Ende, Ekorantt.com – Local Champion atau penggerak lokal di beberapa daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai merancang aksi untuk mendukung pangan berkelanjutan dengan pendekatan program kampung iklim (proklim).
Salah satunya, Koalisi Pangan BAIK yang mengadakan pelatihan dan penguatan kapasitas bagi Local Champion di Wisma Bina Kerahiman Ilahi, Ende, Kabupaten Ende, NTT, pada 25-27 Februari 2025.
Pelatihan ini melibatkan perwakilan orang muda dan kelompok perempuan dari Manggarai, Flores Timur, dan Lembata. Tujuannya, mendukung kebijakan pemerintah yang terus memperkuat sistem pangan nasional melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 81 Tahun 2024, yang berfokus pada percepatan penganekaragaman pangan berbasis potensi sumber daya lokal.
Perpres ini tidak hanya bertujuan meningkatkan akses masyarakat terhadap pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman, tetapi juga memastikan pemanfaatan sumber daya lokal secara berkelanjutan.
Dalam konteks ini, pelatihan dan penguatan kapasitas bagi Local Champion bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para peserta mengenai Perpres 81/2024 serta cara menghadapi perubahan iklim melalui program Kampung Proklim.
Selain memperdalam pemahaman tentang kebijakan pangan dan perubahan iklim, para Local Champion juga diberi ruang untuk berdiskusi dan merumuskan rencana tindak lanjut dalam menyuarakan isu pangan dan perubahan iklim.
Dalam sesi diskusi, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Joaz Umbu Wanda, menekankan pentingnya ketersediaan pangan yang beragam dan terjangkau.
Ia mengajak agar orang muda dan petani di desa bersama-sama mengidentifikasi pangan lokal untuk memastikan keberlanjutannya.
Joaz menambahkan, pengembangan pangan lokal merupakan solusi penting untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap produksi pangan.
Menurunnya, keberagaman pangan dapat meningkatkan ketergantungan pada pangan impor, sementara Indonesia, sebagai negara kepulauan, memiliki keberagaman pangan yang erat kaitannya dengan sumber daya alam, pengetahuan, dan budaya lokal.
Salah satu Local Champion Koalisi Pangan BAIK, Hendrikus Suban Kolah, menyoroti pentingnya kebijakan pangan yang mempertimbangkan kelestarian pangan tradisional.
Ia memberikan contoh di Lembata dan Flores Timur, di mana jagung titi, pangan lokal yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, terancam hilang akibat penggunaan jagung hibrida.
Peserta juga membahas berbagai topik terkait potensi pangan lokal, ekonomi, serta pentingnya teknologi dalam pertanian.
Diskusi ini dilanjutkan dengan pembahasan isu-isu lain seperti pengelolaan limbah, kemiskinan, dan stunting.
Selain itu, kegiatan ini juga melibatkan dialog antara Local Champion dan pemerintah setempat.
Kepala Dinas Pertanian dari Kabupaten Manggarai, Flores Timur, dan Lembata turut berpartisipasi dalam diskusi daring mengenai kondisi pangan dan pertanian di daerah masing-masing serta langkah-langkah yang telah diambil untuk meningkatkan ketahanan pangan.
Pembahasan juga mencakup pengembangan program Desa Proklim, yang disampaikan oleh Koordinator Kelompok Kerja Bidang Pengembangan Masyarakat Berketahanan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup, Koko Widjanarko.
Dalam sesi ini, Koko menjelaskan konsep, perkembangan, dan arah pengembangan desa Proklim yang dapat bersinergi dengan upaya peningkatan ketahanan pangan.
Dinas Lingkungan Hidup dari Kabupaten Manggarai, Flores Timur, dan Lembata juga berbagi pengalaman mengenai pertanian terpadu, keamanan air, serta mata pencaharian yang berkelanjutan melalui program desa iklim.
Sebagai contoh, Kabupaten Lembata telah mengajukan 25 desa proklim dan melibatkan sembilan inovator dalam program tersebut.
Namun, mereka tetap menghadapi tantangan, seperti minimnya dukungan dari pemerintah pusat terkait penguatan kelembagaan.
Sebagai bagian dari kegiatan ini, para Local Champion juga melakukan kunjungan belajar ke Kampung Adat Saga di Kabupaten Ende pada 26 Februari 2025.
Di sana, mereka belajar tentang pendokumentasian benih dan resep olahan pangan lokal yang dilakukan oleh kelompok perempuan Ine Saga, yang didukung oleh Kampus Tanpa Dinding dan Mantasa. Mereka juga melihat bagaimana kebijakan desa mendukung inisiatif ini.
Melalui kegiatan ini, diharapkan Local Champion Pangan BAIK dapat semakin efektif dalam mengadvokasi kebijakan pangan yang inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong peran aktif masyarakat dalam memperkuat sistem pangan berbasis sumber daya lokal.
Untuk diketahui, Koalisi Pangan BAIK (Beragam, Adaptif, Inklusi, Kokreasi) merupakan inisiasi untuk memperkuat dan mendorong anak muda, perempuan, petani dan masyarakat pedesaan untuk menyuarakan dampak perubahan iklim dan solusi lokal, khususnya dalam sistem pangan dan pertanian ekologis.
Beranggotakan Yayasan KEHATI (Keanekaragaman Hayati Indonesia), KRKP (Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan), Yayasan Ayo Indonesia, Yayasan Ayu Tani Mandiri dan Yaspensel (Yayasan Pembangunan Sosial Ekonomi Larantuka), Koalisi Pangan BAIK bekerja di di empat kabupaten di NTT, yaitu Flores Timur, Lembata, Manggarai dan Manggarai Timur.
Program Koalisi Pangan BAIK merupakan bagian dari Program VCA (Voices for Just Climate Action) yang didukung oleh Yayasan Humanis (Humanis dan Inovasi Sosial).