Kisah Keluarga Fatah Ali, Hidup dalam Ancaman Amukan Arus Laut di Pantai Nangahure

Maumere, Ekorantt.comKondisi miris sungguh dialami Fata Ali. Pria berusia 54 tahun ini adalah warga Nangahure, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka.

Rumahnya persis berada di bibir pantai. Kondisi rumahnya sungguh sangat memprihatinkan. Ukuran rumah 4×4 meter, beratapkan seng bekas dan berdinding pelupuh penuh dengan celah berlubang. Lantainya pun dari pasir laut.

Kondisi dalam rumah lebih miris lagi. Hanya ada satu kamar yang sekaligus menjadi ruang tamu dan kamar tidur dengan satu tempat tidur sangat sederhana.

Fata Ali dan sang istri Tanghadi Muktari (52) tinggal di rumah reyot ini bersama anak dan cucu.

Kendala ekonomi menjadi faktor utama bagi keluarga ini. Tanghadi Muktari, istri Fata Ali ketika disambangi Ekora NTT di bibir pantai Nangahure Lembah pada  Rabu 10 Juni 2020 mengisahkan tentang getirnya kehidupan keluarga yang memiliki lima orang anak ini.

iklan

“Sejak tahun 2005 kami tinggal di tempat ini, bantuan dari pemerintah satupun tidak pernah kami dapat. Dari kelurahan tiap kali datang data, minta fotokopi KTP dan Kartu Keluarga tapi habis data lalu kami tidak tahu lagi data itu selanjutnya. Kadang kami iri keluarga lain mendapat bantuan sementara kami tidak dapat. Mau tanya juga malu apalagi kami orang kecil dan tidak sekolah ini,” ujar Muktari lirih.

Menyinggung tentang BLT dan BST, Muktari mengatakan, sudah ada pendataan dan mereka sudah serahkan fotokopi KTP dan Kartu Keluarga tetapi sampai hari ini belum terima bantuan itu.

Yang mengharukan lagi, lantaran tidak punya uang untuk biaya pendidikan, anak-anaknya Basri, Anty, Mila, Kandi putus sekolah, sementara bungsu Ramadan masih sekolah.

“Saya pernah sekolah di Madrasah Aliyah Nangahure tetapi karena ketiadaan uang sekolah, maka saya tidak lanjutkan dan sekarang bantu mama jualan ikan,” kata Mila.

Muktari  menjalani pekerjaan tidak tetap dengan membeli ikan dan menjualnya kembali di pasar. Sementara suaminya Fata Ali menjadi penjual es keliling.

Seperti yang disaksikan Ekora NTT, rumah satu-satunya di bibir pantai ini rawan bencana dan bisa tersapu gelombang besar karena langsung berhadapan dengan amukan gelombang karena tanpa tembok atau turap pengaman.

“Saat musim barat, gelombang besar dan merasa terancam kami mengungsi ke rumah penduduk. Tetapi kalau tidak ya hanya bertahan di rumah dan duduk sampai pagi hari, ” ujar Muktari.

Muktari pun tetap berharap mendapatkan bantuan dari Pemkab Sikka.

“Tolong suarakan suara orang kecil seperti kami ini Pak, biar kami sekeluarga bisa dapat bantuan juga,” ujarnya memelas.

Yuven Fernandez

TERKINI
BACA JUGA