Implementasikan PKM, Unika St. Paulus Ruteng Adakan Bimtek Desa Wisata

Unika St. Paulus Ruteng mengadakan Bimtek pengembangan desa wisata regional II B (NTT) di Hotel Revaya, Kelurahan Carep, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Kamis (8/10/2020).

Ruteng, Ekorantt.com – Untuk mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pengabdian kepada Masyarakat), Unika St. Paulus Ruteng mengadakan Bimtek pengembangan desa wisata regional II B (NTT) di Hotel Revaya, Kelurahan Carep, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Kamis (8/10/2020).

Kegiatan tersebut dihadiri 5 pamateri dari Unika St. Paulus Ruteng, di antaranya Dr. Sebastianus Menggo, Dr. Inonsensius Sutam, Yosefina Rosdiana Su, Felisitas Ndeot, dan Alberta Parinters Makur.

Kegiatan diawali penerimaan secara adat (kepok) dan pengalungan tim Kementerian Pariwisata serta sambutan oleh Romo Rektor Dr. Yohanes Servatius Boy Lon, M.A.

Kegiatan yang melibatkan 25 orang pengelola Desa Wisata Meler, Kecamatan Ruteng tersebut bekerja sama dengan Direktorat Pengembangan SDM Pariwisata Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Koordinator Kegiatan Bimtek Dr. Sebastianus Menggo mengatakan, tahun ini hanya fokus pada Desa Meler.

iklan

Hal itu, kata dia, karena sesuai dengan surat keputusan (SK) Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai.

Dalam Bimtek ini, ia membawakan materi tentang pelayanan pariwisata berbasis cleaniness, health, safety, dan environment (CHSE) dan sapta pesona desa wisata.

Materi tersebut, kata dia, menjelaskan pelayanan pada masa pandemi COVID-19 atau ‘New Normal’.

“Ada tujuh unsur utama dalam satpa desa wisata. Di antaranya; aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan unsur kenangan,” ungkapnya.

Sementara Yosefina Rosdianana Su, M.Pd dalam paparan materinya mengatakan, Desa Meler merupakan salah satu desa yang memiliki potensi wisata yang sangat menarik yang tidak akan kita temukan di belahan dunia manapun.

Daya tarik sawah berbentuk sarang laba-laba ini, kata dia, merupakan sebuah produk wisata yang sesungguhnya memiliki nilai jual yang sangat tinggi apabila  mampu dikelola dengan tepat.

Walaupun demikian, adapun temuan masalah pengembangan wisata Desa Meler adalah terbatasnya sarana dan prasarana penunjang dan terbatasnya biaya atau anggaran untuk pengembangan sektor wisata.

Selain itu, masalah lainnya adalah belum optimalnya sinergitas dan pola kemitraan (partnership) lintas sektoral, belum adanya program pemasaran dan promosi pariwisata yang efektif, yang menggunakan pendekatan profesional dan penguatan jaringan kelembagaan.

“Dan juga belum tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang betul-betul mampu melihat peluang maupun tantangan dari sektor kepariwisataan,” sebutnya.

Sementara Felisitas Ndeot, M.Pd memaparkan, kemasan prodak pariwisata dengan tujuan untuk mengedukasi dan meningkatkan kompetensi pengelola desa wisata agar memiliki pemikiran terbuka dalam pengembangan produk/paket wisata di era ‘New Normal’ dan mampu mengeksplorasi potensi produk pariwisata unggulan melalui packaging sehingga menjadi daya tarik wisata bagi para wisatawan.

Packaging (kemasan), menurut dia, merupakan desain kreatif yang menghubungkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi (desain huruf) dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan.

Adeputra Moses

 

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA