakukan melalui kerja sama dengan semua pihak, baik pemerintah, alumni, orang tua murid, dan elemen-elemen lainnya.

Lebih lanjut, Madur menjelaskan, selama 50 tahun, lembaga pendidikan ini berproses dan telah berkontribusi bagi lajunya roda pembangunan bangsa, terutama dalam pembangunan sumber daya manusia.

“Di usianya yang ke-50 ini pula, sejalan dengan tema HUT Peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI pada bulan Agustus lalu, yakni SDM Unggul Indonesia Maju, harus ditegaskan, tugas lembaga ini di usia selanjutnya adalah melahirkan generasi unggul,” kata Ketua DPD Partai NasDem Kabupaten Manggarai itu.

Adeputra Moses